Bab 8

142 5 3
                                    

Srintil Melangkah ke sebuah desa. Desanya amat sepi, seperti tidak berpenghuni. Hanya sesekali muncul orang tua melangkah menuju sungai kecil di pinggir desa. Sungai itu buatan warga, mereka membuat jalur sungai yang diambil dari sungai besar di Senowo untuk dialirkan ke pesawahan. Airnya bening dengan aliran yang cukup deras. Sungai kecil itu banyak fungsinya selain untuk pengairan juga untuk membuang hajat.

Heran juga perempuan muda yang memutuskan mengembara mencari ilmu tetapi belum punya bekal cukup di dalam olah kanuragan. Tetapi Srintil adalah gadis yang nekat, ia tidak peduli lagi dengan bahaya yang mengancam. Tekadnya bulat untuk mencari ilmu dan yang ditujunya adalah Kyai Guntur Geni. Sekarang ia masuk ke desa Karang Redjo desa yang sedang ditimpa kemalangan. Lelaki , entah bapak entah orang muda yang kebetulan kena perangkap asmara Nyai Endang Tinampi mati dengan kurang sewajarnya. Sebutlah mati kalap. Mereka hilang bersama badannya. Tersesat entah ke mana.

Nyai Endang Tinampi ketika ditanya orang – orang tidak merasa bahwa kematian dan hilangnya orang –orang terutama lelaki yang suka perempuan hilang lenyap. Lalu beberapa orang pintar berusaha melihat dengan mata bathinnya dan kemudian mereka diam tidak mau jujur. Ada pengaruh besar di aura Nyai Endang Tinampi sehingga para dukun, orang pintar di sekitar desa Karangredjo mendadak diam.

Sepertinya mereka tahu bahwa Nyai Endang Tinampi adalah perwujudan manusia dari Nyai Baroh dayang dayang kepercayaan Nyai Gadung Melati, dari kerajaan Merapi. Bungkamnya para dukun membuat masyarakat biasa menjadi ketakutan akan misteri lenyapnya orang- orang akibat kesalahan orang- orang.

Nyai Endang Tinampi sendiri tetap seperti biasa. Ia tetap dandan cantik, wangi dengan badan bikin lelaki hidung belang terpikat.

Tetapi dengan banyaknya kejadian para lelaki mulai takut, jangan jangan mereka menjadi korban, hilang tanpa jejak. Sementara mereka diam dirumah takut keluar, takut ketemu Nyai Endang takut tidak kuat menahan godaan. Perempuan- perempuan di desa itu yang kebetulan sudah bersuami cemas dan selalu memelototi suami dan mencecar dengan berbagai pertanyaan. Mereka (para perempuan ) memang kalah jauh pesonanya dibanding Nyai Endang. Kecantikannya mendekati pesona Dewi Sri wanita yang digambarkan sebagai pelindung padi warisan cerita dari orang- orang kuno yang belum memeluk agama. Mereka masih mempercayai dewa- dewa, masih percaya penunggu pohon dan penunggu alam kalanggengan termasuk masih percaya ada kehidupan lain di alam semesta ini. Mataram sendiri terbangun oleh sultan beragama Islam namun budaya dan pendekatan mereka pada alam semesta seperti halnya para pendahulunya turun temurun masih dengan tradisi kuat menyatukan kesatuan alam, makhluk hidup dan alam gaib sebagai harmoni yang tidak terpisahkan.

Saat akan melakukan tanam padi selalu ada acara kendurian, selametan agar tanaman mereka aman selamat jauh dari gangguan hama dan jarahan para perampok dan bencana. Dalam setiap wiwitan ataupun kenduri tercampur doa doa dengan menyebutkan para penghuni di sekitar mereka entah kyai penunggu sungai, Kyai penunggu (belik )pancuran. Doa dicampurkan dengan doa- doa ajaran para wali dan habib – habib dari Arab yang disamping syiar agama juga banyak berdagang minyak wangi minyam Zaitun dan kurma.

Dalam istilah jawanya manunggaling kawula dan Gusti. Gusti itu Maha Pencipta, pencipta alam semesta, juga menciptakan kehidupan yang kasat dan tidak kasat mata, semuanya adalah ciptaannya. Sesama ciptaan Tuhan tidak saling mengganggu, jika salah satu mengganggu akan terjadi ketidakseimbangan, Maka Masyarakat Merapi menyadari bahwa mereka tidak akan jauh dari cerita – cerita manusia dan alam kajiman.

Bahkan dalang kondang di sekitar Merapi sering ditanggap di alam kajiman. Mereka sengaja mengundang karena di alam kajiman budaya semacam wayang, jathilan gamelan juga ada. Persis seperti manusia. Jadi seorang dalang paling tidak mempunyai ilmu sabetan, ilmu tembang, gamelan juga ilmu lainnya agar bisa muncul di dunia lain selain dunia manusia.

Merapi Membara, Sambungan dari Bara Asmara di Kaki Pegunungan MenorehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang