18#Hottra

2.1K 490 62
                                    

DUAARR!

Petir diluar sana terdengar membuat Jinily bergidik. Setelahnya hujan menderas terdengar diatas atap.

Tik.
Tik.
Tik.

Bukan jentikan jarinya tapi suara air yang menitik dari atap kelantai. Hujan.

"Bocor!"

Jinily mengangkat wajah memandang keatas langit-langit kamar. Terlihat rembesan disana hingga titik air yang jatuh kelantai. Jinily menampung titikan air itu dengan kedua tangannya. Semakin lama semakin deras seiring dengan suara derasnya air hujan.

DUAAARRR!
Petir menggelegar sesaat setelah bayangan kilat disela gorden. Jinily bergidik hingga air yang ia tampung dikedua tangannya itu berserakan.

'Ember!'

Tik.

Sebuah Ember kini menampung titikan air itu setelah ia memikirkan sebuah tempat yang bisa menampung air lalu menjentikkan jarinya.

Diluar sana hari menggelap. Jinily makin resah. Junali tak mungkin akan segera datang kalau keadaan diluar sangat mencekam seperti saat ini.

Selama hampir sebulan ia tinggal bersama dengan Junali, malam ini pertama kalinya turun hujan. Sementara Junali tiap pagi pergi keluar rumah dan akan kembali disore hari menjelang senja.

Biasanya saat menunggunya pulang, Jinily akan memandang keluar dari jendela kaca yang ada dikamar seperti yang sering Junali lakukan.

Ya, setiap tidur mereka berada dikamar yang sama. Bedanya Junali ditempat tidur, ia didalam toples. Toplesnya berada diatas meja dekat tempat tidur Junali disamping lampu tidur. Setiap malam suasana dalam kamar itu remang-remang. Junali tidak suka tidur dalam keadaan terang, sementara ia sebaliknya. Tetapi karna ia teringat ucap Junali kalau didunianya Jinily harus mengikuti apa katanya, ia berusaha untuk tidur meski dalam keadaan remang-remang. Setidaknya tidak gelap sekali. Teringat saat ditengah hutan, suasana gelap sekali tapi ia bisa tidur nyenyak. Artinya khusus didunia Junali, ia bisa tidur dalam keadaan pencahayaan yang kurang.

"OMG!"

Dihari pertama saat ia membuka mata ia terkejut bukan main. Ia melihat Junali yang membesar bukan hanya telanjang dada tapi handukan tanpa busana. Ia sedang mengeringkan tubuhnya tanpa sadar telah ditonton mahluk dalam toples yang saat itu melongo seketika melihatnya.

"Ya Tuhannnn!"

Jinily menutup wajahnya. Ini bukan setengah terbuka diantara jari-jarinya. Ia benar-benar menutup wajah sampai tubuh Junali benar-benar tak terlihat. Wajahnya menghangat seketika. Kalau ia memandang cermin pasti ia akan melihat rona merah menghiasi seraut wajah mulus dan polosnya. Netranya terlanjur memotret tubuh Junali yang terlihat menjulang itu. Tubuh itu bergerak seiring tangan si empunya tubuh yang mengeringkan bagian-bagian tubuhnya dengan handuk.

"Dasar sembrono, apa dia lupa ada aku disini?" Jinily mengumpat.

Sementara setelah mengeringkan tubuhnya, Junali meraih pakaian dalam dan mengenakan pakaian yang diambil dari dalam lemarinya.

"Astaga!"

Junali seperti teringat sesuatu saat menoleh kearah nakas dimana terdapat sebuah toples disana. Ia lalu mendekati benda itu.

"Syukurlah!"

Junali bergumam saat melihat isi toples. Terlihat didalam toples Jinily meringkuk seperti tidur nyenyak. Rupanya Junali baru menyadari kalau kebiasaannya mengeringkan tubuh sehabis mandi tadi bisa saja terlihat oleh Jinily yang baru saja ia ingat berada dalam toples.

"SHIRTLESS!!!"

BUZZZZ...
Disertai asap tipis, Jinily muncul dihadapan Junali dengan mengucak matanya seolah baru dibangunkan dari tidur.

HOT MANTRAOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz