6#Hottra

2.8K 562 38
                                    

Tik.
Menjentikkan jarinya sekali, seekor ikan melayang dan jatuh tepat didekat kakinya. Ikan terlihat menggelepar ditanah.

Tik. Tik.
Menjentikkan jarinya dua kali, dua ekor ikan yang melayang dan menggelepar ditanah.

Tik. Tik. Tik.
Tiga kali jentikan, tiga ekor terkapar.

"Stop!"

Junali menghentikan tangannya diudara dan membatalkan jentikan jarinya, mendengar ucapan Jinily.

"Kenapa?"

"Sudah cukup! Jangan berlebihan, kitakan cuma berdua, 6 ekor memangnya tidak cukup?"

Junali memandang jari telunjuk dan ibu jarinya yang tak berjarak siap menjentik. Sebetulnya ia hanya sedang takjub dengan kekuatan yang ia miliki sekarang. Kekuatan titipan Jinily yang beberapa saat lalu melemas ditarik air sungai.

"Aku titip kekuatanku, bukan untuk disalah gunakan ya Juna, mulai sekarang, aku percayakan keselamatan kita berdua kepadamu!"

Junali terdiam saat itu. Ia tak tahu, apakah harus senang ataukah justru merasa terbebani dengan semua itu? Menyandang kekuatan besar. Semacam sihir. Kekuatan pikiran. Apa yang ia pikirkan, akan terealisasi melalui telunjuknya ketika dijentikkan bersama ibu jari. Dan ketika ia memiliki semua itu ia harus menjaga juga sipenitip kekuatan.

"Kau siapkan Juna? Tidak keberatan bukan?"

Jinily bangun dari berbaringnya meski masih merasa lemas. Junali refleks membantu dengan meraih tangannya. Membersihkan lengan yang terpapar debu dari tanah. 

Lalu apa alasannya jika Junali menolak? Dia bersama Jinily sekarang. Ia butuh keluar dari hutan itu. Jika tidak, dia tidak punya masa depan jika taruhannya hilang dan mati dihutan terlarang itu. Sepertinya sejak awal tersesat ia sudah tak punya pilihan. Tidak bisa keakuan. Junali harus menyadari posisinya saat ini.

"Kau tinggal pikirkan sesuatu dan jentikkan jarimu!"

Junali memandang kearah ibu jari dan telunjuknya lalu merapatkan kedua jari tersebut lalu menjentikkannya.

Tik.

BUKK!

"Aduuh, apa-apaan kau Jun, apa yang kau pikirkan hah?"

Jinily berseru histeris sebab sesaat lalu kepalanya terantuk bahu Junali karna seakan bahu Junali magnet, menarik kepalanya mendekat.

Pakkk!

Jinily memukul bahu Junali setelah menarik kepalanya.

"Mesum, ya? Kau pikir kau bisa gunakan kekuatanku untuk menaklukkan perempuan-perempuan, hah?"

Junali meringis memandang jarinya yang baru saja menjentik saat pikirannya berkelana.

'Kalau membuat gadis-gadis takluk  dan setia, bisa tidak ya? Nempel terus kaya prangko!'

Setelah menjentik, yang tertarik kebahunya justru Jinily. Sensitif sekali sampai langsung terealisasi pikiran dan jentikannya.

"Kau harus mampu kontrol, Jun!" Ucap Jinily karna meski tak dijawab ia bisa menangkap arti dari raut wajah Junali.

"Ajari aku bagaimana kontrol!"

"Berhenti berpikiran cabul!"

"Sembarangan!" Protes Junali.

"Setidaknya tahan jarimu untuk menjentik, meski pikiranmu cabul kalau tidak menjentik, cabulmu takkan nampak!" Cetus Jinily membuat Junali menggaruk kepalanya.

Salahnya sendiri kenapa menjentikkan jari, jadi ketahuankan isi pikirannya.

Kriukk!!

"Kau lapar? Lebih baik gunakan jentikan jarimu untuk menangkap ikan, Jun!"

HOT MANTRAWhere stories live. Discover now