"Oke-oke, lupakanlah pertanyaanku yang tadi. Tapi pertanyaan yang kali ini harus kamu jawab jujur, kalau enggak, aku bakalan buat kamu dipecat sama Sayhan."

Mendengar kata 'dipecat' Riko membulatkan mata dan spontan berkata, "Baik Nyonya, baik. Silahkan apa pertanyaannya?"

Nuhai berdehem sejenak. "Dulu aku orang yang seperti apa?"

"Nyonya?"

"Iya 'kan dulu katanya aku sering datang ke sini. Ya, berarti kita pernah dong saling sapa-sapaan. Coba jelasin, aku yang dulu tuh bagaimana menurutmu?"

Orang yang diberi pertanyaan berpikir terlebih dahulu mengingat masa lalu. "Nyonya orang yang lemah lembut, pendiam, dan terkesan pasrah. Yaaa ... kurang lebih begitulah."

Apa?!

Riko sama sekali tidak menyadari kalau jawabannya membawa efek yang yang luar biasa dalam diri Nuhai. Wanita itu jelas terkejut mendengarnya. Lemah lembut? Pendiam? Terkesan pasrah? Hellooo ... apakah dirinya memiliki kepribadian ganda di sini?

"Nyonya ...." Secara hati-hati Riko mencoba membangunkan sang nyonya dari lamunannya.

"Ah! Iya?"

"Udah selesai belum nanyanya? Soalnya saya udah laper banget mau makan, Nyonya."

"Oh! Iya iya ... udah selesai, kamu bisa pergi."

Riko melemparkan senyum lebar dan membungkuk sedikit tanda penghormatan, kemudian dia mulai berlalu pergi menjauh meninggalkan Nuhai yang masih terdiam dengan isi kepala yang penuh tanda tanya.

***

Hari minggu pagi di kediaman villa milik Sayhan, di ruang makan sudah ada dua bocah yang duduk berdampingan sambil menyantap buah semangka manis yang dipotong kecil-kecil oleh ibunda mereka.

Sekarang sudah menunjukkan pukul delapan dan Nuhai berserta anak-anaknya sudah duduk manis di meja makan. Tetapi Sayhan belum menampakkan kehadirannya.

Sebagai seorang istri, ia tampak tidak peduli mau suaminya ketinggalan waktu sarapan atau tidak. Dia malah sibuk sendiri memikirkan hal yang mengusik di kepalanya yang menampung banyak rasa penasaran.

Obrolannya kemarin bersama Riko sama sekali tidak bisa lepas dari ingatannya. Aneh. Nuhai merasa ada yang salah di sini. Kalau dulu dirinya bersikap anggun layaknya wanita dewasa pada umumnya, lalu kenapa ia sekarang jadi berubah? Apakah amnesia bisa merubah sifat seseorang? Rasanya hal ini perlu nanti ia tanyakan pada Dokter Kisan.

"Dek, kamu makannya jorok banget sih," ucap Saidan melihat adiknya yang makan semangka langsung menggunakan tangan, beda dengan dirinya yang memakai garpu.

Saidan meletakkan semangkanya di piring, kemudian ia menarik beberapa helai tisu yang ada di meja. Secara telaten Saidan mulai mengelap membersihkan tangan, baju, dan area mulut adiknya.

Saidar sendiri hanya diam menerima semua perilaku kakaknya, bahkan semangka yang sedang ia makan pun ikut diambil oleh sang kakak.

Setelah beres membersihkan sisa-sisa lengket dari buah tersebut, Saidan meraih garpu dan menusukkan semangka untuk adiknya.

Akhirnya kedua anak kembar itu kembali menyantap buah segar dengan sama-sama menggunakan garpu di tangan kanan mungil mereka.

Semua tindakkan perilaku Saidan barusan diperhatikan secara seksama oleh Nuhai.

"Saidan."

"Iyah, Bunda?"

"Biarkan adikmu makan dengan caranya. Setiap orang memiliki pilihan untuk membuat dirinya merasa nyaman. Kalau adikmu merasa makan pakai tangan adalah kegemarannya, maka biarkanlah. Kamu mengerti?"

Mendadak Lupa IngatanWhere stories live. Discover now