Cakrawala Agnibrata, dia selalu menebar senyum ke semua orang meskipun dunianya sedang hancur berantakan. Sampai pada akhirnya kepura-puraannya untuk bahagia justru merenggut kewarasannya. Ia sakit mental.
"Setelah sekian bulan saya mengamati peril...
Vote dulu yuk, biar nggak lupa. Ramaikan kolom komentar juga ya... Terima kasih atas support yang kalian berikan.
Happy Reading!!!
————
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
—————
"Kenapa kamu menghindariku?" tanya Moa.
Sambil membawa dua kantong kresek berisi camilan di tangan kanan dan kirinya, gadis itu mengikuti kemana pun Cakrawala melangkah.
Alih-alih menjawab, remaja laki-laki pincang itu justru diam membisu.
"Cakra lo bisu?!" Sentak Moa.
Cakrawala menunduk dan terus mengambil langkah meskipun terasa sangat berat. Kata-kata bentakan dan hinaan seperti itu sudah biasa Cakrawala terima, ia sudah kenyang.
"Berhenti bangsat!"
Brak!
Moa menendang Cakrawala hingga jatuh, entah sudah yang kebarapa puluh kali ini ia jatuh. Cakrawala lupa jika Moa adalah seorang devil, gadis berwajah angel tersebut bisa dengan mudah marah dan melakukan apapun yang ia suka.
Di bawah kaki Moa, Cakrawala mengambil kembali tongkat lusuhnya dan berusaha berdiri.
"Lo kira lo bisa kabur gitu aja dari gue? Ha?" Dengan mata basah digenangi air mata, Moa menatap wajah Cakrawala yang penuh luka.
Moa menyentuh pipi Cakrawala, memaksa cowok itu supaya mau menatapnya.
"Tolong Cak, jangan paksa aku buat nyakitin kamu. Kamu tahu kan aku itu orangnya kayak gimana? Hm?" Ujar Moa.
Satu detik, dua detik, hingga lima belas detik berlalu, Cakrawala tetap membisu. Hingga akhirnya cowok itu menunduk, terdengar suara hembusan napas panjang yang keluar dari mulutnya.
Cakrawala mengangkat kepala, menatap balik gadis bersurai hitam di hadapannya.
"Mau temani aku beli cat air?" tanya Cakrawala disusul dengan senyum manis diwajah kumalnya. "Aku mohon," ujarnya.
Moa menatap Cakrawala selama sepersekian detik, kemudian terkekeh. Ia lantas menyeka air mata di pipinya.
"Ayo, aku temani." Moa memindahkan semua kantong kresek ke tangan kanan dan tangan kirinya menggandeng tangan Cakrawala.
