O9

38.4K 10.8K 5.5K
                                    

Jeongwoo merangkul Jihoon dan Junkyu ke kantin rumah sakit tanpa sepengetahuan yang lain. Jihoon heran, biasanya kan Jeongwoo kalau tidak bersama Haruto, pasti bersama Yedam.

"Gue kesini mau tanya sesuatu. Kak Jihoon, lo tau darimana kalau badut itu muncul pagi, sore, dan malam hari? Terus, lo tau darimana kalau badut itu larinya cepet?"

"Gue tau dari Junkyu."

"Hah? Gue? Kapan gue bilang gitu?"

"Kemarin di telpon kan?"

"Gue aja tau dari lo, lo bilang badut itu mantau rumah lo dan lo gak sengaja denger."

Ah, sepertinya Jeongwoo paham. Jangan-jangan ada hantu menyamar sebagai salah satu dari mereka berdua atau bahkan keduanya supaya mereka bertengkar? Seperti kasus Asahi dan Hyunsuk sebelumnya.

"Sejujurnya, gue gak mau curigain temen gue sendiri," ujar Jeongwoo serius, menghentikan perdebatan kedua temannya.

"Ck, siapa yang mau curigain temen sendiri sih? Gak ada," decak Jihoon kesal.

"Ada," kata Junkyu membenarkan. "Mashiho, Yoshi, Kak Hyunsuk, Asahi, Yoonbin, dan Haruto keliatan curiga satu sama lain."

"Asahi curiga sama gue," dengus Jihoon mengingat Asahi yang terus menatapnya seolah-olah dia adalah pelakunya.

"Gue gak curiga siapa-siapa." Junkyu mengedikkan pundaknya. "Kalian semua keliatan baik-baik aja kok, mungkin bukan di antara kita bertigabelas kali?"

"Gak mungkin, pasti di antara kita."

"Kita udah temenan lama, atas dasar apa salah satu dari kita mau bunuh temennya sendiri? Iri? Benci? Atau sekedar gak suka? Aneh banget."

"Justru itu yang patut dipertanyakan, kenapa dia mau bunuh kita?"

Jeongwoo mengetuk-ngetuk meja sembari berpikir. "Mungkin gak sih dia sakit hati, entah karena ucapan kita atau perbuatan kita ke dia."

Junkyu sontak mengangkat kedua tangannya. "Gue enggak ya, Jihoon tuh, julid terus."

"Gue julid berdasarkan fakta, lagipula gak ada yang protes," balas Jihoon membela diri.

"Berantem aja terus," sindir Jeongwoo.

"Iya maaf, lo mau ngomongin apa lagi?"

"Kak Doyoung," jawab Jeongwoo kembali serius. "Kak Asahi sempet bisikin sesuatu ke gue, katanya Kak Doyoung tau siapa tuan badut itu."

"Lo kasih tau hal itu ke kita? Lo gak curiga?" Tanya Junkyu agak berbisik.

"Gak, gue yakin kalian orang baik."

Jihoon tersenyum, merasa lega. "Bagus deh kalau gitu."

























































"Yedam, jajan yuk," ajak Mashiho mengusap-usap perutnya.

"Nanti deh, kak. Kasian mereka berempat gak ada yang jagain," tolak Yedam merasa sedikit tidak enak.

Berempat? Iya, berempat. Doyoung, Hyunsuk, Yoshi, dan Haruto. Doyoung yang belum bangun, Hyunsuk dan Haruto yang ketakutan, serta Yoshi yang tiba-tiba sakit, tentu mereka harus dijaga.

Jaehyuk di kantor polisi untuk diintrogasi, Asahi dan Yoonbin pergi entah kemana, sementara Jeongwoo, Junkyu, dan Jihoon pergi ke kantin, dia melihatnya sekilas.

"Yedam."

"Apa?"

"Lo curiga gak? Sama siapa gitu...?"

"Lo tanya begitu minta dicurigain?"

Mashiho mencebikkan bibirnya. "Enak aja, gue orang baik. Harusnya lo curigain tuh yang huruf depannya J."

Hyunsuk yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka langsung menoleh. "Itu kan dugaan gue dan gue gak kasih tau siapa-siapa, lo tau dari mana?"

Mashiho terkesiap. "A-ah itu... t-tau dari Jaehyuk."

"Orang yang lagi diintrogasi sama polisi gak mungkin main hp. Jawab yang jujur, lo tau dari mana?"

Haruto langsung menarik baju Hyunsuk ketika pemuda itu hendak berdiri menghampiri Mashiho. Dia kesal sekaligus kasihan, Hyunsuk kan lagi demam.

"Mungkin dia tau dari Yoonbin, nah Yoonbin tau dari Jaehyuk," sahut Yoshi mencoba meredakan suasana panas yang ada.

"Jaehyuk tau dari mana? Gue kan ngomongin itu bareng Junghwan sama Doyoung."

"Mboh, aku ora tau."

"Orang yang gue curigai, pertama Kak Yoonbin, kedua Kak Asahi, ketiga Jeongwoo, keempat lo," kata Yedam seraya menunjuk Mashiho sebagai orang terakhir yang ia curigai.

"Ke-kenapa gue?"

"Banyak yang gue tangkep dari lo. Pertama, lo tau banyak tentang kita. Kedua, lo dan Jeongwoo bersikap beda dari biasanya. Ketiga, apa yang lo ucapin selalu terdengar membela, entah membela diri sendiri atau orang lain."

"Mana Yedam yang gue kenal? Gak biasanya lo menyimpulkan sesuatu tanpa dipikir dulu."

"Kok lo marah?" Tanya Hyunsuk, mendadak ikut curiga kepada Mashiho.

"Terserah deh..."

"Kalian saling curiga begini pasti udah direncanain sejak awal, si badut dan tuannya mau kita kepecah," ucap Haruto karena tak bisa menahan kekesalannya.

"Oh, atau jangan-jangan lo," tuduh Mashiho.

"Bodo amat ah, gue mau beli seblak."

"Tunggu, nanti dulu," cegah Yedam menarik paksa tangan Haruto sampai hampir kejengkang ke belakang.

"Apa lagi sih?"

"Lo gak ngerasa?"

"Ngerasa apa?"

"Hawa disini gak enak, dan di pintu ada orang yang nguping sejak tadi."

"Hah?"

"Sorry, gue gak bermaksud nguping."

Pintu terbuka, terlihatlah Jihoon dengan wajah tanpa dosanya. Haruto tambah kesal, dia sudah berpikir yang tidak-tidak loh, dia pikir yang di depan itu badutnya.

Menyadari ada yang tidak ada, Yoshi bertanya. "Jeongwoo sama Junkyu dimana?"

Jihoon tersenyum lebar. "Di kantin, lagi makan. Gue kesini mau ngomongin sesuatu. Yedam, ikut gue sebentar yuk."

"Oh, oke."

Yedam bangkit dari duduknya. Namun ketika ia hendak pergi, Mashiho mencekal lengannya. Yedam menunduk, dapat ia lihat Mashiho menggelengkan kepalanya.

"Kenapa, Cio? Mau ikut juga?" Tanya Jihoon menawarkan.

Mashiho memperkuat cengkraman di lengan Yedam, menggeleng tanda melarang.

"Jangan ikut."

"Yedam, ayo."

Yedam meringis, Mashiho kenapa sih? "Kak Mashiho, lepas tang-"

"Lo inget kata Kak Yoonbin? Selain sama dia, jangan pernah pergi berdua. Dan dia bukan Kak Jihoon."

Clown | Treasure ✓Where stories live. Discover now