"H-hah? Gimana?"

"Ayo coba lihat ke sana." baru Beomgyu melangkah memasuki sungai, Soobin menjerit.

"Eeeehhh! Mau ke sana gimana coba? Masa' ngelewatin sungai—"

"Ya iyalah, emang lewat mana lagi?"

"Ya lewat jalan atau apa kek, masa' nyemplung ke sungai?"

"Halah, ribet," Beomgyu melengos. "Dibilang ini sungai cetek banget kak, kayaknya buat saluran irigasi gitu. Sumpah, demi bolu cokelat pakai topping stroberi, lu gak akan kelelep."

"Ya... tapi gimana kalau ada lubang di tengahnya? Atau gimana kalau di tengah-tengah ada pasir yang—"

"Ribet ah orang kota." Beomgyu berjalan memasuki sungai, mengabaikan pekik tidak habis pikir Soobin di belakangnya.

"Deeekkkk!"

"Kalau gak mau ikut ya udah! Biar gue ke sana terus ambil, gosah jerit-jerit kayak kuntilanak!"

Soobin merengut dikatai 'kuntilanak'. Yakali dia ganteng gagah nan tinggi begini disamain sama setan yang doyan nyengir sama ngambang ke sana-ke mari begitu saja? Soobin dibandingin sama Tom Holland aja masih gantengan Soobin ke mana-mana.

Tapi, seganteng apa pun Soobin. Tetap saja dia ditinggal Beomgyu menapaki sungai demi mencapai tepian lain. Yang lebih tua berseru-seru dan pilih menyusul Beomgyu begitu panggilannya diabaikan. Setelah melepas alas kakinya, Soobin menyusul dengan terburu-buru tapi juga takut melangkah menyusuri sungai yang airnya super cetek, hanya beberapa senti lebih tinggi di atas kakinya.

Tadinya, Soobin kira seluruh dasarnya cetek, tapi keparnoannya tadi soal bagian yang lebih dalam terbukti. Meski persisnya bukan lebih dalam, tapi bagian tengah sungai pasirnya lebih lembut sehingga lebih banyak air mengendap sampai ke dasar. Mental anak rumahan Soobin terpelatuk ketika kakinya tiba-tiba mencapai bagian itu dan membuatnya spontan histeris dengan panik.

Untungnya, Beomgyu sempat menoleh dan dengan cepat menangkap tangan Soobin untuk mempertahankan tubuh besarnya yang oleng. Refleks Soobin pun balas mencekal kuat lengan Beomgyu.

Untuk beberapa saat, mereka bertahan dalam posisi saling menahan tubuh masing-masing. Hingga keduanya sama-sama mengangkat wajah dan sadar kalau keduanya berada dalam jarak cukup dekat buat saling mengagumi rupa masing-masing.

Namun, Beomgyu terlampau sadar untuk terlena dan terjebak dalam momen. Debaran jantungnya yang cepat adalah suatu hal yang tidak benar dan dia harus segera menghentikannya dengan memutus momen yang tercipta.

Perlahan Beomgyu menarik tangannya dan mundur.

"Hati-hati, kak." katanya dan setelah dirasa dia mampu menahan gejolak dalam dirinya, Beomgyu memberi jarak namun berganti meraih lengan Soobin untuk menuntunnya.

Dalam hati, Beomgyu mencekoki pikirannya dengan alasan—yang dianggapnya—logis untuk bertindak seperti ini, bukan dalam ajang kesempatan dalam kesempitan. Alasannya, karena mereka tidak boleh terjatuh. Mereka tentu tidak bisa pulang dalam keadaan basah atau baret oleh goresan batu atau benda tajam yang tersembunyi di antara dasar sungai karena Mama pasti akan khawatir. Jadi, tindakan Beomgyu sangatlah beralasan.

Tanpa perlu melangkah lebih jauh lagi, mereka akhirnya mencapai tepian lainnya. Berbeda dengan bagian tepi satunya, rumput di sini lebih tinggi dan dipenuhi semak meski enggak banyak. Tanahnya juga lebih tidak rata dengan beberapa gundukan kecil.

"Di sini gak ada ular kan?"

"Nggak ada, adanya buaya." jawab Beomgyu tanpa mikir.

"HAH?! SUMPAH, DEK?"

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Where stories live. Discover now