June mengangsurkan secangkir teh panas kepada laki-laki yang sedang duduk dengan gestur kaku di sofa ruang tamu rumahnya. Matanya seperti mengabsen apa saja yang ada di ruangan yang tidak seberapa lebar itu, membuat kepalanya tidak berhenti bergerak.
Surabaya malam hari di awal tahun masih sedingin akhir tahun kemarin, sehingga laki-laki dengan rambut berantakan berwarna merah itu mengeluh kedinginan.
"Tau diri. Baju lo aja begitu," jawab June dengan wajah kesal, "katanya lo sakit, tapi nekat kesini, padahal empat hari lagi juga gue pulang."
Bobby balas menatap June dengan datar, "suka-suka gue," katanya dengan intonasi yang menyebalkan, lalu kemudian matanya menangkap sesosok yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Bunda," tegur Bobby dengan memamerkan gigi kelincinya itu.
Yang ditegur langsung memeluk laki-laki yang tengah dimarahi habis-habisan oleh anak sulungnya itu, "sehat, Bob?" tanyanya lembut.
"Sehat, bunda."
"Langsung istirahat. Di kamar June aja ya? Soalnya kamarnya cuma ada tiga."
"Di kamar mandi juga enggak apa-apa dia, bun, jangan terlalu dipikirin," June menyambar asal dengan intonasi tak kalah menyebalkan, membuat wanita paruh baya kesayangannya itu tersenyum. June lalu melangkahkan kakinya ke arah sebuah pintu kamar yang tak jauh dari situ, dengan tangannya yang penuh memegang dua cangkir gelas mereka.
Ruangan kamar June jelas jauh berbeda dengan yang Bobby berikan di apartemennya. June membuka lemari bajunya, dan tanpa basa-basi memberikan sebuah handuk bersih ke pelukan laki-laki itu, "mandi, gue mau makan dulu. Lo laper enggak?"
"Ada pizza enggak?" tanya Bobby dengan suara penuh harap.
"Rumah saya bukan restoran, Bapak Mahessa, mohon maaf," jawab June sengit.
Bobby tergelak lepas mendapati wajah June yang semakin kesal, "pesenin maksud gue, kalik nanti Reza bangun dia laper, seenggaknya ada yang bisa dia makan."
June menarik napasnya, "kayak biasa?"
Dijawab dengan anggukan semangat dan cengiran khasnya oleh Bobby, lalu June meninggalkannya agar ia bisa mulai membereskan tubuhnya dan sedikit beristirahat.
Namun alih-alih beristirahat seperti yang June pikir tadi, Bobby malah kembali keluar dari kamar setelah ia membersihkan badannya. Tepat sekali saat kurir delivery dari satu merk pizza ternama tiba mengantarkan pesanan mereka.
June seperti sudah hapal kebiasaan laki-laki itu, ia menuangkan cola di sebuah gelas berukuran jumbo, dan menyodorkannya di hadapan Bobby.
"Cola-nya jangan nambah. Udah malem, takut lo buang-buang air."
"Kayak bayi gue," protes Bobby.
"Yang kemarin ngeluh sakit siapa, gue tanya?"
Bobby lapar, dan sedang tidak dalam mood menimpali omongan June barusan, dia lebih memilih menghabiskan hidangannya yang menggugah selera.
Beberapa menit kemudian, setelah mereka kembali mengobrol apa saja, saling mengumpat dan lain-lain, seperti ada bunyi kerikil jatuh satu-satu di atas genteng rumah. Lalu kemudian mulai banyak terdengar seperti berebutan.
Hujan.
Malam kembali basah karena hujan. June lalu beranjak ke arah dapur, sedikit melongokkan kepalanya ke halaman belakang, takut-takut melewatkan jemuran yang tadi pagi ia cuci."Ujan?" Bobby mengikuti gerakan June yang kembali duduk dihadapannya, masih dengan mulutnya yang penuh.
"Iya, sengaja gue buka pintu belakang biar adem, wangi tanahnya biar masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrite - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]
FanfictionArjuna Samudera & Bobby Mahessa. Kisah dua orang anak manusia yang memiliki cerita hidup berbeda. Melibatkan arogansi, egoisme, sedikit tidak mau kalah, dan diam-diam saling mencinta. 💙💜 Disclaimer: 🔞 BXB Yaoi Boyslove A lil bit harsh words Yang...