(11) Deep Talk

Depuis le début
                                    

"Makasih ya Ay"

"Iya, sebentar aku buat popmie dulu ya"

Ayu menuju meja dan membungkuk untuk membuat popmie. Pemandangan seperti ini harusnya bisa membuat aku horny. Laki-laki mana yang tahan melihat cewek mature cantik memakai kemeja putih sedang membungkuk membelakanginya. Harusnya aku sikat lagi. Tapi karena ribut di telepon dengan Monica aku jadi agak tidak bergairah. Aku paham aku salah, namun ya begitu Monica. Hobi sekali marah dan membentak tanpa melihat situasi dan kondisi. Dulu padahal dia tidak seperti itu. Hanya semenjak aku mendapatkan posisi sebagai ketua tim sekaligus pimpro di beberapa proyek, dia menjadi sedikit lebih mengekangku. Aku bahkan sudah tidak bisa lagi izin keluar rumah membawa Duta untuk kekostan Alex dan Joko untuk bermain PS4 yang kami beli dari hasil patungan bertiga. Menurutku, seharusnya ketika aku ada di posisi yang lumayan seperti sekarang, dia lebih memihakku toh sebelum aku menjadi pemburu seperti ini lagi, aku lurus-lurus aja, Tifa mau menggodaku seperti apa di kantor, aku tidak pernah termakan. Ayu? Bahkan belum aku hubungi saat itu. Kehidupanku justru lebih banyak bersama keluarga atau kalau tidak dengan Alex dan Joko.

"Nih popmienya hati-hati panas."

Aku meraih popmie dari Ayu, kemudian aku letakkan di meja. Lalu Ayu aku tarik lagi ke pelukkanku.

"Makan dulu Ndre, nanti kamu sakit"

"Iya masih panas Ay, makasih ya"

Ayu menyalakan tv. Kami ngobrol-ngobrol ringan sambil memakan popmie dan menonton tv. Aku masih memeluk Ayu dari belakang

"Masih bete?" Tanya Ayu

"Dikit Ay. Udah jam 3 gini gada siaran yang seru ya"

"Iyalah, hari ini kontrol proyek jam berapa?"

"Siang kok, jam 11"

"Ooh, baguslah nanti aku bangunin jam 9 biar ada waktu untuk sarapan sama mandi"

"Sama ML?" Godaku.

"Iya boleh" Kata Ayu tersenyum. "Tapi telepon Duta dulu, kasian dia"

"Oke sayang" kataku sambil mencium pipinya yang lembut.

Kami menghabiskan popmie dan aku masih memeluk Ayu dari belakang.

"Kamu udah ngabarin Sapto sama Arlita?"

"Udah tadi pas bangun. Aku juga udah videocall mereka"

"Enak ya kamu, gak seribet aku"

"Iya, tapi gatau kenapa ya, aku ngerasa Sapto malah terlalu cuek"

"Karena kamunya mau bebas mungkin"

"Gak juga ah, aku pernah cerita kan kalo Adit hubungin aku? Itu aku bilang loh ke Sapto"

"Oya? Terus responnya?"

"Cuma bilang, kasian Adit, bales aja"

"Lah kok?"

"Itu yang bikin aku bingung, dia begitu gak tau maksudnya apa"

"Malah serem ya? Karena misterius"

"Parah Beb, aku selalu takut kalo dia ngomong terus sambil liat mata aku. Aku kayak yang terintimidasi gitu, jadi mikir dalam hati hari ini gue bikin kesalahan apa ya? Cuma dia tuh gak pernah bentak atau kasar. Ngeri gak?"

"Itu makanya kamu jadi kaku kalau di rumah?"

"Ya nggak kaku banget sih, cuma dia tuh kalo lagi ngajak aku ngomong serius kayak dalam matanya ngomong gue tau apa yang lo lakuin"

"Jangan-jangan dia tau kamu ke sini sama aku?"

"Maybe"

"Wah rusak, aku kenapa jadi takut ya?"

"Gak apa-apa Ndre, aku kesini buat dapetin apa yang gak bisa aku dapet dari Sapto, dan itu terbayar"

"Apa emang yang gak kamu dapat dari dia?"

"Performa"

"Sex?"

"Iya, untuk urusan ini Sapto parah banget Beb"

"Parahnya?"

"Kami gak mengeksplore, Sapto mana pernah mau 69,mau di blowjob, menurut dia tempat kelamin bukan buat di mulut."

"Anjirlah, terus kamu foreplaynya gimana?"

"Ciuman, remes dada, masukkin"

"Emang kamu bisa horny?"

"Mending Beb, masih keset juga langsung dicoblos sama dia, makanya aku kalau dia minta jatah, merasa tersiksa sebetulnya. Kayak diperkosa rasanya. Cuma mikirin maunya aja dia, gak nanya aku gimana enak gak, sakit gak? Tapi untungnya dia cuma sebentar sih"

"Kasian" Aku mengecup kening Ayu. "Kalo sama aku gimana?"

"Minta dipuji atau gimana nih kamu?"

"Mau tau aja, takut aku bikin kamu kaya diperkosa juga"

"Nggak kok, dari awal aku respon chat dan kirim foto ke kamu, aku ngeliat kalo kamu orang yang bisa bikin aku kewalahan di ranjang"

"Dalam 2 ronde ya?"

"1 ronde aja juga udah enak kok tapi pas ronde kedua lebih-lebih belingsatan, terus kamu sendiri kalo sama Monica gimana?"

"Standar"

"Ya standarnya gimana?"

"Aku gatau kenapa kalo sama Monica cuma simple, cuma gak parah kaya Sapto sama kamu sih Ay, cuma ya, gak beronde-ronde begini, Monica sampe sebelum kami berantem kemaren, masih ja'im masalah sex, aku juga jadi serba salah, fantasiku gak bisa keluar sama dia makanya kita ML biasa aja. Standar orang ML, gak yang menggebu-gebu sama kaya tadi yang kita laluin"

"Cuma desah aja ya?"

"Iya, kalo sama kamu, kata-kata kaya apa juga kaya yang lepas aja, makin bitchy, makin nafsuin"

"Seru ya kita?"

"Dari dulu waktu pacaran kita selalu seru Ay, aku sekarang merasa kalo aja nikah sama kamu, aku mungkin bisa terus begini sama kamu, tanpa ada yang harus berubah jadi sempurna"

"Ah tapi tergantung Beb, kita bisa aja merasa begini karena kita sama-sama punya pasangan yang menurut kita bukan kita banget, siapa tau juga kalo kita bersama malah garing juga"

"Ya mungkin sih, tapi aku seneng banget sih di sini sama kamu"

"Sama, ini hal tergila yang aku lakukan selama menikah"

"I like you, a lot"

"Setuju, like dulu ya, jangan langsung love karena status masing-masing, i like you too, i miss us"

Kami berciuman mesra. Dengan pelan, lembut.

"Ronde 3?" Tanya Ayu.

"Boleh"

1 hari di Mempawah aku dan Ayu merasa bebas, liar, dan saling bertukar fantasy sex yang selama ini mungkin tidak pernah kami dapatkan.

SI KEDUA [SELESAI]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant