25. Imamnya, Rian

1.3K 141 12
                                    

Aku menyeret koperku mengikuti langkah mbak Wid, kami sudah sampai di Jakarta, dan sekarang ci Susy ingin mengajak kami untuk makan bersama. Katanya makan siang, tapi kan tadi aku sudah makan bareng Rian, lagian juga ini jam 2 siang, kalo aku makan siang jam segini bisa bisa perutku mulai sakit lagi.

Aku mendudukkan diri diantara kak Gre dan mbak Naf. Gatau, mereka memaksaku untuk duduk disana, mbak Wid dan Meli sudah dapat penjelasan, mereka juga mau katanya.

"Ki, lu pesen apa?" Seru mbak Wid.

Aku menggeleng pelan, "Enggak mbak, lu aja, gue udah makan tadi,"

Ci Susy yang sedang bicara dengan koh Herry menoleh, "Kok gak pesen Ki?"

"Ah enggak ci, saya udah makan tadi," balasku sembari tersenyum.

"Yaudah pesen minum aja ya," kekeuh ci Susy.

Aku tersenyum canggung, sebenarnya aku masih benar benar kenyang, tapi aku angguki saja, gaenak kalo ditolak lagi.

"Jom, lu pesen apa?" Seru Fajar ketika aku sedang membulak balik menu, melihat minuman yang sekiranya tidak terlalu mengenyangkan.

"Gue enggak, udah makan,"

Aku ikut menoleh ketika merasakan semua orang melihat Rian. Detik selanjutnya aku tersentak saat pandangan semua orang dari Rian berpindah padaku, apasih? Kenapa?

"Kalian makan bareng ya tadi?" Seloroh kak Gre.

Aku meringis pelan, aduh, kenapa Rian bilang udah makan juga sih? Jelas saja mereka curiga!

Aku menoleh kearah kak Gre, tersenyum canggung sembari menggeleng pelan.

"Bohong tuh kak! Kayaknya mereka emang makan bareng tadi!" Sarkas Apri.

Aku menatap Apri kesal, dia kenapa suka banget manas manasin sih?

"Ngaku dong Jom, kamu makan bareng Kia tadi?" Seru koh Herry.

Aduh! Ini kenapa koh Herry jadi ikut ikutan? Masa topik pembicaraan dimeja makan ini aku dan Rian?

"Kayaknya sih emang gitu koh, soalnya tadi Kia ditarik Jombang sih!" Timpal mbak Wid.

Aku lagi lagi mendengus kesal, berusaha menyibukkan diri dengan membuka menu.

Aku membiarkan saja semua orang sibuk dengan pembicaraannya, aku tersenyum saat menemukan menu coffe, walaupun bukan Caramel macchiato, tapi yasudahlah.

"Mbak! Gue Cappucino satu ya!" Ujarku pada mbak Wid, gak perlu teriak sih, mbak Wid didepanku.

Mbak Wid mengangguk, aku meraih ponselku, membuka account Instagram yang sudah ku diamkan, kecuali membuat snapgram tadi.

Aku mengernyit melihat pesan dari Rian, dia kenapa kirim pesan?

jangan coffe terus Ki, gak sehat

Setelah membacanya aku tersenyum, melihat Rian yang tengah sibuk bicara dengan Kevin.

"Ehem! Yang abis di chat, trus curi curi pandang!" Bisik kak Gre.

Aku menoleh kearah kak Gre, lalu tersenyum. Aku sangat berterimakasih karena kak Gre meledekku dengan bisik bisik begini, kalo tidak, bisa tambah tambah deh hebohnya!

"Mbak!" Seru ku saat melihat Mbak Wid sudah ingin memberi kertas pesanan pada Fajar.

"Kenapa Ki?"

"Gue boleh ganti gak? Udah gak pengen cappucino mbak!" Ujarku.

Mbak Wid mengernyit, "Yaudah, sebentar Jar!"

"Lu mau apa Ki?" Sambungnya.

Sekarang aku diam, aduh, pesan apaya? Aku membulak balik menu, tapi tetap tidak menemukan minuman yang menarik. Ah yasudah, aku pesan es teh manis saja.

Moonlight | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang