7#Hottra

2.8K 552 47
                                    

"Kau disini!"

Junali menepuk punggung burung elang yang nampak sangat besar dan kuat hingga mereka berdua bisa naik diatasnya.

"Kau yakin, dia bisa membawa kita keseberang?" Jinily menatap Junali ragu.

"Katamu kalau kita menggunakan kapal justru akan menarik perhatian?" Junali balik bertanya.

"Ya, prajurit-prajurit castil siaga disetiap penjuru, mereka memiliki teropong untuk mendeteksi, kapal-kapal yang berlayar diperbatasan!" Jelas Jinily.

"Ya sudah, naiklah!" Junali mengulang permintaannya kalau tidak mau disebut perintah.

"Aku dibelakang saja!"

Jinily berkata saat memandang punggung hewan itu dan menatap kedepannya. Ia membayangkan setelah ini akan berada diatas ketinggian. Seketika ia bergidik dan merasa lebih baik kalau dibelakang punggung Junali saja.

"Biar bisa memelukku dari belakang?"

"Ck," Jinily mencebik mendengar goda Junali. Apa sih?

Junali terkekeh melihat raut cemberut Jinily. Ia sengaja membuatnya seperti itu karna terlihat lucu.

"Kalau dibelakang aku bisa berlindung dipunggungmu, aku takut!" Jelas Jinily setengah membela diri.

"Kalau didepan aku bisa menjagamu!" Ujar Junali, kali ini ia serius. Bukankah benar, kalau didepan, ia merasa lebih maximal menjaganya.

"Benar ya!"

"Coba saja!"

"Ihh ini jangan pakai coba-coba, Jun!"

"Yakan kalau didepan aku bisa melindungi, kalau dibelakang kau terpeleset dan jatuh, bagaimana?"

"Jangan menakuti...."

"Sudah, naik saja!"

Junali menepuk lagi tempat yang ia sudah siapkan sejak tadi didepannya. Sementara dipunggungnya sudah bertengger ransel yang ia bawa. Itulah sebabnya juga ia sarankan Jinily duduk didepannya.

Pelan Jinily menaiki burung elang besar yang bergerak-gerak jinak, dimana terlebih dahulu Junali berhasil menjinakkannya.

Dengan Jentikan jarinya, Junali memanggil seekor burung besar yang bisa membawa mereka kesebrang sana dimana ada Castil tempat Jinily tinggal sebelumnya.

"Si... siapp!"

"Jangan gugup!"

"Ti... dakk!"

Berkata tidak, tapi Jinily tergagap sedari tadi. Tapi apa boleh buat, ia harus mengikuti saja apa yang sudah diatur oleh Junali, setelah Junali berkata, "Percayakan saja padaku, kalau kau tak percaya yang ada kau tak sampai-sampai ke castilmu!"

Akhirnya Jinily harus pasrah saja, asal Junali bertanggung jawab sampai dengan selamat.

Tik.
Junali menjentikkan jarinya. Pikirannya fokus pada arah terbang sang elang yang mulai bergerak. Sementara Jinily mulai memejamkan matanya. Sesungguhnya ia takut sekali karna akan berada diketinggian.

"Yaa Tuhann, Lii, aku takuttt!"

"Stttt, jangan berisik, elangnya terkejut arahnya bisa salah!"

Kepak sayap elang itu terdengar keras dengan suaranya yang seakan membelah langit. Jinily benar-benar menutup matanya.

Ia tak tahu bagaimana bisa ia sampai kesebrang lautan sebelumnya. Apakah toplesnya dilemparkan si Tungkara? Ia tak sadar beberapa saat setelah dimasukan paksa kedalam toples. Begitu membuka mata ia sudah tak tahu berada dimana karna ia berada didalam toples. Yang ia bisa hanya berdoa, ada yang menemukan toples dengan hot mantranya.

HOT MANTRAWhere stories live. Discover now