Soobin dan Beomgyu akhirnya pergi mengantarkan kue pesanan menggunakan sepeda dengan Soobin dalam boncengan Beomgyu.
What? Nggak salah tuh?
Iya, Soobin dalam boncengan Beomgyu soalnya Beomgyu gak mau dibawa Soobin nyasar buat nganterin kue. Juga, mereka terpaksa boncengan karena sepeda satunya—yang pastinya punya Yeonjun—rantainya copot karena sudah lama nggak dipakai dan Beomgyu—apalagi Soobin—nggak tahu cara ngebenerinnya. Yang bisa paling Yeonjun—yang nggak tahu masih bobo di kamar atau ngapain—sama Papa.
Sebenarnya, mereka bisa saja berjalan kaki nganterinnya. Tapi Beomgyu kasihan sama Soobin, takut kecapekan. Biar gimana pun, Soobin kan tamu, masa' diajak kerja rodi? Kalau Jeongin yang main mah udah Beomgyu suruh nge-cat rumah sama bersihin kebon malahan.
Sebenarnya juga... dari awal Beomgyu punya perasaan kalau sepeda yang bisa dipakai cuman satu. Dan kalau Soobin ikut... Beomgyu tuh... gak siap....
Beomgyu nggak siap dengan bayangannya yang jadi kenyataan terjadi. Dan memang beberapa bagiannya telah terjadi.
Beomgyu gak siap menerima jantungnya deg-degan lebih cepat dalam jangka waktu yang lama karena... banyak alasan.
Pertama, kepala Soobin berada tepat di belakangnya yang mana membuat Beomgyu bisa merasakan setiap embus napasnya di tengkuknya membuatnya bergidik geli.
Kedua, Soobin dalam boncengannya nggak mungkin gak berpegang pada apa pun. Dan nggak mungkin juga dia disuruh memegang dudukan boncengan yang seluruhnya ketutupan pantatnya. Jadi, sudah pasti tangan Soobin berpegang pada pinggang Beomgyu.
Ketiga, alasan yang berdasar sebuah pertanyaan yaitu, kenapa nggak Soobin aja yang membonceng Beomgyu? Alasannya di paragfraf atas tadi dan... kayaknya kalau Beomgyu yang dibonceng dia bakal bengong selama perjalanan—bukannya memberi arahan jalan—puas melihati bagian belakang cowok yang lebih tua. Belum lagi Beomgyu yang harus memegangi pinggang Soobin, belum lagi tengkuk Soobin yang terlalu dekat, belum lagi kalau ada jalanan tidak rata yang membuat sepeda agak terantuk dan...
Udahlah, Beomgyu gak tahan kalau begitu. Bisa-bisa dia koprol di tempat.
Ini aja lima belas menit awal perjalanan tangan Beomgyu sempat gemeteran megang stir sepeda.
"Dek," panggil Soobin, membuat yang dituju bergidik geli dan nyaris oleng melepaskan tangan dari stir. Untungnya Beomgyu sudah sering terlatih mengatur ketololannya dalam bidang ini.
"Apa?" sahut Beomgyu kemudian.
"Habis nganterin kue, ngapain?"
"Kakak mau main?" Beomgyu malah balik nanya.
"Mau lah." Soobin nyengir—yang kalau Beomgyu bisa lihat, dia mungkin bakal koprol di tempat, soalnya Soobin kalau lagi senyum dengan benar itu cakep banget.
"Masa' udah ke tempat lo, gak jalan-jalan ke mana gitu," kata Soobin lagi.
"Kan tadi pagi kakak udah jalan-jalan keliling kompleks bareng Haru."
"Yah... tapi kan elo bukan Haru."
"Ya iyalah! Gue manusia, sedangkan dia guguk!" Beomgyu sewot.
"Maksudnya bukan gitu..." Soobin menimpali kalem. "Gue maunya sama elo, Beomgyu."
Cuman satu panggilan nama yang bisa dijeritkan siapa pun. Tapi, ketika Soobin yang melafalkannya terdengar lembut dan dalam sampai menggetarkan seluruh sanubarinya.
Alah, hiperbolis. Intinya, efeknya itu bikin jantung Beomgyu berdebar cepat.
Beomgyu menggigit bibir bawahnya sebelum menjawab. "Ya udah."
YOU ARE READING
Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)
Fanfiction"...ada yang mau sama lo, tapi lo-nya gak mau. Giliran lo-nya mau, dianya gak mau..." -Yang Jeongin, 2020 Ini tentang Choi Beomgyu yang keder sendiri dengan kehidupan perkuliahannya bersama kisah cintanya yang jauh dari mulus seperti drama tapi juga...
29 : hands on me
Start from the beginning
