"Kak Bara," lirih Nara.
"Arsen kemana?" tanya Bara.
Nara menggelengkan kepala.
"Kak Arsen gak angkat telepon. Maaf, Nara ngerepotin Kak Bara. Kak Bara boleh pergi, gak usah nungguin Nara di sini," ucap Nara.
"Emang gue udah mau pergi. Masih banyak urusan yang lebih penting di banding nungguin lo semaleman di sini," ujar Bara.
"Makasih," ucap Nara tulus.
"Hmm." Setelahnya Bara pergi dari hadapan Nara.
Bara menghampiri seorang perawat yang tadi mendorong brangkar Nara.
"Boleh pinjem kertas sama pulpen?" tanya Bara pada perawat.Si Perawat memberikan sebuah nota dan pulpen pada Bara. Bara menuliskan sesuatu di atas nota itu lalu memberikannya kembali pada perawat.
"Itu nomor ponsel saya. Kalo ada apa-apa sama dia, tolong segera hubungi saya," ucap Bara.
Perawat itu mengangguk mengerti dan memasukan nota berisi nomor ponsel Bara ke dalam saku bajunya. Bara menoleh sebentar ke arah gorden dimana Nara berada di sana, lalu Bara kembali mengambil langkah dan pergi keluar dari rumah sakit.
🐝🐝🐝
Starla menerobos kerumunan orang dengan susah payah, sebagian orang menggerutu kesel pada Starla. Akhirnya usahanya berhasil, kini Starla berada di barisan depan di antara para kerumunan. Starla melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu menunjukan pukul 00.45.
"Kapan balapannya di mulai?" tanya Starla pada perempuan yang mengenakan baju minim dan riasan wajah yang tebal.
"Biasanya udah mulai. Tapi... Nah itu dia Bara," ucap perempuan itu seraya menunjuk seorang laki-laki yang mengenakan jaket hitam.
Mata Starla mengikuti arah telunjuk perempuan itu. Nama yang di sebutkan perempuan tadi sangat tidak asing baginya. Dan benar saja, Starla melihat Bara dengan motor hitamnya. Di sana juga ada Nevan dan Galen.
Bara, Nevan dan Galen terlihat serius membicarakan sesuatu. Bahkan Bara terlihat memukul stang motor dengan kilatan marah. Nevan menepuk punggung Bara seperti menenangkan, sedangkan Galen mengacak rambutnya frustasi.
"Teman-teman, balapan malam ini batal." Suara Nevan menginterupsi.
Terdengar suara decakan kesal dan kecewa dari orang-orang di sekitar. Sama halnya dengan Starla.
"Aish, apa-apaan nih? Gue susah payah ngendap-ngendap turun dari balkon kamar. Balapannya malah di batalin, gak asik!" gerutu Starla.
Starla menatap jengkel pada tiga laki-laki di depannya. Namun tanpa ia duga, Bara menoleh ke arahnya, sontak hal itu membuat Starla membulatkan mata terkejut. Dengan cepat Starla membalikkan badan dan berjalan menjauh.
"Itu bukannya si Bintang?" Galen melihat punggung Starla yang perlahan menjauh.
"Wah! Nyali nya oke juga. Berani nonton balapan liar tengah malem gini," kata Nevan.
Bara menghidupkan mesin motornya.
"Gue duluan," pamitnya.Tanpa menunggu jawaban dari kedua temannya, Bara melajukan motornya begitu saja meninggalkan Nevan dan Galen yang siap melontarkan umpatan.
Bara menghentikan motornya di depan Starla yang sedang celingak-celinguk menunggu taksi. Bara melepaskan helm full face hitamnya. Sedangkan Starla hanya melirik Bara sekilas dan kembali fokus mencari taksi. Starla bersikap seolah Bara hanyalah angin yang tidak terlihat.
Baru saja Bara akan berucap, tiba-tiba ia di kejutkan dengan empat motor yang melaju ke arahnya. Cepat-cepat Bara mengenakan kembali helmnya.
"Heh! Naik, buruan!" perintah Bara pada Starla.

VOUS LISEZ
STELLARSHIP
Roman pour AdolescentsStarla. Seperti namamu yang berarti bintang, kamu adalah setitik cahaya dalam kegelapan. -Bara ___ Aldebaran Leander atau Bara adalah ketua geng bernama Arixon yang di segani di SMA Antariksa bahkan di sekolah lain. Dunianya yang gelap membuat Bara...
STELLARSHIP - 05
Depuis le début