13#Hottra

2.3K 494 54
                                    

"Jun????"

Melebarkan mata, wanita itu setengah menjerit melihat Junali.

"Kenapa? Seperti melihat setan saja kau!" Junali berkata terheran.

"Ini benar-benar kau?"

Junali mengeryit. Aneh. Apa karna menghempaskan lalu mudah melupakan? Berkata seolah tak kenal lagi saja.

"Jun??"

Junali menggoyang kepalanya agar terlepas dari rangkuman  tangan dengan netra yang terlihat tak percaya itu.

"Ck!" Decaknya tak suka disentuh tangan yang dianggap sudah najis menyentuhnya.

"Syukurlah, kau selamat, Jun!!"

Junali makin tak mengerti kenapa wanita didepannya itu memeluk sambil tersedu. Sesaat ia terdiam. Bukan menikmati pelukan, tetapi ia sedang tak habis pikir. Syok. Sebetulnya ada apa?

Terbangun paksa dengan memanggil nama Jinily, tetapi cerita gadis dikutuk dan dimasukkan kedalam toples itu seolah hanya halusinasinya saja. Mimpi. Tapi terasa nyata. Itulah sebabnya ia keluar dari rumahnya.

Diberanda ia terkejut, karna rumput liar memenuhi pekarangan rumahnya. Seperti tak terurus. Tak terlihat dari jendela kamarnya karna posisi berada dibelakang. Rumah itupun warisan dari orangtuanya yang meninggal dunia karna kecelakaan. Ia benar-benar sendirian setelah kepergian kedua orangtuanya yang mendadak.

Menyesal, masih belum membahagiakan keduanya. Tetapi tetap saja ia tak juga hidup lurus. Suka bertualang, terutama dari hati satu gadis ke gadis lain. Hingga ketika ia hampir saja meyakini seorang gadis yang diperuntukkan untuknya, ternyata ia salah. Gadis itu hanya menjadikannya bahan untuk bertaruh.

Lalu kemudian, ia ikut ekspedisi kehutan terlarang, yang ia yakini kalau itu bukan halusinasi. Tetapi kenapa ia bisa-bisanya ada dikamarnya sendiri setelah sekian waktu melakukan perjalanan ke castil raja Felix, ayahnya Jinily?

"Aku menyesal membuatmu memutuskan untuk mengikuti ekspedisi kehutan terlarang setelah kau dinyatakan hilang dan tak ditemukan, Jun!"

Nah. Bicara apa dia?

"Jun..."

"Sudahlah Tira!!"

Junali menepis tangan Tira yang terangkat ingin menyentuhnya lagi. Teringat teriakannya saat mengatakan ia tidak mencintai dan memenangkan pertaruhan, Junali merasa muak.

"Tidak usah seolah mencemaskan aku, apa urusanmu?" Cetus Junali merasa tidak suka dengan sikap Tira yang seolah perhatian padanya.

Ada angin apa? Bukankah sudah jelas kapan lalu dia bilang tak pernah mencintainya.

"Aku hanya merasa bersalah! Jangan gede rasa!" Beber gadis itu sesaat setelah terdiam karna sikap Junali yang menolak.

"Tidak perlu merasa bersalah, aku tidak butuh itu!" Balas Junali, segera berlalu dari hadapannya.

Gilang. Ia ingin mencari Gilang. Ia harus mendapat penjelasan darinya untuk meyakinkan.

Jadi sebenarnya ia memang sudah tersesat dihutan terlarang. Apakah saat sihir Tungkara pada Jinily lenyap maka iapun kembali kedunianya seperti ucap Jinily waktu itu?

"Kau bebas, lalu aku jadi apa?"

Tantang Junali waktu itu saat Jinily mengatakan dia harus bertanggung jawab menyelesaikan kutukannya.

"Akan kukembalikan kau keduniamu, percaya padaku!" Ucap Jinily yang terngiang kini.

"Hanya itu? Gampang sekali kau pertaruhkan nyawaku hanya dengan mengembalikan aku keduniaku katamu?"

HOT MANTRAWhere stories live. Discover now