12 - Wishes

1.2K 96 45
                                    

Awan kelabu masih seperti kemarin ketika hujan terakhir kali. Udara juga masih sedingin itu.

Hampir sama dengan suasana yang memenuhi kamar June. Ia sedang mengepak barang-barangnya. Berusaha mengingat-ingat jangan sampai ada yang tertinggal.

Sesekali melihat jam, dan menyadari waktu memang berlalu sebegitu cepatnya. Membuatnya sedikit banyak mengulang kenangan yang diberikan Bobby walau laki-laki itu memiliki sikap tidak begitu manis. Terkadang begitu arogan, egois, dan juga keras kepala.

Namun Bobby yang apa adanya lah yang membuatnya bertekuk lutut. Dan sekarang, laki-laki itu seperti sedikit lebih peduli. Lebih manis, dan lebih berani mengungkapkan apa yang dia mau.

Mungkin karena faktor utamanya adalah karena dirinya yang akan pergi.

Sedikit menyesakkan tapi tak apa. Karena untuk hubungan yang seperti ini akan ada masa berlakunya.

Akan tiba waktunya dimana ia akan pergi. Bobby juga akan menemukan orang lain lagi.

Walau belum tentu dirinya akan bisa melupakan laki-laki itu, tapi yang ia perlukan sekarang ini adalah bersiap-siap untuk move on.

"Masih butuh tas?" Bobby menyembulkan kepalanya di sela-sela pintu, membuat pikiran June seketika teralihkan.

Ia menggeleng sebagai jawaban, "cukup ternyata," matanya lalu menoleh ke arah tumpukan baju yang sedikit lagi beres.

Bobby lalu masuk, duduk di tepian kasur, mendongakkan kepalanya melihat ke sekeliling ruangan yang sudah hampir kosong, dalam artian beberapa photo dan buku-buku novel June sudah berpindah tempat ke dalam salah satu tas yang akan ia bawa besok.

"Resume lo udah gue bikin, nanti gue print. Ada lagi yang lo butuhin enggak?" tanya Bobby lagi.

"Enggak kayaknya. Cuma tinggal gue satuin ke berkas yang lain aja."

"Nanti gue hubungin teman disana yang bisa bantuin lo cari kerja. Enggak apa-apa kan?"

June tersenyum, Bobby benar-benar menepati janjinya untuk terus membantunya walau mereka tidak lagi bersama.

"Oke," jawab June singkat.

Bobby kemudian berdiri, mengusak kepala June lembut, lalu mengecup dahinya sekilas.

Malamnya, seperti memiliki rutinitas baru, mereka berdua kembali mendudukkan diri berdampingan di ruang tamu, kali ini Bobby menyetel beberapa film yang mungkin June sukai, dan benar saja laki-laki itu terlihat benar-benar menikmatinya.

"Gue ambil cuti lagi mulai besok," kata Bobby, ia tengah mencari-cari film lain lagi yang sekiranya June sukai.

"Berapa hari?"

"Tiga hari, gue mau ngabisin jatah cuti aja," ia menoleh sebentar ke arah June, "mau nonton lagi enggak? Atau lo ngantuk? Mau tidur aja?"

"Tidur aja," jawab June singkat, "tapi sama lo."

Bobby yang masih memunggungi June berusaha mengontrol air mukanya yang terasa panas, ia yakin sekali wajahnya sudah berubah warna sekarang.

Bobby lalu berdiri, mengambil tangan June dan menuntun laki-laki itu ke kamarnya.

June hampir tidak pernah menginjakkan kakinya di ruangan itu kalau tidak terlalu perlu. Seperti membangunkan Bobby yang hampir terlambat bekerja, atau juga saat Bobby sempat sakit dahulu sekali.

Laki-laki itu hanya tidak suka barang-barangnya disentuh orang lain, kecuali ibu-nya. Salah satu bukti bahwa dirinya tidak terlalu berarti untuk laki-laki itu selama ini.

Tadinya seperti itu.

Namun malam ini, Bobby seperti membuat Dirinya lebih transparan.

Oh bukan, jauh sebelum ini malah, sebelum June memutuskan untuk pulang ke Surabaya.

Hypocrite - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Where stories live. Discover now