Love Ties. Oikawa Tooru

Start from the beginning
                                    

"Aku.. tidak tau kenapa. Tapi, sosok yang selalu terbayang di benakku hanyalah (name)-chan. Sejak aku kesal padamu dan Ushiwaka, aku termotivasi untuk semakin berusaha lebih keras, agar bisa meraih karir impianku. Jadi, karena itulah aku pergi ke Argentina. Dan.. ya.. seperti yang kau tau sekarang, aku sudah jadi anggota timnas Argentina. Kau tau, saat aku mendengar jika (name)-chan pergi ke Perancis, itu sering membuatku overthinking. Mungkin, itu karena rasa cintaku padanya yang begitu dalam ini." Oikawa.

"Sou.." Tobio. Lanjut makan kue. Sektika Oikawa menjadi dongkol.

"Tobio-chan... jujur ya.. sebenarnya aku juga males melakukan pendekatan dan mengakrabkan diri denganmu. Tapi, (name)-chan itu saudari kembarmu. Jadi kita mau tak mau harus akrab. Aku tak punya pilihan lain." Oikawa.

Oikawa menatap Tobio yang duduk di hadapannya dengan ekspresi jengah. Tobio lalu balik menatap Oikawa dan menghela nafas panjang.

"Apa Oikawa-san pernah terfikir kenapa saya begitu protektif pada (name)?" Tobio

"Ya.... aku selalu berfikir kau itu berlebihan dalam menjaganya. Tapi, selain itu, aku juga yakin kalau kau punya alasan tersendiri. Memang apa alasannya?" Oikawa

"Sejak kecil (name) sudah sering sekali diremehkan oleh orang lain. Ia begitu rapuh, dan setiap kali saya melihat senyumnya yang dipaksakan, atau saat ia menangis, itu selalu membuat hati ini sakit. Saya lalu bertekad untuk selalu menjaganya, sekaligus menjauhkannya dari orang-orang yang menurut saya berpotensi menyakitinya." Tobio

"Jadi.. kau mau bilang aku salah satu orang di dalam kamus blacklistmu itu?" Oikawa. sebal.

"Haik." Tobio

Jederrr

Oikawa seketika sebal, kesal, sekaligus sedih. Ia bingung harus berkomentar apa lagi. Sementara, Tobio dengan tenang meminum ice coffeenya.

"Oikawa-san adalah seorang yang hebat, karena itulah Oikawa-san menjadi orang yang sangat populer. Oikawa-san juga bisa menjadi sangat ramah dan terkesan suka menggoda cewek-cewek yang ada di dekat Oikawa-san. Jadi, alasan saya memasukkan Oikawa-san dalam kamus blacklist adalah, karena saya takut (name) hanya akan dijadikan mainan saja oleh Oikawa-san." Tobio. Oikawa terdiam dan merenung.

"Seburuk itukah reputasiku dimatamu, Tobio-chan.. " Oikawa.

"Ah.. sou desu." Tobio.

"Tapi, kalau soal hati, saya tak bisa banyak memaksa (name). Semua itu adalah keputusan (name) sendiri. Sebagai kakaknya, saya hanya bisa mendukung keputusannya. Saya hanya ingin (name) bahagia." Tobio

"Maksudmu? kau mau bilang kalau mungkin aku punya kesempatan? Yah.. kalau memang misalnya (name)-chan menolakku, aku juga tak akan menyerah dulu sebelum..." Oikawa.

"Tidak. Bukan itu, Oikawa-san." Tobio langsung memotong kalimat Oikawa dan mengambil ponselnya.

Setelah beberapa menit, Tobio lalu menunjukkan layar ponselnya pada Oikawa. Oikawa lalu dengan tenang membaca tiap pesan yang terpampang di layar ponsel Tobio. Seketika Oikawa membelalakkan mata, dan ngehang. Tobio hanya tersenyum, dan melanjutkan scroll chat yang terpampang di ponselnya agar dibaca oleh Oikawa. Oikawa, semakin membaca pesan itu, semakin merona.

"W... WAKATAA WAKATTA! S.. S.. SUDAH! sudah cukup... jangan beritau lebih lanjut lagi. I.. Itu.. tidak baik untuk jantungku.." Oikawa.

Oikawa sudah merah padam, salting, panik dan nyaris menangis. Ia buru-buru meminum kopi yang sudah dipesannya tadi. Sementara, Tobio lalu meletakkan ponselnya kembali ke dalam sakunya dan kembali meminum minumannya.

Mirror ( Haikyuu fanfiction) Where stories live. Discover now