"HINATAA!!" (name), Yachi

Tim Karasuno langsung meminta timeout. Shimizu dengan sigap mencari peralatan untuk memeriksa keadaan Hinata. (name) dan Yachi masih terdiam di tempat. Sebab mereka masih menahan diri untuk menaati aturan pertandingan yang tidak memperbolehkan penonton masuk ke area sekitar lapangan. Keduanya pun hanya bisa menatap ke arah bench dengan raut khawatir.

"Hinata... apa dia baik-baik saja?" Yachi.

"Aku... aku juga tidak tau, Seharusnya aku menyadarinya sejak tadi. Di sepanjang pertandingan ke 3 ini,  Hinata terlihat pucat" (name)

"Uhmm... pantas saja perasaanku tidak enak sejak tadi." Yachi. meremat jemarinya.

"Tcih ! aku tak bisa tenang kalau hanya diam di sini saja" (name).

Tanpa basa-basi lagi, (name) langsung lari memasuki area lapangan dan mendekat ke bench. Yachi yang sama khawatirnya pun mengikuti langkah (name). Beberapa orang di sekitar luar area lapangan pertandingan, mencoba mengingatkan (name) dan Yachi agar tak masuk ke lapangan. Namun itu sia-sia. (name) dan Yachi sudah keburu sampai di bench.

#Di bench

Anggota tim Karasuno masih melingkari Hinata. Semua sangat mengkhawatirkan keadaannya.  (name) dan Yachi yang baru saja sampai di sana, berdiri di sebelah Tobio.

"Aku tidak terlalu memikirkannya karena dia selalu berlari-larian dengan penuh semangat seperti itu. Tapi, tadi saat toss denganku, tangannya terasa sangat panas." Tobio

Yachi hanya bisa speechless. Hinata langsung menatap Tobio. Sementara, (name) lalu memfokuskan pandangan pada Hinata.

"Apa yang kau bicarakan ? tanganku  normal" elak Hinata dengan mata yang sudah berkaca-kaca. (name) diam menatap Hinata.

"Hinata.. suhu tubuhmu 39.1 derajat C!" ujar Shimizu spontan setelah mengecek termometer.

"Tapi, aku masih bisa ikut bertanding kan? aku masih kuat kok, Aku masih boleh bertanding kan? Shimizu senpai? Yachi-san? (name)-san?" ujar Hinata dengan air mata Hinata mulai berjatuhan.

"Gomen Hinata. Tapi, untuk sekarang kau harus berhenti bertanding. Kau demam." sahut (name).

"Sou desu, Hinata-kun. Kau perlu istirahat, kalau dipaksa keadaanmu bisa tambah parah." Yachi.

"Tapi... hiks... aku tidak terluka. Aku masih bisa bergerak.... hiks.. Aku masih bisa melompat... A... Aku juga... hiks...tidak cedera..." ujar hinata dengan berderai air mata.

Semua terdiam melihat keadaan Hinata. Tak lama kemudian, Takeda sensei menepuk pundak Hinata dan memberi beberapa nasehat. Setelah sekian menit, akhirnya dengan masih berderai air mata, Hinata hanya bisa menurut untuk tak melanjutkan pertandingan.

"Saya... minta maaf..." Hinata. masih menangis.

"(name)-san, Yachi-san... Tolong temani Hinata kembali ke penginapan ya..." Takeda Sensei.

"Haik. Sensei." (name), Yachi.

"Tanomu! Yachi, (name)," Daichi

Hinata pun beranjak pergi ke luar lapangan didampingi (name) dan Yachi. Dari raut wajahnya, ia masih sangat terpukul. Air matanya pun masih belum berhenti mengalir.

"Hinata shoyou !! aku akan menunggumu !!" Hoshiumi

Hinata, (name) dan Yachi sejenak menghentikan langkah. Ketiganya lalu menatap ke arah Hoshiumi. Hinata lalu mengusap air matanya dan  membungkuk hormat ke arah Hoshiumi. Di lapangan, Hoshiumi hanya menatap datar Hinata. Setelah itu, Hinata segera bersiap pergi bersama (name) dan Yachi.

Mirror ( Haikyuu fanfiction) Where stories live. Discover now