| CHAPTER 32 | MUNGKINKAH BERSAMA?

Start from the beginning
                                    

"Udah lama nunggunya?" tanya Moa.

Cakrawala menggeleng seraya tersenyum. "Menunggu kamu itu selalu menyenangkan buatku."

"Nggak bosan nunggu aku?"

Lagi-lagi Cakrawala menggeleng. "Tidak ada satupun hal yang membosankan jika itu tentang kamu."

Moa menautkan jari jemarinya ke sela-sela jari Cakrawala, menggandeng cowok itu dengan erat supaya tidak jatuh. Ia takut Cakrawala akan terluka.

Pandangan Moa mendadak terhenti pada bapak-bapak penjual es krim di pinggir jalan. Bapak tersebut menjual es krim dengan menyetel suara sangat keras hingga menarik perhatian orang-orang sekitar. Seorang anak kecil perempuan membawa es krim di tangan kanan sambil menjilat-jilatinya, terlihat lezat sampai tanpa sadar Moa menelan ludahnya sendiri.

"Neduh di situ dulu yuk," ajak Cakrawala sambil menunjuk sebuah pohon besar di ujung jalan.

Moa menurut. Ketika sampai di bawah pohon, Cakrawala tiba-tiba melepas semua kancing kemeja kuningnya di depan Moa.

"Eh! Kamu ngapain?!" Sentak Moa panik.

Cakrawala melepas kemejanya.

Melihat ekspresi panik Moa, Cakrawala justru tertawa. "Aku bawa kaos dalaman kok," ujarnya.

Cakrawala lantas melentangkan kemejanya di atas rumput. Benar saja, ia mengenakan kaos dalaman berwarna putih polos.

"Nggak usah panik begitu, aku nggak akan ngapa-ngapain kamu sekarang kok, nanti aja kalau sudah sah."

"Anjir! kata-kata lo bikin gue traveling." Sentak Moa.

"Ayo duduk sini." Cakrawala menepuk-nepuk kemejanya yang sudah ia bentangkan di atas rumput.

"Kamu ngapain sih?!"

"Kamu itu banyak tanya banget!"

Moa melotot. Apa ia tidak salah dengar? Cakrawala baru saja membentaknya?

"Hehe bercanda..." Cakrawala tertawa.

Ia meraih tangan Moa, menarik gadis itu untuk duduk di atas kemeja yang ia bentangkan di rerumputan.

"Kamu duduk di atas kemejaku saja, biar kaki kamu tidak gatal-gatal."

Setelah itu Cakrawala bangkit.

"Kamu di sini dulu sebentar ya, hem?" tanya Cakrawala seraya mengusak-usak puncak kepala Moa.

"Jangan tinggalin aku." Moa menarik kaos putih polos yang dikenakan Cakrawala. Mencengkramnya kuat supaya remaja itu tidak bisa kabur.

Cakrawala tersenyum. "Mana bisa aku ninggalin kamu."

"Terus kamu mau ke mana?"

"Itu, cuma di sana. Kamu juga masih bisa liat aku kok." Cakrawala menunjuk bapak-bapak penjual es krim yang sempat diamati oleh Moa.

"Kamu mau es krim itu kan?" tanya Cakrawala.

"Kok kamu bisa tahu sih? Aku kan nggak bilang apa-apa."

Cakrawala tertawa. "Aku diam bukan berarti nggak tau apa-apa."

Moa tertawa. Cakrawala memang tidak sekaya Galaksi, tapi dia sangat pandai membuat hati Moa berdebar walaupun hanya dengan cara sederhana seperti ini.

2. NOT ME ✔️ Where stories live. Discover now