The Weird Number 2: Si Nona Perfeksionis

10.3K 737 8
                                    

Kakakku yang kedua bernama Karenina Rizki Herdian. Dia beda satu tahun dengan kak Virza, cewek menyebalkan tukang dandan. Dia model. Dia juga pemilik butik. Dan tentunya desainer handal. Berbeda dengan kak Virza, Karen -amit-amit deh manggil dia kakak- hanya menyelesaikan S1 -atau setara itu- di sekolah desain terbaik se-Prancis which is terbaik di dunia juga. Itu lah sebabnya semua orang tahu siapa Karen Herdian.

Percaya lah, saat menyandang nama Herdian semua orang akan langsung menatapmu. Tapi itu akan kuceritakan nanti, sekarang kita fokus ke si cewek perfeksionis.

"Karen, nih diary desain kamu. Mama bilang dia gak bisa datang karena harus ke Bandung," kataku sambil menyerahkan buku sketsa milik Karen -dia ngotot menamainya diary.

Karen menatapku naik-turun, menilai. Kemudian dia tersenyum, "Edie! Bawa adikku ke belakang pangung dan dandani dia. Elliot akan digantikan oleh adikku."

Mataku sukses melotot, apa-apaan. Tapi sebelum aku protes, Edie sudah menarikku. Dan teriakan, "Tolong bantu aku ya? Tenang aku akan membayarmu sesuai harga Eliot kok."

"Gak mau," teriakku kesal. Dia tahu sendiri aku itu kikuk. Tapi Karen menambahkan, "Plus voucher makan sepuasnya di Sevel? Plus Japanese food?"

Menarik sih, "Gak!"

Karen menghela napas, "Plus voucher J.CO dan baskin-robbins, sepuasnya."

Mataku langsung berbinar, ini baru kontrak yang menyenangkan. "Oke!" Aku memberikan jempolku padanya.

Jadi sekarang aku membiarkan Edie mendandaniku. "Siapa pria tampan ini, Sava?" Aku menoleh dan mendapati Juna tengah duduk di pojokan sambil memainkan ponselnya. Aku lupa dia ada disana.

"Kakakku," jawabku sambil memperhatikan wajahku yang tengah di blush on. "Hm, bukannya ... " aku langsung memotong, "Dia kakak baruku. Mama dan papa baru mengadopsinya."

Dan selanjutnya Edie tertawa, "Ups, sorry."

Aku hanya menghela napas, "Its okey."

Aku sudah tahu, orang-orang pasti akan menertawakan. Heh, harusnya yang diadopsi itu kan anak-anak yang masih lucu, bukan ehm remaja.

"Oh, Juna juga disini? Kalau begitu kamu jadi model juga gimana? Kebetulan temanya Summer Couple."

Juna ehm, Kak Juna maksudku langsung ditarik oleh Ron -asisten Karen yang lain. Tanpa persetujuan. Karen memang pemaksa. Menyebalkan. Tukang menguji keimanan. Tukang sogok. Dan aku selalu menjadi korban. Bahkan aku yang selalu disogok. Yah, siapa yang tak mau makanan gratis? Sepuasnya lagi.

Dan siapa yang tak mau makan Baskin-Robbins sepuasnya tanpa membayar? Aku sih tak akan menolak.

Jadi disini lah kami, berlenggak-lenggok bagai model profesional. Bertukar pakaian dalam waktu singkat dan sepatu yang bertumit tinggi. Aku sudah terlalu biasa dengan ini semua. Yah, walau aku selalu gugup sebelum berada di panggung, namun saat telah berdiri di panggung semua rasa kepercayaan diriku langsung muncul.

Juna berdiri di sampingku. Harus kuakui aku terpesona. Dan Ya Allah, bantu hambamu ini. Iya sih, kami memang tak ada ikatan darah. Tapi apa kata orang nanti?

"Nih," Karen memberikan lima tumpuk voucher yang berbeda. Dari baskin-robbins, sevel, japanese food, J-CO juga pizza hut. Hua, aku makan banyak!

Sama seperti Kak Virza, Karen benar-benar jenius. Seperti yang kalian tahu dia salah satu desainer termuda. Dan dia tahu betul bagaiman memanfaatkan kecantikan serta kecakapan juga kepintarannya. Tapi dia licik.

* * *

Yak, ini dia si Karen Herdian ;)

Jujur aja, gue menikmati menulis cerita ini

Mereka memanggil dan bisikin gimana cerita mereka jadi yah, begini lah

Vote dan comment jangan lupa ;)

-Ritonella

Diary of MeWhere stories live. Discover now