29

35.7K 9.8K 5.1K
                                    

Habis ini epilog gais, mwehehehe





Junkyu memegang kepalanya, pusing. Perlahan-lahan, semua yang ada di depannya terlihat. Tunggu sebentar, dia bisa melihat lagi?!

Itu tandanya, badut itu sudah...

"Kyu, lo gak apa-apa, kan?!" Tanya Jihoon khawatir.

Yoshi membuang muka, memilih menghadap ke arah lain, tak tega melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Wujudnya seperti manusia biasa, sudah berubah. Dia kan harus merahasiakan dirinya yang asli, karena entah kenapa dia merasa akan terjadi hal buruk selanjutnya.

Bila saatnya tiba, dia akan membongkar rahasianya, agar ia leluasa untuk bertindak.

"Doyoung... Doyoung!"

Junkyu berdiri dan berlari tergopoh-gopoh ke samping Doyoung yang tak berhenti batuk darah. Dadanya terkoyak lebar, bisa dilihat posisi jantungnya bergeser.

"Maaf kita terlambat, Doy," ucap Yoonbin penuh penyesalan.

Doyoung menggeleng, mengulas senyumnya sekuat tenaga. Mengapa? Bernafas saja sulit, begitu juga tersenyum.

Rasanya sakit, bertahan selama ini adalah hal luar biasa.

"Doy, maaf, maaf," isak Junkyu memeluk tubuh Doyoung, tak peduli pakaiannya yang kotor terkena darah.

"Polisi dan ambulan sebentar lagi kesini, lo harus bertahan sebentar lagi," kata Yoshi masih menghadap ke arah lain.

"Gak perlu..."

Darah kembali keluar dari mulutnya, semakin banyak sampai mengotori pakaiannya. Doyoung tidak kuat lagi...

"Makasih banyak karena kalian bikin hidup gue jadi bahagia, kalian berhasil bikin gue jadi anak yang baik. Hidup gue jadi berwarna karena kehadiran orang-orang yang baik kayak kalian," ucapnya tersendat-sendat.

"Jangan ngomong lagi, Doy," lirih Junkyu menggeleng kuat-kuat.

"Kalian tau gak? Dulu gue sempet kesel sama Kak Yoonbin, gue kira dia orang aneh. Tapi gue salah, dia orang yang baik. Habisnya suka ngomong sendiri, ternyata lagi ngobrol sama temennya."

Yoonbin mengusap tengkuk lehernya kikuk, kalau begitu dia akan menjaga perkataan dan perbuatan mulai sekarang. Dia akan irit bicara.

"Kak Yoshi, gue tau lo sebenernya apa."

Yang disebut mendelik kaget. Walau membelakanginya, Doyoung tahu sebab pundak pemuda itu terangkat.

"Kak Mashiho yang kasih tau, dia bilang lo itu istimewa. Walaupun makhluk kayak lo biasanya jahat, gue seneng karena lo beda dari yang lain."

Oke sip, mata Yoshi mulai berair.

Doyoung berpindah pandang ke Jihoon, tersenyum mengejek. "Heh, panda."

"A-apa?!"

"Gue benci lo, benci sebenci-bencinya. Kenapa manusia kayak lo harus ada di dunia? Ah, gue tau. Dunia ini gak harus semuanya baik, nanti gak seru."

"Disaat begini masih bisa bercanda ya lo," ketus Jihoon, hampir saja menjitak kepala Doyoung kalau tidak ingat keadaan.

"Hhh, drama banget ya gue," celetuk Doyoung melihat ke atas, ke langit malam yang berawan.

"Ayo bawa dia ke luar dari hutan, nanti dia kehabisan darah," ajak Junkyu bersiap untuk mengangkat. Namun dia teringat, tangan kanannya kan... patah.

"Gak usah repot-repot, gue kan mau mati."

"Lambemu!" Seru Yoshi.

"Gue mau ketemu Junghwan, Haruto, Jeongwoo, Kak Hyunsuk, Kak Asahi, Kak Jaehyuk, Kak Mashiho, sama Kak Yedam... mereka lagi apa ya?"

"Berhenti bilang kayak gitu, hueeee!"

Tangisan Junkyu semakin keras, tolong tahan Jihoon agar tidak gemas padanya. Waktu dan kondisi sangat tidak memungkinkan.

Doyoung tertawa. Itu tidak lucu di mata mereka berempat, justru mereka panik karena itu tanda-tanda orang yang akan pergi setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya.

"Udah ya, gue capek, ngantuk..."

"Gak boleh! Nanti siapa yang jahilin gue? Nanti siapa yang gue anterin ke sekolah?"

"Anterin aja anak tetangga, gampang kan?"

Pletak!

"Mulut lo minta dicabein ya," geram Jihoon setelah menampar bibir Doyoung, tidak terlalu keras kok.

"Hahaha. Enak ya mukul mulut orang sembarangan? Tapi, ada yang jauh lebih seru dari itu."

Suasana berubah tegang, Yoshi dan Yoonbin yang posisinya agak jauh langsung mendekat. Jihoon mengernyit, apa yang lebih seru dari menampar mulut?

Lain halnya dengan Junkyu, dia melepas pelukannya, menatap Doyoung dengan ekspresi kebingungannya.

"Kalian... mau tau?" Tanya Doyoung, senyuman lebar menghiasi wajah tampannya.

Jihoon marah. "Jangan bercanda, Doy. Lo pikir kita bakal ketawa?!"

"Yah, padahal ini mau gue lakuin sebelum gue pergi."

Junkyu mengerjap-ngerjapkan matanya. "Memangnya apa?"

Doyoung menyeringai. "Makasih udah bertanya."





JLEB!






"Do-Doyoung..."

Doyoung tertawa sesaat, sebelum tangannya terkulai lemas ke tanah, jatuh begitu saja sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Alasannya agar Junkyu percaya padanya, telah selesai ia lakukan.

"Bangsat! Yoshi, Yoonbin, bantuin gue! Kyu, please jangan pejamin mata lo, lo harus hidup. Kim Junkyu, lo denger gue, kan?!"

Junkyu merasakan sakit yang amat sangat di dadanya, benda tajam menusuknya dalam. Matanya terbelalak lebar, dapat ia rasakan cairan kental mengalir deras, berdesak-desakan keluar.

"Kim Junkyu! Junkyuuu!!!! Jangan pejamin mata lo, lo bisa bertahan, Kyu!"

Suara-suara di sekitarnya perlahan menghilang, hanya dengingan keras yang ia dengar. Kepalanya terasa berputar-putar, pandangannya putih, tak lagi melihat apa-apa.

Dia pun tertawa, tawa yang menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya.

"J-jahat..."





Bruk!






"KIM JUNKYU!!!"

Clown | Treasure ✓Where stories live. Discover now