The Reason Why I Hate You

7.2K 267 9
                                    

Kamu sendiri tahu, aku seorang yang jauh dari sikap romantis.

* * *

Jadi seorang anak pertama dari keluarga Herdian merupakan tanggung jawab yang besar. Virza sendiri sudah mengetahui hal tersebut sejak awal, namun dia memilih berjalan menjauh dari tanggung jawab dan memilih menjadi dokter sebagai impian juga keinginannya di masa depan. Katakan dia melarikan diri, namun dia tak ingin melakukan sesuatu yang tak diinginkannya. Sejak awal pun dia tak menyukai ekonomi, berbeda dengan Satria adiknya yang menyukai pelajaran ekonomi.

Jadi, alih-alih meneruskan kerajaan bisnis keluarganya, Virza memilih menjadi dokter. Dan dengan usaha juga kerja kerasnya sekarang dia telah memiliki rumah sakitnya sendiri. Herdian Medical Center, rumah sakit yang berada di kawasan bisnis Herdian itu merupakan rumah sakit terbesar dan terlengkap. Dengan tiga bangunan utama yang disatukan oleh jembatan di tiap lantainya, rumah sakit itu terlihat modern dengan di kelilingi kaca.

"Dokter Virza!" Mendengar pekikan tersebut Virza langsung mendengus dan memilih melanjutkan langkahnya menuju kantor pribadinya.

Sementara Denara berkacak pinggang kemudian meniup poninya, kesal. Lagi-lagi dokter Virza mengabaikannya, tapi kali ini Denara akan memastikan Virza untuk mendengarkan laporannya. Jadi ia menghentakkan kakinya, kembali meniup poninya dan mulai berlari menuji kantor Virza.

Perkenalkan, Denara Ayu Puspitasari. Sebagian besar teman dekat dan keluarganya memanggilnya Nara, namun hanya Virza yang memanggilnya Dena. Menurut lelaki itu, nama Nara terlalu feminim untuk pribadi seperti Dena. Umurnya dua puluh tahun dan tengah melaksanakan tugas magang dari kampusnya. Sudah dua bulan ini dia magang di rumah sakit Herdian Medical Center dan sudah dua bulan ini juga Virza yang selaku sebagai penanggung jawab para mahasiswa magang dan dokter ahli bedah itu menghindarinya. Jelas sekali dokter-muda-terlalu-jenius itu tidak menyukainya.

Payah, padahal di kampusnya dia merupakan primadona. Denara itu full-packet! Cantik, muda, berbakat, pintar dan ramah. Terlalu ramah, hingga dia bisa saja menepuk pundak orang yang ditemuinya di koridor rumah sakit dan berbincang panjang lebar tanpa mengetahui nama masing-masing. Dan perempuan satu ini juga berisik, tipe yang selalu bicara tanpa henti. Juga terkadang sangat menyebalkan.

"Dok," Denara menatap Virza yang tengah menatap dokumen di tangannya. Bahkan dia tak repot untuk mendongak dan menatap Denara.

Jadi, alih-alih menunggu respon yang tak akan didapat, Denara maju dan menyodorkan file berwarna hijau muda. "Ini, laporan yang dokter minta. Semuanya sudah saya cek dan Bu Romiah positif terkena kanker payudara."

Kali ini Virza meraih file hijau di depannya, membacanya sekilas kemudian mengangguk. "Kalau begitu bawa ke unit pelayanan kanker, jika beruntung kita dapat mengatasinya dengan segera."

Denara mengangguk kemudian kembali mengambil file hijau tersebut dari meja Virza. "Baik dok," setelah itu dia minta diri.

Virza sendiri tak dapat menahan senyum kecilnya, yah, perempuan berisik ini tak terlalu buruk juga. Setidaknya dia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Virza menghela, masih banyak dokumen yang harus ia selesaikan. Dia merenggangkan tubuhnya kemudian mengerang, hari ini akan menjadi hari yang panjang.

* * *

Ada beberapa (banyak) hal yang membuat Virza memilih langkah menjauh dari Denara. Pertama, gadis ini benar-benar berisik. Lebih berisik dari Sava yang merupakan adik bungsunya.

"Jadi dok, saya mohon banget buat dokter bikin nilai saya bagus. Saya janji bakal bekerja lebih keras, lagi kita 'kan seumuran, pasti dokter tahu gimana perasaan saya, 'kan?" Denara terus saja berbicara sepanjang perjalanan melewati koridor anak. Virza sendiri merutuki dirinya yang malah memilih Denara untuk menemaninya.

Diary of MeWhere stories live. Discover now