Bab 14

95 2 1
                                    

Joko Nunggal, bangun pagi pagi benar, ia terbangunkan oleh suara bedug. Sebuah panggilan untuk bersimpuh dan berdoa. Manusia harus ingat sangkan paraning dumadi. Semua kejadian, semua peristiwa dalam hidup berasal dari Sang Maha Dzat. Misteri dan berbagai gejolak hidup adalah salah satu perjalanan yang harus dilalui oleh manusia.

Ia tengah menjalani kehidupan yang penuh tantangan. Hampir separuh hidupnya dilalui dengan berjuang, bekerja keras, belajar, melakukan gladi untuk memperdalam kemampuan dalam bidang olah kanuragan. Gemblengan  demi gemblengan dilalui dan sampai saat ini ia bisa melaluinya. Kadang maut mengintai, tapi bila percaya pada kehidupan manusia tetap harus bisa menghadapi segala rintangan. Melewati suka dan juga duka. Baru saja ia kehilangan istrinya dan belum sempat menemukan anaknya. Namun tugas telah menggiringnya untuk mengabdi pada yang lebih berhak dibantu.

Suara bisikan dari Kyai yang ia kagumi dan kadang gurunya yang masih datang mengetuk jiwanya saat kering membuat Joko Nunggal harus total menjalani apapun yang tergaris dalam hidupnya. Jagad yang tergelar adalah sekumpulan misteri yang harus ia kuak. Dan karena ia sudah berjanji untuk menegakkan keadilan, memberantas kejahatan maka ia akan melangkah di mana banyak orang membutuhkannya.

Kali ini warga sekitar Merapi sangat membutuhkannya. Ia akan memastikan rumah – rumah yang ditinggalkan untuk mengungsi aman. Di mana – mana penjahat atau orang dursilo sama saja, mamanfaatkan situasi. Bahkan dalam suasana duka tercekam bencana masih banyak orang yang ternyata hanya membuat kisruh, mencuri binatang, mencuri perhiasan di rumah yang ditinggal mengungsi penghuninya.

Sehabis Sembahyang Subuh Joko Nunggal  melihat sekeliling, menyusur rumah – rumah yang ditinggal.

"Jleppp!" Tiba tiba ada anak panah meluncur deras di sisi sebelah kanannya. Anak panah yang berjarak sedepa dari badannya dan langsung menancap di pepohonan di depannya.

Joko Nunggal langsung saja menajamkan inderanya. Ia melihat bayangan hitam sangat cepat, menyerang dengan cara menendang punggungnya dengan tendangan terbang. Kesiur angin sempat ia rasakan hingga serangan itu akhirnya menemui tempat kosong.

Bayangan hitam itu, menghilang dibalik gerumbul. Lalu tiba tiba muncul lagi sosok lain dengan pakaian serba hitam, mukanya tertutup kain sarung. Sabetan pedangnya mendengung, meluncur tipis ke wajah Joko Nunggal. Dengan sigap menghindar kemudian salto Joko Nunggal mulai meningkatkan kewaspadaan.

"Orang- orang terlatih." Gumam Joko Nunggal

"Tunjukkan dirimu kisanak, mari duduk dan ngobrol, saya tidak ingin membalas amukan kalian. Demi ketenangan mari kita duduk."

"Persetan... siapa yang mengganggu dan mengusik kami akan habis, tandas tidak bersisa."

"Semua persoalan bisa diselesaikan tanpa kekerasan."

"Kau siapa bisa – bisanya mengkhorbahi saya."

"Tidak penting siapa saya, hanya memastikan setiap perkara tidak perlu diselesaikan dengan kekerasan."

"Iblis, laknat, jangan sok suci, ini hadiah untukmu orang munafik."

Benda- benda kecil meluncur deras. Seperti deru angin senjata kecil itu mengarah ke mata dan leher Joko Nunggal. Sedetik sebelum benda sampai mata Joko Nunggal tampak senjata itu berguguran. Rupanya kibasan tangan Joko Nunggal mampu merontokkan benda kecil tersebut.

"Sudahlah kisanak. Tidak usah bersembunyi, kalau mau berkelahi silahkan maju kita selesaikan kalau kalian tidak mau saya kasih tahu."

"Hahahahaha, seranganku itu belum seberapa.... Ambil ini kalau bisa."

Sebuah tombak sangat deras meluncur, menuju ke arah dada Joko Nunggal.

Bergeser dengan kecepatan tinggi Joko Nunggal berhasil menghindari serangan mematikan dari balik pohon. Joko Nunggal yakin penyerangnya adalah orang yang mempunyai ilmu beladiri dan menguasai ketrampilan senjata yang cukup mumpuni.

Merapi Membara, Sambungan dari Bara Asmara di Kaki Pegunungan MenorehWhere stories live. Discover now