Namun ia tetap diam, memantau keputusan sang adik.

Semakin lama, stamina Solar semakin terkuras, kekuatannya semakin acak-acakan, Taufan mengerutkan kedua alisnya sambil dengan teliti memantau adiknya.

Benar saja, dua menit kemudian sang adik terdorong jatuh karena gagal mengontrol kekuatannya, juga karena stamina yang terkuras.

Taufan menghela nafas dan beranjak dari tempat ia terduduk.

"Apa yang aku bilang tadi?"

"....."

"Kau harusnya mengikuti instruksi ku."

"..tapi-"

Taufan mengeluarkan satu buah lagi botol kecil dari tas nya, kini itu botol air minum kemasan yang ia bawa.

"Duduk dan minumlah."

Solar mengangguk, sesekali ia menatap Taufan yang memasang wajah datar. Taufan tak kunjung berbicara ataupun mengubah ekspresi nya. Itu membuatnya merasa tidak nyaman dan takut.

"Kau tahu apa kesalahan mu?" Tanya Taufan.

Solar mengangguk, "aku tidak melaporkan kondisiku."

"Kenapa?" Tanya Taufan dengan alis yang sedikit berkerut kebawah.

"...karena aku kira aku akan mampu."

"Lalu hasilnya?", Tanya Taufan lagi.

"...aku belum mampu."

Taufan mengangguk, manik biru safirnya itu terlihat sangat serius.

"Agen Solar."

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan jika hal ini terulang lagi?"

Solar terdiam dan menundukkan kepalanya.

Taufan tak tega melihatnya, ia menghela nafas panjang.

"Kau ini.."

"Dengar ya adikku, kau gagal dalam berkomunikasi."

"Jika kondisi dirimu saja kau lalai, bagaimana saat kau berada di misi? Kalau sampai kau menganggap remeh kondisimu, maka nyawamu,nyawa rekanmu, dan juga hasil misimu bisa dalam bahaya."

"Ini bukan masalah kau kuat atau tidak, tapi masalah mencari peluang agar misi bisa selesai dengan sempurna, tak akan ada yang menyalahkanmu kalau kau bilang kau kesakitan karena tertusuk bilah pisau"

"Tapi mereka akan menyalahkanmu jika karena kau tertusuk bilah pisau dan menyembunyikannya, misi kalian malah gagal" ujar Taufan lagi,untuk beberapa alasan, ekpresinya terlihat sendu.

Solar mengerutkan kedua alisnya, "tapi kan memberitahu kekurangan sama saja dengan menunjukkan kelemahan!" Bantahnya.

Taufan tersenyum, tangannya mendarat di atas kepala adiknya itu, jari jemarinya menyusuri rambut Brunette sang adik. "Itu kan kalau ke musuh."

"Saat menjalani misi bersama, kurasa rekanmu perlu tahu akan kondisi mu,agar nantinya rencana yang dibuat dapat dieksekusi dengan matang,bukan kah begitu, mr.smart?"

Solar terdiam, setelah beberapa lama merenungkan sesuatu sambil sesekali berusaha mengeluarkan kata-kata hanya untuk menutup mulutnya kembali di akhir, ia berdiri dan menepuk pakaiannya.

"Aku akan coba lagi."

"Kali ini langsung beritahu kalau kau merasa kondisimu berubah"

Solar mengangguk pelan. Ia mulai mengumpulkan kekuatannya.

Taufan tersenyum melihatnya, aku akan mengajarkan semua yang kutahu padamu.

Agar nantinya kau bisa menjadi agen kelas S yang sangat kau inginkan itu.

Yah walau sebenarnya tak ada bagusnya menjadi agen S itu..

Taufan mengeluarkan beberapa pil dari botol kecil yang ada di tasnya dan meneguknya tanpa air. "Ugh,pahit."

"Sepertinya aku harus menghampiri Ying nanti."

Mata nya kembali tertuju ke adik bungsu nya itu, adik bungsu nya yang masih berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan setengah kekuatannya.

Taufan mengamati ekspresi nya dengan seksama,

Sepertinya tubuh nya sudah mulai tidak kuat.

Benar saja, peluh membasahi dahi sang adik. Taufan mengerutkan alisnya, ia ingin menghentikan adiknya, tapi sekali lagi, ia ingin adiknya mengetahui batasan diri sendiri.

Solar terdiam, tidak berusaha memfokuskan kekuatan di telapak tangannya lagi, "..kondisi ku berubah." Ucapnya pelan dengan kerutan di alisnya yang menunjukan rasa kesal akan diri sendiri karena tak kunjung berhasil.

Taufan tersenyum dan melangkah maju, "hentikan dulu kekuatanmu."

Solar merasa ragu sejenak, namun ia mengangguk dan kekuatannya langsung berhenti secara cepat, ia hampir terpental namun sudah ditahan oleh mentornya itu.

"Kerja bagus" ucap Taufan sambil menyeringai bangga.

"Apanya yang bagus? Aku gagal!"

Taufan tersenyum, mengambil syal biru yang tadi ia pinjamkan ke adiknya itu dan menyeka peluh dari dahi Solar.

"Memang bayi mana yang bisa langsung berlari saat belajar berjalan?" Tanya Taufan.

Solar terlihat semakin kesal, "aku bukan bayi!!"

Taufan tersenyum, "dan aku bukan tour guide."

Solar tersentak sedikit saat mendengarnya, dia membuang pandangannya "yah itu kan hanya perumpamaan"

Taufan tersenyum lebar "yang ini juga hanya perumpamaan"

"Kau!-"

//Author's note//

Thus, stock ku habis, hope u enjoy dan komen or else 🔪🔪

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Where stories live. Discover now