|CHAPTER 49| MAAFIN CAKRA

101K 21.1K 6.5K
                                    

HAPPY READING!!!

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

HAPPY READING!!!

———

Cakrawala seketika lemas ketika dokter memberitahunya Maratungga koma.

"Dokter, kapan abangnya Cakra bisa bangun?" tanyanya.

Dokter itu menggeleng. Ia pun juga tidak tahu, karena dalam berbagai kasus ada pasien yang koma dan baru sadar beberapa minggu, bulan, bahkan beberapa tahun kemudian.

"Abangnya Cakra nggak akan pergi kan, Dok?"

"Abangnya Cakra cuma bobok kan, Dok?"

"Abangnya Cakra bisa sembuh kan, Dok?"

"Dokter bantuin Cakra bangunin Bang Mara..."

Dokter itu menepuk pundak Cakrawala beberapa kali, mengatakan supaya anak itu tetap bersabar dan mengirimkan doa yang terbaik, kemudian dia berlalu pergi.

Cakrawala hanya bisa melihat Maratungga terbaring dengan selang oksigen yang menempel di hidung dan berbagai alat lainnya yang Cakrawala tidak ketahui apa namanya itu menempel di dada Maratungga.

Cakrawala melangkah pelan mendekati Maratungga, menyentuh telapak tangan abangnya, mengusapnya dengan lembut.

"Bang Mara..."

"Cakra udah masakin sayur sop buat abang, kalo abang bobok terus, nanti sayurnya basi... hiks!" 

"Bang Mara boboknya jangan lama-lama ya..."

Maratungga sama sekali tidak bergerak. Ia tetap terpejam sekalipun Cakrawala mengoceh kesana-kemari.

Cakrawala bingung, bagaimana caranya ia harus memberitahu ayahnya tentang ini. Ia yakin ayahnya pasti akan marah besar. Namun, biar bagaimana pun ia juga harus memberitahu ayahnya tentang kondisi Maratungga.

Lamunan Cakrawala buyar ketika ponsel di sakunya tiba-tiba berdering, saat ia lihat ternyata ada panggilan masuk dari Moa. Ia menyeka air matanya kemudian tersenyum sebelum akhirnya mengangkat panggilan tersebut.

"Cakra... Kamu di mana? Ini udah mau jam tujuh kok kamu belum sampai sekolah?"

"Aku nungguin kamu di depan kelas nih. Busnya macet ya?"

"Moa... Maafin Cakra..." Jawabnya dengan suara terdengar parau. "Cakra hari ini nggak masuk sekolah dulu."

Cakrawala menunduk, ia sebenarnya sangat ingin berangkat ke sekolah dan bertemu dengan Moa. Ia sudah sering tidak berangkat sekolah karena menjaga Maratungga yang keluar masuk rumah sakit. Namun, Cakrawala juga sama sekali tidak punya pilihan. Jika bukan dirinya yang menjaga Maratungga, lalu siapa lagi? Ayahnya juga tidak pernah selalu ada setiap waktu.

Tanpa disadari, Cakrawala dan Maratungga sebenarnya mereka saling menjaga dan hidup saling bergantung satu sama lain. Mereka memang sering berantem, tapi kemudian berbaikan lagi. Semua kakak di dunia ini sepertinya punya sikap seperti Maratungga. Terkadang sangat menyebalkan, tapi jika tidak ada, rasanya sangat sepi.

2. NOT ME ✔️ Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin