"Biarin aja tu bocah lagi sawan." Yeonjun berbisik ke Soobin tapi suaranya udah kayak orang mau debat, alias kedengeran sama semua satu meja.

"Ngomong sini depan langsung!"

"Adek..." Mama menatap Beomgyu dan Yeonjun gantian. "Kakaknya juga, jangan ngomongin jelek soal adeknya."

"Oh iya ya, aib kan gak boleh diumbar-umbar." Yeonjun menukas sambil manggut-manggut.

Beomgyu berdecak kesal dan menendang Yeonjun dari bawah meja. Yang dibalas kakaknya karena enggak terima sudah membuat potongan daging yang mau masuk ke mulut malah jatuh bebas lagi ke mangkuknya. Kelakukan mereka membuat meja makan bergetar karena benturan.

Papa berhenti makan dan sengaja membenturkan sumpitnya dengan mangkuk nasi supaya menghasilkan bunyi yang mengambil alih perhatian anak-anaknya. "Choi Yeonjun, Choi Beomgyu, makan yang tenang karena Papa mau ngomong."

Kedua saudara itu langsung berhenti ribut, meski sesekali masih saling melempar delikan. Soobin menatap mereka dengan mulut kusyuk mengunyah makanan buatan Mama.

Mereka menghabiskan sisa makanan lebih tenang, percakapan baru kembali dibuka oleh Papa yang berbicara. "Yeonjun,"

Yeonjun menatap papanya. "Iya, Pa?"

"Besok nyetirnya hati-hati, Papa tahu kamu ngejar tenggat kerjaan kamu di Seoul, tapi percuma kamu buru-buru kalau gak selamat sampai sana, kerjaan kamu juga gak akan lari ke mana-mana meski pun kamu sampai ke sana kesorean."

Sebagai seorang tamu dan pertemuan perdana di keluarga Choi ini, Soobin dibuat terkejut oleh cara sang kepala rumah tangga memberikan amanah. Agak nge-jleb tapi bener, tapi tetap nge-jleb loh Pa...

Tapi Yeonjun tetap mengangguk tanda mengerti. Seolah-olah apa yang dikatakan Papanya sangat disetujuinya.

"Dan soal kuliah... Papa gak mengharuskan kamu lulus kapan, yang terpenting kamu lulus dengan usaha kamu sendiri. Kamu sudah dewasa dan Papa yakin kamu bisa menilik sendiri prioritas kamu buat masa depan kamu sendiri."

"Iya, Pa, makasih."

Enggak sampai di sana, Papa beralih pada Beomgyu. "Apa yang Papa sampaikan buat kakakmu berlaku juga buat kamu, Beomgyu." lantas beliau juga beralih pada Soobin. "Buat Soobin juga, maaf kalau Om kesannya jadi bawel dan ikut campur. Karena setiap orangtua mana pun pasti mau yang terbaik buat anak-anaknya. Jangan kecewakan orangtua kamu di rumah kamu, Soobin. Asal kamu berbuat baik dan tekun, mereka pasti bangga sama kamu. Apa pun hasil yang kamu berikan."

"Iya, Om, terima kasih banyak."

"Kalau kangen rumah atau pusing kuliah tapi belum bisa pulang karena jauh, kamu boleh main ke sini. Kami pasti bakal menyambut kamu dengan senang hati."

Sekali lagi Soobin mengucapkan terima kasih.

"Terus Beomgyu..." Papa beralih lagi ke Beomgyu. "Yeonjun mungkin sempat bilang sesuatu sama kamu. Mama juga pasti udah ngomong banyak. Kamu mungkin kelihatan gak peduli, Papa tahu, tapi kamu selalu kebanyakan mikir. Papa gak akan bosen bilang ke kamu, apa pun yang kamu kerjakan, asal itu baik, Papa bangga sama kamu. Mama dan Yeonjun pun bangga sama kamu. Kamu fokus saja sama apa yang di depan mata, tapi bukan berarti kamu gak boleh main atau pacaran dan lain-lainnya. Intinya, semuanya harus seimbang. Tapi kalau kamu mau fokus ke studimu dulu aja juga gak pa-pa, selama kamu mampu."

"Iya, Pa."

"Soal yang ngomelin kamu itu mah jatahnya kakakmu dan Mama."

Beomgyu nyengir. "Sayang Papa." terus dia sengaja noleh ke kakaknya, masih sambil nyengir. "Kakak mau disayang sama aku juga gak?"

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Where stories live. Discover now