1 || Kecewa

63 9 11
                                    

"Setidaknya tak usah berjanji jika tak yakin bisa menepati"




Kecewa

****

Mungkin ini takdir yang tuhan berikan untuk seorang gadis, Veronica Aurora Vernanda. Kecewa kepada sang papah yang melanggar janjinya untuk menikah lagi, padahal saat mamah meninggal dia berjanji untuk tidak menikah lagi, tapi apa? Itu semua hanya omong kosong.

Bukan hanya kecewa, Ica juga bingung terhadap saudara tirinya, Elvira. Entah kenapa El sangat membenci dirinya, padahal Ica baru pertama kali bertemu dengannya. Kejadian apa yang membuat El membenci dirinya?

Menatap sang senja yang memberi keindahan. Ica sangat merindukan mamahnya yang sudah tenang di alam sana, dan merindukan kaka yang entah sekarang berada dimana.

"Ca, ngapain kamu disini? Udah mau malem masuk yuk" ucapan papah membuyarkan lamunan Ica.

"Lagi liat senja yang indah pah, Ica rasa mamah sedang memperhatikan Ica dari sana" Bima tersentuh mendengar penuturan putrinya.

"Maafin papah ca, papah udah buat kamu, Agam, dan mamah kecewa. Sumpah papah menikah lagi biar kamu dan Agam ada yang jaga, bukan papah mencintai wanita lain dari mamah kamu. Tapi ternyata hal ini yang papah dapat, Agam pergi dari rumah dan kamu marah sama papah. Maafin papah ca"

"Solusinya ga harus menikah lagi pah! Aku sama ka Agam udah gede, ga harus ada yang jagain, lagi pula papah udah janji ke mamah, janji yang terakhir kalinya. Lihat sekarang akibat janji papah yang dilanggar kini ka Agam pergi, dia kecewa pah. Kalo aja aku ga sayang papah mungkin aku akan pergi dari rumah ini. Setidaknya tak usah berjanji jika tak yakin bisa menepati" Ica marah, kesal, dan terkejut. Papahnya melanggar janji karena dirinya dan ka Agam? Mengapa papah harus melakukan hal itu? Padahal mereka sudah dewasa, bisa jaga diri tak harus ada yang menjaganya, egois memang tapi ini janji kepada mamah untuk terakhir kalinya.

"Tapi ca pap-" perkataan Bima terhenti saat sebuah mobil berhenti dibelakang mobil Bima, mereka menduga jika itu mobil Agam.

Benar saja, lelaki tampan keluar dari mobil itu dengan pakaian yang sudah jauh dari kata rapi, kemeja yang dikeluarkan, dasi yang sudah tidak benar, dan rambut yang acak acakan. Sangat jauh dari kata baik baik saja kondisi Agam saat ini.

Bima hanya meringis melihat penampilan putra sulungnya yang sangat kacau. Sungguh diluar dugaannya, Agam yang terlihat bodoamat ternyata bisa sekecewa ini, ia menyesal.

"Bang Agam, hiks bang hiks kenapa abang pergi dari rumah hiks" Ica menumpahkan segala kerinduannya kepada Agam, ia menangis dipelukan sang kaka yang sudah 1 minggu menghilang.

Agam sudah menduga jika adiknya akan menangis, ia tau dirinya tak harus meninggalkan adiknya yang sedang sama kacaunya. Tapi, rasa kecewa saat melihat sang papah membuat Agam tak ingin melihatnya lagi. 1 bulan mamah meninggal dan papah langsung menikah lagi, ga lucu.

"Jangan nangis, jelek"

"Agam? Kemana aja kamu? Papah kangen kamu" Bima berniat menyentuh pundak Agam tapi Agam menghindar, sakit memang tapi ini kesalahan dirinya juga.

"Saya kesini hanya mau ambil barang barang saya dan mengembalikan semua fasilitas yang anda berikan kepada saya termasuk mobil, jika motor itu milik saya karena saya membelinya pakai uang sendiri, terimakasih" Bima tersentak mendengar Agam yang berbicara kepadanya seformal itu, kenapa anak dengan ayahnya sangat asing?

"Bang? Mau pergi lagi? Ica ikut abang aja"

"Ga ca, abang pergi cuma sebentar kok. Ica harus bisa mewujudkan mimpi Ica ya, abang ga akan balik kalo kamu belum sukses"

Senyum Yang Hilang Where stories live. Discover now