|CHAPTER 37| JALAN-JALAN

Mulai dari awal
                                    

"Kok helmnya cuma satu?" tanya Moa.

"Aku punyanya cuma ini. Maaf ya, Moa."

"Kenapa dikasih ke aku kalo kamu cuma punya satu?"

"Aku tidak masalah jika harus jatuh jutaan kali, asal jangan kamu yang terluka."

Cakrawala adalah laki-laki paling tulus di dunia. Ia selalu ingin membuat semua orang di sekelilingnya bahagia. Ia juga selalu ada untuk semua orang. Meskipun ketika ia butuh, tidak ada satupun orang yang ada untuknya.

Cakrawala mengayuh sepedanya pelan-pelan.

"Peluk aku supaya kamu tidak jatuh."

"Siap Tuan!"

Moa lantas melingkarkan tangannya ke pinggang Cakrawala.

"Pelukan kamu rasanya menyenangkan, sama seperti pelukan Bundaku."

"Kamu kangen sama bundamu ya?"

Cakrawala mengangguk. "Bunda pasti sudah bersenang-senang sama Tuhan di sana."

Diam-diam Moa menjatuhkan air matanya. Ia paling benci menangis, tapi Cakrawala sudah benar-benar mengubahnya. Cowok itu berhasil membuat sifat setan dalam diri Moa hibernasi.

"Moa, tolong peluk aku lebih erat. Pelukan kamu membuat rasa rinduku ke Bunda menjadi sedikit terobati."

Moa memeluk Cakrawala lebih erat. Ia juga menyenderkan kepalanya di punggung Cakrawala. Padahal Cakrawala cuma mengajak Moa naik sepeda, tapi Moa merasa sangat nyaman.

"Aku mencintaimu, kamu juga mencintaiku. Iya, kan?" tanya Cakrawala.

Moa terkekeh. "Iya..."

Sambil mengayuh sepeda dan memboncengkan Moa, Cakrawala terus berbicara. Ia asik bercerita mengenai hari-hari bahagianya.

"Setiap minggu pasti ayah selalu mengajakku pergi."

"Ayah datang sambil bawa pancingan di tangan kanannya, dia bilang gini. 'Cakra! Sini, ikut ayah.'"

"Terus kamu ikut?" tanya Moa.

Cakrawala tersenyum. "Iya, aku ikut. Rasanya seru."

"Kamu dapat ikan apa?"

"Bukan dapat ikan." Cakrawala tertawa. "Tapi dapat sampah plastik."

Sesekali ia tertawa ketika menceritakan masa kecilnya bersama ayahnya. Tanpa Moa tahu, semua yang Cakrawala ceritakan saat ini hanyalah sebuah kebohongan belaka.

"Kamu senang?" tanya Moa.

"Iya, aku senang," ujarnya sambil mengukir senyum.

"Ayah kamu pasti baik banget ya, Cak. Sama kayak ayahku," tutur Moa.

Cakrawala tertawa renyah. "Iya."

"Moa..."

"Hem?"

"Dalam hidupku cuma ada dua perempuan, perempuan itu Bunda dan kamu. Aku sayang kalian berdua."

"Bunda udah ninggalin aku, kamu juga jangan ninggalin aku, ya?"

"Nggak akan, aku nggak akan ninggalin kamu Cakrawala."

Usai bersepeda selama hampir lima belas menit, akhirnya Cakrawala sampai di depan rumah Moa. Ia menghentikan sepedanya. Moa turun dari atas boncengan Cakrawala.

"Caka..." Moa mendekat pada Cakrawala. "Cucah... Bukain..." ujarnya, terdengar manja.

Cakrawala terkekeh gemas. Ia menjulurkan tangan untuk membukakan ikatan helm di bawah dagu Moa.

2. NOT ME ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang