An Uncertain Bonding

49 4 4
                                    

Kala's POV

"Tamat deh saya", pikir saya dalam hati saat melihat Jeno berdiri di depan pintu apartement saya. Betapa kagetnya dan bingungnya harus berkata apa saat kondisi seperti ini.

"Surprise!", serunya sekali lagi sambil tersenyum lebar, lalu memperhatikan wajah saya yang kaget

"kamu kenapa? kok kayak kaget? surprise ku berhasil?", tanyanya sambil mendekat, raut mukanya berubah dari tersenyum menjadi serius

"sayang kamu nangis?", tanyanya panik ketika melihat mata sembab saya

"ngga aku... itu...", jawab saya kelimpungan

"kamu kenapa?", tanyanya sambil memeluk saya
"ayo kedalam", sambung Jeno sambil merangkul saya masuk ke ruang tamu

Saat memasuki apartement Jeno kaget bukan main melihat Jeffri terduduk di kursi meja makan dengan wajah habis menangis dan tangan terkepal di meja.

"ada tamu?", tanya Jeno canggung
"ini ada apa deh? ada yang aku lewatin?", sambungnya bertanya pada saya namun matanya terfokus ke Jeffri

"lo siapa? bisa jelasin?", tanya Jeno menghampiri Jeffri
"kala nangis gara-gara lo juga?", sambungnya

"ngga ngga udah beres kok", timpa saya menghampiri keduanya di area makan

"Jeffri, gue Jeffri", ucap Jeffri menatap Jeno

"Jeffri? oh....", ucap Jeno, Jeno tahu benar siapa Jeffri Adiyaksa. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya setelah Jeno menyelamatkan saya, ada bonding yang tidak bisa dijelaskan antara saya dan Jeno hingga kami menjadi dekat dan membutuhkan satu sama lain selama di Zurich.

Semua semakin erat setelah saya menceritakan semua masa lalu saya pada Jeno begitu pula Jeno, saat malam tahun baru di dorm saya, saat salju sangat tebal hingga Jeno tidak bisa pulang.

Dalam cerita saya, nama Jeffri Adiyaksa adalah nama yang paling sering saya sebut karena begitu berpengaruh dalam hidup saya.

"masalah kalian udah selesai?", tanya Jeno

"apa yang selesai? dimulai aja belum", jawab Jeffri dengan nada dan wajah yang tengil. Anak ini benar-benar paling hobi menciptakan suasana tegang.

"jeff jangan mulai", ucap saya

"kalian selesain aja dulu deh, aku istirahat dulu di kamar kamu yah, bibi yang bersihin rumah baru datang besok pagi", ucapnya santai sambil menarik kopernya memasuki kamar saya

"serius dia ga keliatan marah ceweknya lagi sama cowok lain di apartement?", tanya Jeffri tidak percaya

"itu bedanya dia sama kamu, dia jauh lebih dewasa", jawab saya menyindir

"kalau aku diposisi dia.... aku hajar abis", ucapnya

"gak kaget", ucap saya sambir memutar bola mata

"apa yang mesti diselesain kalau belum mulai? kamu juga menghindar saya tantang kaya tadi", ucap Jeffri, here we go again

"i'm really exhausted, i need caffeine", ucap saya sambil mengambil dompet dan jaket di meja tamu, Jeffri hanya mematung melihat saya

"saya tau ini obrolan yang gak mungkin bisa dengan santai diobrolin di coffee shop, tapi saya butuh kopi buat otak saya supaya bisa ngomong sama kamu"

"seenggaknya di coffee shop kamu gak bakal bertindak aneh-aneh dan marah-marah, karena semua orang kenal kamu dan perhatiin kamu", jelas saya panjang lebar namun Jeffri tetap hanya terdiam melihat saya

"kenapa diem? ayo jalan ke starbuck bawah, saya mau balik lagi kesini dengan jawaban buat Jeno", ucap saya sambil keluar apartement

Kami berjalan tanpa kata dari apartement saya menuju lift dan berakhir di coffee shop lobby apartement saya.

The Meaning Of Let Go Off - JaehyunDonde viven las historias. Descúbrelo ahora