PROLOG

226 33 13
                                    

DEMI KENYAMANAN BERSAMA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, TERIMA KASIH:)

TEKAN TOMBOL BINTANG DI BAWAH SEBELAH KIRI:)





"Galen, anterin aku pulang ya?"

Suara perempuan itu membuat Galen menoleh dan mendengus kesal. Gadis ini selalu saja mengganggu dirinya. Ia yang tak mau banyak bicara lantas menggeret paksa tangan Aurel menuju taman belakang sekolah. Tanpa mempedulikan Aurel yang tengah meronta agar Galen melepaskan cengkraman tangannya.

"Rel, gue udah bilang sama lo. Jangan pernah deketin gue di sekolah!" ucap Galen tajam.

"Kamu kenapa selalu ngehindar sih, Gal?"

"Lo ada kaki kan? Jalan sendiri, manja amat!"

Berkali-kali Aurel bersikap sabar dengan sikap Galen yang sangat kasar padanya. Padahal ini belum genap satu bulan mereka bertunangan tetapi sikap Galen tak kunjung berubah. Galen tak pernah menganggap kehadirannya, lelaki itu bahkan tidak pernah bersikap lembut kepada Aurel.

Aurel Maheswari, perempuan yang gigih dalam mendapatkan hati Galen Airlangga. Beribu cara sudah Aurel lakukan agar Galen menerima kehadirannya, tetapi tetap saja Galen masih menyimpan cinta untuk orang lain.

Kepergian Galen membuat Aurel menatap punggung lelaki itu yang kian menjauh. Lagi-lagi, ia harus dicampakkan oleh tunangannya sendiri.

Untuk kesekian kalinya ia harus pulang sendirian padahal jarak dari rumahnya cukup jauh. Tidak mungkin juga ia menaiki angkutan umum karena Papa nya tidak memberinya uang saku.

Aurel menghela nafas kecewa saat melihat Galen tengah berboncengan dengan seorang perempuan yang sangat ia kenal. Lagi-lagi ia harus merasakan sakit hati. Walaupun Galen selalu bersikap seperti itu tetapi tetap saja Aurel tidak bisa membencinya.

"Apa kamu gak pernah tahu, Gal? Aku sakit," lirihnya sembari menghapus air mata yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya.

*****

Aurel memasuki rumah dengan langkah lesu, ia mendesah kecewa karena lagi-lagi ia harus sendiri. Kedua orang tuanya bercerai saat di usianya yang masih menginjak tujuh tahun. Gadis itu memilih untuk tinggal bersama Papanya, tapi terkadang Aurel juga menginap di rumah Mamanya saat liburan. Aurel juga memiliki seorang kakak lelaki, namanya Ardan Baskara. Usia mereka hanya terpahut beberapa tahun. Ardan sekarang masih kuliah di luar negeri, mengambil jurusan kedokteran. Lelaki itu akan pulang satu tahun sekali lalu kembali lagi ke Jerman, tempatnya menimba ilmu.

Nuansa kamar berwarna hijau membuat mata gadis itu terasa segar. Ia tiba-tiba mengingat saat Beni, Papanya memaksa dirinya untuk bertunangan dengan Galen. Sebenarnya Aurel tidak mau mencari masalah dengan lelaki itu, sifatnya yang dingin dan berwibawa menjadikan sosok Galen paling disegani di lingkungan sekolah, tak hanya itu, Galen juga merupakan siswa yang berprestasi. Berbeda dengan Aurel yang bodoh, bahkan untuk menyelesaikan aljabar saja dia masih bingung.

Pernah dirinya berpikir jika bertunangan dengan Galen maka hidupnya akan sedikit berwarna. Tapi pada kenyataanya hal itu jauh dari ekspetasinya. Jangankan bahagia, Aurel malah merasakan makan hati mengingat Galen sendiri sudah memiliki gebetan yang jauh lebih cantik dan lebih baik darinya.

Bodohnya, Aurel sekarang malah menaruh hati kepada lelaki yang jelas-jelas tidak menganggap kehadirannya. Tapi Aurel masih tetap optimis, ia percaya jika suatu saat nanti Galen bisa menerima kehadiran dirinya dan mau mengakui jika ia adalah tunangan lelaki itu.

Pertunangan Galen dan Aurel memang disembunyikan. Itupun juga atas permintaan lelaki itu.
Pernah Aurel bertanya mengapa Galen menyembunyikan statusnya, dan jawabannya sungguh membuat hatinya berdenyut. Galen mengatakan  jika ia malu mempunyai tunangan seperti Aurel dikarenakan kebodohan gadis itu. Sebenarnya Aurel tidak terlalu bodoh, hanya saja kecerdasan gadis itu terletak di bidang non akademik. Ingin rasanya Aurel mengembangkan bakatnya, tapi apa daya, orang sekitar saja tidak pernah mendukungnya terutama papanya sendiri. Pria itu selalu menuntut Aurel untuk menjadi gadis sempurna. Terkadang Beni juga malu mengakui Aurel sebagai anaknya.

Aurel menyobek secarik kertas gadis itu mulai menuliskan sesuatu di atas sana.

Pernah gak sih kalian dituntut untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Dituntut ini dan itu, pernah gak sih mereka tahu perasaan kita? Peduli sama kita?

Aku pribadi sih pernah, miris banget hidupku hehe.

Gimana sih rasanya gak diakuin sama papa sendiri? apalagi penyebabnya karena kita bodoh.

Padahal setiap orang punya potensi.

Bukannya didukung malah dikurung.

Kadang capek sama semuanya, tapi aku masih beruntung gak seperti anak jalanan di luar sana.

Aurel meremas tulisannya lalu membuangnya ke tempat sampah, gadis itu menghela nafas gusar.

"Apaansih, Rel. Kamu gak jelas banget," lirihnya sembari terkekeh miris.
















Tbc

Vote and komen?

Ini baru prolog guyss:)

Dukung cerita ini yukk:))

Jangan jadi sider yee...

GARELWhere stories live. Discover now