Chapter 1 Part 8: Kertas, Serbet dan Sampanye

5 0 0
                                    

20 Dritte Autumn 1808, Luffenheim

Dibawah pohon dimana daun-daun berubah berwarna merah dan mulai berjatuhan, isak tangis seorang wanita terdengar. Melihat dari kejauhan  seorang gadis berpakaian pelayan itu menangis sendirian, Alexander mencoba untuk mendekati wanita berpakaian pelayan itu.

"Adakah sesuatu yang tidak kamu sukai di  tempat ini nona?" Tanya Alexander tersenyum kepada wanita itu.

"Tu... Tuan Heim!!" Terkejut melihat tuan rumah sudah ada dibelakangnya wajahnya memperlihatkan ekspresi takut akan kesalahpahaman karena tangisannya, "Maafkan saya, bukan maksud saya seperti itu tuan."

Mengeluarkan sebuah sapu tangan untuk diberikan kepada wanita itu untuk mengelap air matanya, perhatian Alexander tercuri sebuah luka bakar dilengan kanan wanita itu. 

"Lenganmu..." Kata Alexander khawatir.

"Oh ini..." Wanita itu menyembunyikan luka bakar itu dengan tangan kirinya, "Saya hanya mengalami kecelakaan."

Mengambil kembali sapu tangan yang ia pinjamkan kepada pelayan muda berambut hitam pendek itu, Alexander membasahi sapu tangan itu disebuah air mancur didekat pohon. Merasakan lengannya dilap oleh tangan seorang bangsawan, pelayan muda itu tidak bisa menutupi wajah kemerahannya.

"Lain kali berhati-hatilah" Kata Alexander.

25 Zuerst Dawn, Osten

Ditengah keramaian kota Osten, dimana para pria dan wanita berjalan-jalan, Chloe duduk sendiri disebuah meja di kedai makanan dan minuman hanya ditemani sebuah kue pastri dan sebuah kopi menunggu seorang pria ditengah keramaian.

"Hey, maaf lama menunggu." Kata Alexander, disampingnya terlihat seorang wanita muda berparas manis dan bertubuh kurus kecil.

"Masih beruntung aku masih berada disini," Memotong kue dengan sendoknya, dengan wajah sedikit kesal Chloe memakannya lalu melanjutkan perkataannya "Jika bukan karena kue ini aku pasti sudah meninggalkan tempat ini dan janji kita 15 menit yang lalu."

Alexander hanya bisa tertawa kecil mendengar perkataan Chloe, melihat Alexander membawa seorang gadis iapun dipenuhi oleh rasa penasaran mengenai identitas gadis itu. Tanpa sadar mata Chloe terus menatap mata hitam wanita yang berada disamping Alexander.

"Oh ini adalah Irina" Kata Alexander memutuskan kontak mata mereka berdua, "Dia akan membantu kita saat hari pesta."

"Hmm, Irina kah?" Chloe menatap Irina dengan senyuman menyeringai dan tatapan sayu, "Katakan, apa hubunganmu dengan tuan Laurent?"

"Saya adalah pelayan untuk tuan Laurent." Jawab Irina dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Raut wajah terkejut terukir sesaat setelah Irina mengutarakan pernyataannya, menarik tangan Alexander Chloe membawa pria bermata biru itu ke tempat yang agak jauh dari meja yang Chloe telah duduki meninggalkan Irina sendirian menunggu.

"Apa kau gila?!" Seru Chloe kepada Alexander,  "wanita itu bekerja untuk tuan Laurent?!"

"Tenanglah, dia tidak akan mengkhianati kita," Alexander menaruh tangan kanannya kepundak Chloe dan menatap matanya, "Percayalah padaku."

Mengangguk ragu, Chloe mempercayai dan mengikuti perkataan Alexander. Setelah perbincangan mereka selesai mereka menjumpai Irina dimeja yang telah Chloe tempati.

"Maaf menunggu kami harus membicarakan suatu hal tadi," Kata Alexander tertsenyum kearah Irina.

"Tidak apa-apa." Jawab Irina dengan nada datar tanpa ekspresi wajah sama sekali. 

Meskipun Alexander mengatakan untuk tenang dan percaya padanya, Chloe masih memiliki perasaan was-was dan curiga terhadap Irina. Perasaan was-was dan curiga itu masih tercermin dimata Chloe saat dia dan Irina bertatapan.

Elected KingsOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz