"Hehe ayo masuk" ajakku yang entah mengapa terdengar canggung sekali. Dia mengangguk dan mengikuti langkahku. Sampai di kamar aku pamit padanya untuk mandi duluan dan dia setuju. Kenapa rasanya semakin kecewa ketika Tzuyu ternyata tidak tau aku sedang tidak baik-baik saja? Atau dia tau tetapi tidak peduli?

Selesai mandi aku ke dapur, ingin menyiapkan makan malam karena kami sudah melewatkan makan siang. Tzuyu sedang mandi. Aku tau karena tadi aku yang menyarankannya.

Lalu aku harus masak apa? Otakku nggak bisa berpikir jernih. Rasa sesak ini sangat mengganggu. Sebenarnya apa mauku? Aku sendiri yang ingin menahannya namun aku sendiri yang tak kuat?

Ku dengar derap langkah Tzuyu mendekat. Dia menyusul dan duduk di kursi. Dia diam saja. Aku tak berani menoleh ke arahnya. Rasanya semakin canggung ketika hanya ada aku dan dia di rumah dan kebetulan aku sedang tidak melakukan apa-apa. Rasanya aneh tidak ada percakapan di antara kami. Harusnya dari tadi aku sudah mulai masak supaya ada kesibukan.

Tiba-tiba tangannya menarik pinggangku lembut dan tak sadar kini aku sudah duduk dipangkuannya dan menghadap ke arahnya. Aku diam saja karena takut salah. Dia menangkup sebelah wajahku hingga kini mataku menatap matanya. Tangannya mengelus-elus pipiku lembut. Aku suka apapun yang ia lakukan terhadapku tetapi untuk saat ini agak berbeda. Aku malah semakin sesak ketika dia seenaknya menyentuh diriku begini.

"Kamu seharian aneh. Ada apa?" Tanya Tzuyu pelan. Aku menunduk, tak sanggup menatap matanya. Ada sedikit getaran aneh ketika tau bahwa dia sadar akan sikapku yang aneh seharian ini. Itu artinya dia masih memperdulikanku. Tangannya kembali menangkup wajahku dan membuatku kembali menatapnya.

"Aku tau pasti ada sesuatu" ucap Tzuyu. Jemari tangannya bergerak menyusuri alisku, hidungku, lalu kembali lagi ke pipiku. Lembut, sangat lembut. Tetapi dadaku masih sesak.

"Nggak ada apa-apa. Ini cuma aku yang kekanak-kanakan aja" ucapku dengan senyuman semanis mungkin. Rasa sesakku belum hilang tapi aku tak bisa mengungkapkannya. Ini sulit dan menyesakkan.

"Tell me" lirih Tzuyu. Kedua tangannya meraih tanganku, menggenggamnya erat dan memberikan kenyamanan yang malah membuat hatiku semakin berantakan. Dia benar-benar membuatku merasa dicintai tetapi dia juga menyimpan rahasia dariku.

"Please tell me" bisiknya tepat di depan bibirku. Aku tak tahan lagi. Semua ini begitu menyesakkan. Dia dengan segala tingkah manis dan rahasia yang ia simpan benar-benar memporak-porandakan perasaanku. Air mataku luruh begitu saja. Sekarang Tzuyu pasti semakin bingung.

Aku menumpahkan semua emosi yang tertahan lewat air mata ini. Ia memelukku. Aku juga memeluknya. Erat. Sangat erat. Biarlah. Biarkan aku menangis dulu sampai lega. Sampai seluruh pemikiranku tentang Elkie dan Tzuyu hilang. Sampai aku mendapatkan kepercayaan diriku kembali. Semakin di ingat semakin deras pula air mataku berderai. Oh Tuhan rasanya seperih ini kah hanya karena pasangan kita memiliki rahasia kecil?

Dia mengelus punggungku lembut. Naik dan turun. Gerakan yang selalu membuatku nyaman. Semakin lama aku semakin tenang. Rasanya seperti kekhawatiranku hilang begitu saja karena Tzuyu saat ini benar-benar ada di sisiku, menenangkanku, membuatku merasa dicintai. Mungkin sebaiknya kudengarkan dulu alasannya. Pasti semua ini ada alasannya.

Aku melepaskan pelukan ini. Dia menangkup pipiku dan menghapus sisa-sisa air mataku.

"Aku udah boleh tau belum ini ada apa?" Tanya Tzuyu pelan. Aku menangguk dan menarik napas dalam, mencoba mengumpulkan energi yang terkuras karena habis menangis.

"Tapi aku minta maaf dulu sama kamu" ucapku, dia mengangguk, mengikuti cara mainku sepertinya

"Tadi aku nggak sengaja lirik hp kamu karena ada notif, terus wallpapernya ternyata gambar Elkie. Maaf aku nggak sopan lirik-lirik hp kamu" dia langsung melotot karena kaget.

"Eh iya kah?" Tanya Tzuyu. Sebentar, ini kok dia malah bertanya iya kah?

"Sumpah sayang aku nggak sadar, aku nggak  pernah merhatiin"

Eh?

Gimana bisa?

"Jihyoku sayangku cintaku manisku Indonesiaku, sumpah aku baru sadar aku belum ganti wallpaper dari dulu" dia panik. Ucapannya terdengar sangat sungguh-sungguh. Aku jadi geli sendiri melihat dia panik begini. Hahaha. Oh Tuhan kenapa moodku naik turun dengan cepat begini? Aku sekarang malah senang karena dia panik? Lho jahat ya aku?

"Sumpah sumpah maafin aku sayang!" Ucapnya sedikit merengek. Aku terkekeh.

"Ini kamu lagi cemburu ya? Ya ampun aku seneng tapi aku juga panik karena kamu cemburunya bikin aku ngerasa bersalah banget. Maafin aku, sayang! Aku nggak ada apa-apa sumpah sama dia. Maaf banget. Aku nggak merhatiin hpku sendiri! Hpku selama ini aku pake kalo buat browsing, buka grup kelas atau grup lain, dan buat nelfon kamu, udah itu doang nggak pernah ku perhatiin selain itu kayak wallpaper segala macemnya. Maaf aku nggak sadar...."

"Iya aku percaya Tzuyu, maaf tadi sempet mikir yang enggak-enggak. Maaf juga tadi lirik-lirik hp kamu sembarangan, aku nggak sopan!"

"Lho kok jadi kamu yang minta maaf? Wajar dong kamu lihat hpku, tandanya kamu penasaran, tandanya kamu sayang aku. Aku malah seneng. Nanti buka aja hpku passwordnya 3333. Cari aja yang aneh-aneh kamu cemburuin semua nggak papa. Kamu marahin aku nggak papa. Tapi jangan nangis akunya jadi ikut sedih!" Aku terkekeh lagi, lalu pura-pura serius

"Nggak, aku nggak mau cemburu lagi, menyita tenaga! Enak aja kamu mau aku cemburuin! Nggak bisa itu epic, nggak bisa di ulang hahaha."

"Ye gitu sih! Ya udah deh nggak papa yang penting kamu udah pernah cemburu hehehe" ucap Tzuyu dengan cengiran anehnya. Kurasa ini sudah cukup. Kurasa aku harus berdiri.

"Hm.. Udah ah awas tangannya aku mau masak!" Aku berusaha menyingkirkan tangannya dari pinggangku namun ia malah semakin mengeratkan kedua tangannya. Kini kami sangat dekat. Deru napasnya terasa lembut menyapu wajahku.

"Sumpah aku sayang kamu Jihyo, nggak ada yang lain!" Bisik dia tepat di depan bibirku. Siapa yang nggak meleleh?

Tzuyu langsung mengecup bibirku lembut. Mengecupnya lagi, lagi, dan lagi. Lalu ia tempelkan lama. Aku memejamkan mataku untuk menikmati betapa lembutnya bibir Tzuyu yang sedang menempel dengan bibirku.

Semakin lama ia melumat bibirku. Aku ikut membalas. Tangannya bergeser ke bokongku, meremasnya pelan hingga aku semakin merapat ke arahnya. Tanganku di bahunya berfungsi untuk menahan diriku sendiri yang juga ikutan tak terkendali. Bibirnya semakin liar. Lidahnya bergerilya meminta akses ke mulutku. Ia menggigit bibir bawahku pelan. Tangannya menyelusup ke balik kaosku, mengelus pelan punggungku dan terasa sangat sensual. Sentuhannya itu benar-benar membuatku ingin dihancurkan olehnya. Tapi itu tidak benar. Dan kami belum makan.

"Eungh... Tzu... Kita...belum...makan" aku terbata-bata. Dia benar-benar tak mau melepas ciuman ini.

"Kita skip aja!" Ucap Tzuyu seraya berdiri dan menggendongku tanpa melepaskan lumatannya dari bibirku. Membawaku menuju kamar dan entah apa yang akan terjadi selanjutnya.

___________
03-12-2020

My Dearest Cousin (Jitzu)Where stories live. Discover now