"Oke oke. Tapi habis itu gue langsung balik ke sini lagi, ya!" Soobin pun beranjak dan berjalan meninggalkan Yeonjun, Taehyun, dan Hueningkai menuju perpustakaan yang Jimin maksud.

"Bin, kasih tips dong biar bisa punya tubuh tinggi." Ujar Jimin di tengah-tengah perjalanan mereka.

"Gue nggak ada tips, hyung." Jawab Soobin sekenanya.

"Tapi kok badan lo bisa tinggi gini?" Jimin berkata sembari memegang sekali bahu Soobin.

"Udah ditakdirin dari sananya, hyung." Balas Soobin singkat.

"Lo habis nangis ya, Bin?" Jimin menyeletuk. Sedari tadi Jimin memprhatikan Soobin, hanya raut sedih yang ia temukan di manik namja bertubuh tinggi yang tinggi badannya sudah bertambah jadi 186 cm.

Soobin cukup tersentak mendengar itu dari bibir Jimin. Apa mukanya benar-benar menunjukkan kalau dia habis menangis?

"Enggak kok, hyung." Kikuk Soobin.

"Gak usah bohong, Bin." Ujar Jimin halus.

"Enggak kok, hyung. Gue nggak habis nangis, suer!" Soobin tersenyum ke arah Jimin sembari membentuk huruf V pada tangan kanannya.

"Mata lo bengkak." Jimin menatap lurus manik mata Soobin yang benar-benar menyiratkan rasa sedih. Rasa sedih itu tak akan bisa ditutupi dengan senyum palsu Soobin.

Soobin menghela nafas pasrah, sepertinya usaha dia untuk menyembunyikan kesedihan ini dari hyungnya sia-sia.

"Sebegitu jelasnya ya hyung kesedihan gue?" Soobin menatap Jimin sendu.

Jimin menggeleng.

"Lo udah cukup baik nutupin kesedihan lo. Tapi lo masa lupa sih, Bin? Kita sudah tinggal bareng selama kurang lebih 3 tahun. Apa lo pikir dengan jangka waktu yang segitu lo bisa nutupin kesedihan dari gue? Nggak, Bin. Lo salah kalau lo mikir gitu. Mata lo udah jawab semuanya. Kalau lagi sedih lebih baik ditunjukin aja, jangan disembunyiin. Yang ada ntar malah makin sesek di hati." Jimin tersenyum riang seperti biasanya. Matanya menyipit saking lebarnya dia tersenyum. Bukan tanpa alasan dia tersenyum selebar itu, ia hanya berharap semoga senyum lebarnya menularkan kebahagiaan untuk Soobin.

"Maaf, hyung." Ujar Soobin.

"Kenapa minta maaf?" Jimin mengernyit bingung.

"Karena gue udah nutupin kesedihan gue dari hyung." Jawab Soobin.

Lagi-lagi Jimin hanya tersenyum.

"Jangan dipikirin. Lo nggak salah, emang ada masanya di mana kita harus menyimpan sendiri rasa sakit yang kita rasa. Itu perlu untuk menguatkan hati, tapi jangan semua luka dirasain sendiri. Cerita ke orang yang lo percaya supaya beban lo sedikit terangkat. Itu juga perlu supaya hati tak terlalu lelah membawa beban sendirian." Ucap Jimin.

Soobin mengangguk paham.

Tak lama setelah itu, kedua namja tadi pun tiba di tempat tujuan mereka.

Di dalam sudah terlihat Taehyung yang nampak berjinjit untuk mengambil buku yang berada di barisan rak paling atas.

"Permisi." Ujar Soobin lembut sebelum memasuki kost univ. Tentu saja ini perlu dilakukan karena dia adalah satu-satunya manusia di sini yang menggunakan seragam SMA.

"Sini Bin, masuk." Ujar Taehyung.

Soobin pun langsung masuk bersama dengan Jimin.

"Bukunya yang mana, Tae?" Jimin bertanya pada Taehyung.

"Kita butuh buku tentang akutansi, kan? Buku akutansi yang covernya putih." Ujar Taehyung.

"Oh, oke. Itu, Bin. Buku yang covernya putih, bukunya juga paling tebel. Ada di rak paling atas." Tutur Jimin seraya menunjuk buku yang ia maksud.

Do or Die | BTS TXT (COMPLETED)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum