38 : another page

466 85 62
                                        

Sepulang dari Apsan, Beomgyu mengerem diri di rumah. Yah, paling mentok keluar buat nganterin kue pesanan atau—lagi-lagi—ke rumah Genma.

Jujur, semenjak Taehyun memutuskan menjauh, Beomgyu sedih. Separuh dirinya beranggapan kalau Taehyun benar egois. Itu kan masalah perasaannya sendiri, kenapa Beomgyu juga yang kena andil ketika dia bahkan memberi sikap jelas bahwa mereka cuman berteman.

Tapi, Beomgyu sadar kalau dia gak dirugikan sama sekali. Taehyun menjauh karena sadar gak adanya kesempatan buat perasaannya diterima, maka dia pilih menghempaskan perasannya seketika. Taehyun gak salah.

Justru gue...

Sekarang pukul 6 sore dan Beomgyu menghabiskan sebagian besar waktunya di kamar seharian. Ponsel dalam mode silent, laptop yang masih menghangat di meja karena nyaris seharian dimainkan, komik-komik lama telah dibaca ulang tapi semua diselesaikan dengan cepat karena Beomgyu cuman membaca ulang dan ceritanya sudah dia ingat seluruhnya.

Beomgyu berusaha keras membuat pikirannya teralihkan hal lain, tapi dia berakhir lelah dan muak sendiri.

Membiarkan bunyi jarum detik jam mengisi keheningan, menit berlalu akhirnya Beomgyu beranjak keluar kamar.

"Mama kira adek tidur, kamarnya hening banget." kata Mamanya yang hendak menyiapkan makan malam di dapur.

"Aku gak tidur."

"Iya, jangan tidur sore-sore, nanti pusing."

Beomgyu mengiyakan sambil berlalu, dia menuju tangga ke loteng. Kamar kakaknya.

Dulu ketika awal kuliah, Yeonjun selalu mengunci kamarnya ketika dia pergi ke Seoul dan hanya orangtuanya yang diizinkan masuk. Yeonjun gak mau barangnya disabotase Beomgyu yang kelewat 'usil'—yang memang Beomgyu masih SMA kala itu. Yeonjun bilang, Beomgyu jadi jauh lebih menyebalkan ketika SMA dengan puberitasnya yang ingin terlihat keren.

Kemudian seiring berjalannya waktu, Yeonjun semakin jarang pulang. Makin jarang lagi ketika dia punya pekerjaan dengan teman-temannya di sana, dan Beomgyu sebagai seseorang yang gak mau mengakui kalau dia kangen kakaknya—secara sungguh-sungguh—suatu waktu menawarkan diri buat membersihkan kamar kakaknya ke Mamanya. Biasanya, Beomgyu akan berlama-lama tidur di kasur kakaknya setelah betulan bersih-bersih dan berakhir ketiduran.

Dan ternyata Yeonjun mengetahui itu-tentunya dari cerita Mamanya-dan tidak pernah mengunci kamarnya lagi semenjak itu. Semakin dewasa dan mulai masuk kuliah juga Beomgyu jadi 'sedikit' beradab.

Anyway, kembali ke sekarang, yang mana kini Beomgyu telah berada di kamar kakaknya. Sejujurnya Beomgyu sudah lama gak kemari karena dia sendiri saja jarang pulang apalagi kakaknya, jadi gak ada kesempatan merindu. Seringnya Beomgyu kini lebih sering langsung menghubungi kakaknya kalau kangen.

Beomgyu gak langsung rebahan di kasur Yeonjun seperti biasanya. Kini dia lebih memperhatikan detil yang ada di kamar sana, termasuk beberapa barang lama yang sengaja disimpan di sana. Termasuk salah satunya keyboard usang di pojok ruangan dekat balkon.

Sedikit berdebu, namun gak terlalu tebal. Mungkin Mamanya belum sempat membersihkannya, Beomgyu berencana akan membersihkannya besok.

Disibaknya kain yang menutupi sebagian keyboard. Entah mengapa, tiba-tiba Beomgyu ingin memainkannya sekarang. Sudah berapa lama dia gak memainkan keyboard—atau bahkan piano? Sebelum usaha Papanya bangkrut, mereka memiliki grand piano. Di tempatkan persis di ruang tengah dekat pintu kaca yang mengarah pekarangan di kediaman mereka dulu.

Itu sudah lama sekali. Mereka telah melupakannya dan yang dimilikinya sekarang hanyalah keyboard bekas yang dibeli dengan harga murah dari toko penjual alat musik yang pernah Yeonjun dan Beomgyu datangi dulu.

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Where stories live. Discover now