BAB 10

72 5 1
                                    

Nuhai begitu asik mengelilingi perusahaan milik suaminya. Dia melihat-lihat dari segala sisi yang bisa dijangkaunya. Para pegawai yang berlalu lalang sama sekali tidak menyadari kalau dirinya adalah seorang istri dari sang bos jadinya mereka hanya menghiraukan keberadaan Nuhai yang terlihat sekali kalau dirinya bukan seorang karyawan di perusahaan tersebut.

Langkah kaki Nuhai membawa dirinya sampai di sebuah area yang dipenuhi oleh stand-stand penjual berbagai macam menu makanan dan minuman favorit warga +62.

Tempat tersebut dikerumuni oleh banyak orang yang duduk di tempat yang telah disediakan sambil mengobrol, bercanda ria, berpacaran, dan lain sebagainya.

Kantin adalah tujuan utama bagi para makhluk hidup yang sudah lesu kelaparan di waktu siang hari.

Kata Sayhan, semua bawahannya bisa menikmati apapun yang ada di kantin perusahaan secara gratis. Enak banget, pikir Nuhai.

Mata wanita itu secara tidak sengaja menangkap satu sosok pria yang dikenalinya. Orang itu dikelilingi oleh beberapa perempuan dan kelihatannya pria itu sama sekali tidak merasa terganggu malah tersenyum manis begitu kesenangan.

"Riko!!!"

Kalau lupa, Riko adalah salah satu dari tujuh Asisten Sayhan yang bekerja di lantai paling atas perusahaan, itulah yang menjadi pemicu kenapa pria itu di tempeli oleh banyak perempuan.

Orang yang diteriaki namanya langsung menolehkan kepala ke arah sumber suara.

Nuhai di tempatnya berdiri melambai-lambaikan tangan mengisyaratkan pada Riko untuk datang mendekatinya.

Pria lajang itu pun mengerti dan sebelum beranjak ia berpamitan terlebih dahulu pada teman-teman perempuannya.

Tidak butuh waktu lama pria itu sekarang sudah berdiri tepat di hadapan Nuhai.

"Ada apa Nu-ah, maksud saya Nyonya." Hampir saja Riko keceplosan menyebut nama istri dari bosnya tanpa embel-embel kehormatan.

Nuhai bersedekap. "Gak ada apa-apa, cuman mau tanya aja."

"Nanya apa, Nyonya?" Adi bersikap ramah dan menjaga sopan santunnya di depan Nuhai.

"Udah berapa lama kamu kerja di sini?

"Sekitar ... tujuh sampai delapan tahun, Nyonya."

"Oh, berarti kamu udah kerja sama Sayhan sebelum saya menikah dengannya, ya?"

"Betul Nyonya." Riko memamerkan senyum manisnya.

"Baiklah." Nuhai mengangguk-anggukkan kepala. "Pertanyaan berikutnya. ... apakah dulu saya suka ke sini?"

Untuk pertanyaan kali ini Riko terlihat ragu-ragu dalam menjawab. Berita mengenai istri Tuan Sayhan yang terkena amnesia sudah menyebar ke seluruh penjuru kantor. Pantas saja pembawaan dan sikap wanita itu sangat berbeda dari sebelumnya.

"Se-sering Nyonya."

"Ngapain?"

"Ngapain?" Otak Riko tidak mencerna baik pertanyaan satu kata itu.

"Iya, aku sering ke sini ngapain?"

Gawat.

Pria itu mulai gelagapan, dirinya tidak tahu harus menjawab seperti apa. Tidak mungkin 'kan? kalau ia menceritakan apa yang dulu pernah terjadi sehingga Nuhai harus ....

"Ih, kok malah diem sih?! Jawab!" Nuhai sangat tidak mengerti kenapa semua orang seakan-akan menutupi perihal apa yang terjadi sebelum dirinya Amnesia.

"Nyo-Nyonya tanyakan saja langsung ke Tuan Sayhan. Saya cuman pegawai biasa gak punya wewenang untuk menjawab pertanyaan Nyonya."

Nuhai berdecak sebal. Semuanya sama aja. Tidak ada yang bisa memuaskan dirinya dengan pertanyaan yang selama ini terus mengganggunya. Sayhan-lelaki itu pasti dalang dibalik bungkamnya semua orang.

Mendadak Lupa IngatanWhere stories live. Discover now