17. Hello, Tiongkok!

1.6K 132 2
                                    

"Ki, mau liat foto lu yang tadi gak?" Seru mbak Wid sembari mengutak atik kameranya.

"Gak, makasih mbak. Gak minat," Balasku menatap Mbak Wid kesal.

Tadi di pesawat, ternyata mbak Wid memotret aku yang tertidur di bahu Rian. Gak tanggung tanggung, mbak Wid langsung memotretnya dengan kamera!

"Heh kok lu gitu? Bagus tau Ki fotonya!"

Aku menggeleng, merapikan koperku, aku sekamar dengan mbak Wid. Pasti sibuk ditanya macam macam habis ini.

Aku membuka pintu toilet, menuntaskan keinginan buang air kecil ku.

"Mbak, lu bawa pembalut gak?"

Mbak Wid menoleh, "Gue kan lagi sholat, ngapain bawa gituan?"

Aku menghela nafas, "Aduh, gimana ya mbak? Gue dapet lagi! Mana gak bawa pembalut!"

"Beli aja di supermarket Ki!"

"Yaudah sebentar ya mbak, lu mau nitip?"

"Enggak Ki, nanti aja, gue mau irit,"

Aku tersenyum, tapi baru saja memegang knop pintu, pintu kamarku sudah diketuk duluan.

Aku menoleh, memastikan mbak Wid memakai hijabnya baru membuka pintu.

"Eh? Kenapa mbak?"

Orang yang mengetuk pintu tadi mbak Naf, kenapa sih? Tumben banget!

"Si Kevin, lehernya pegel Ki. Katanya gara gara tidur di pesawat tadi,"

Aku meringis pelan, duh Kevin! Udah sampai Tiongkok gini ada aja kerjaannya!

"Iya mbak sebentar ya, gue ke supermarket dulu!"

"Ngapain?"

"Beli pembalut, tiba tiba aja!"

"Oh yau-"

Ponsel mbak Naf bergetar, ia langsung mengambil ponselnya dan membaca pesan yang terkirim.

"Duh Ki, gak bisa nunggu lagi. Kevin makin nyeri katanya!"

Aku menghela nafas, gimana dong?

"Mbak! Masa gue ke kamar Kevin begini! Kalo bocor gimana?"

"Tapi gawat Ki! Yaudah gini deh, lu ke sana aja. Nanti gue beliin deh!"

Aku mengangguk, itu ide yang lebih baik.

"Yaudah bentar ya, gue pake rok dulu!" Ujarku langsung masuk kembali ke kamar.

Setidaknya ada kain lagi yang menutupi.

Aku dan Mbak Naf berpisah di lift, dia akan turun, sedangkan aku naik.

Aku mengetuk pintu kamar Kevin perlahan, sebelum berpisah, tentu saja mbak Naf memberikan ku nomor kamarnya, juga aku yang memberikan lembaran uang ke mbak Naf.

"Masuk!"

Aku mendorong pintu pelan, melihat Kevin yang sedang bersandar di kepala kasur.

"Syukur lah lu cepet dateng! Leher gue nyeri banget Ki!"

Aku menyapu pandangan, Kevin sendirian di kamar sebesar ini?

"Vin? Ini lo sendiri?"

"Enggak, sama Jombang. Tapi tadi gue suruh beli koyo, abisnya sakit banget!"

Aku tertawa, "Lu nyuruh dia nyari koyo? Di Tiongkok? Emang ada?"

"Gak tahu, bodoamat lah! Udah sini obatin!"

Aku menghela nafas, mulai masuk kamar dengan pintu yang dibiarkan terbuka.

"Vin, lu panggil siapa kek! Gue gaenak banget berdua doang dikamar gini!"

Moonlight | Rian ArdiantoWhere stories live. Discover now