11 - Decision

1.3K 88 22
                                    

Bobby menumpukan kakinya lurus-lurus di sofa besar ruang tamu apartemen miliknya. Ia baru saja pulang dari berolahraga futsal. Semenjak ia pindah ke kantornya yang sekarang, yang notabene delapan puluh persen dihuni oleh laki-laki gila bola, membuatnya benar-benar larut dalam lingkaran pertemanan yang sehat.

Seperti minggu-minggu sebelumnya, jum'at malam selalu dihabiskan Bobby bersama dengan team advertising-nya yang baru. Sedikit mengobati kerinduannya dengan pak Abraham, Kristin, Inggrid dan tentu saja June walau mereka setiap hari bertemu di rumah. Karena bagaimanapun beradaptasi dengan orang baru tetaplah merupakan hal yang sulit untuk orang yang memiliki kepribadian supel macam Bobby sekalipun.

Bobby menolehkan kepalanya sesaat ia mendengar suara pintu dibuka, June baru saja pulang. Laki-laki berambut legam itu langsung memberikan senyum manisnya ketika ia melihat Bobby mengubah duduknya menjadi menghadap kepadanya.

Wajahnya sedikit muram, Bobby hapal sekali, karena tentu saja mereka bukan orang baru kenal kemarin sore. Walau tadi senyumnya terlihat agak dipaksakan, tapi tetap menjadi senyum yang manis sekali untuk Bobby.

"Lo juga baru pulang?" tanya June saat melihat Bobby masih mengenakan stelan jersey yang terlihat sedikit lepek, ia lalu berjalan pelan menghampiri laki-laki yang malam ini kembali mengikat rambut merah bergelombangnya itu.

Dijawab dengan sebuah anggukan oleh Bobby. Matanya memicing, "lo kenapa?"

"Hah?"

"Gue tanya, lo kenapa?" tanya Bobby sekali lagi, kali ini dengan nada yang sangat lembut.

June terdiam sebentar, lalu menjawab dengan nada yang sangat pelan namun masih bisa didengar oleh Bobby, "enggak enak badan dikit. Gue ke kamar ya," pamit June dengan wajah yang tidak biasa.

"Mandi?"

"Hmm."

Aneh...

Bobby lalu beranjak dari duduknya, ia akan menghampiri June untuk memastikan semua baik-baik saja setelah ia membersihkan tubuhnya.

Sedangkan June yang sudah berada di dalam kamarnya lebih memilih untuk duduk di tepian tempat tidur, masih menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia masih menimbang-nimbang apakah sebaiknya ia berterus terang kepada Bobby.
Karena ia butuh masukan dan sungguh memang hanya Bobby yang ada untuknya.

Tiada orang lain lagi.

Seperti tahu apa yang sedang laki-laki itu butuhkan, tidak berapa lama Bobby muncul dihadapan June, mengambil posisi duduk bersila di lantai, dan matanya memandang lekat ke arah mata June yang sendu.

"Lo kenapa? Ada masalah di kantor?" tanyanya dengan wajah yang sangat menyiratkan kekhawatiran.

June menggelengkan kepalanya, "enggak ada masalah sebenarnya, bukan soal kantor juga," jawabnya lagi.

"Terus?"

"Soal Bunda sama Reza."

Bobby memilih diam, memberikan waktu untuk June meneruskan ceritanya.

"Reza dapat beasiswa ke Australia. Tadi dia ngabarin gue, bahagia banget kedengarannya."

Bobby mengerutkan dahinya, "lho, bagus dong? Terus?" jawabnya dengan wajah yang sumringah sekali.

June belum mau meneruskan kalimatnya, ia masih menenangkan hatinya dahulu, "kalau Reza beneran kesana, mau enggak mau gue balik ke Surabaya, karena Bunda enggak mungkin sendiri, Bob."

Jangan tanyakan perasaan Bobby sekarang. Mimik wajah bahagianya tadi langsung berubah sedetik kemudian.

Tubuhnya mematung, begitu pun June.

Hypocrite - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Where stories live. Discover now