62 - berhenti apa?

2K 292 156
                                    

"berhenti apa?" Tanya Taufan seraya kelopak matanya bergetar, terbuka perlahan dan menunjukkan sepasang manik safir yang redup.

Tatapan dari sang mentor kini terarah pada sang murid, "kau sudah pulang?" Sapanya pelan, suaranya yang serak membuat hati Solar terasa seperti tersayat bilah pisau yang tajam.

Solar mengangguk, memberikan senyuman lembutnya yang gagal menyembunyikan kesedihan hatinya. "Maaf aku tidak becus dalam menjaga apartment kita. Bisa-bisanya ada penyusup yang tidak tahu diri masuk kesini" ucap Solar getir yang mengundang tawa dari sang pengendali Angin.

"Haha, walau begitu, penyusup nya adalah saudaramu. Jadi aku maafkan." Ucap Taufan lembut. Walau pucat, setidaknya respon nya sudah lebih cepat.

Solar tersenyum, "bagaimana perasaanmu?" Tanya Solar sambil membawakan gelas berisikan air hangat dan sedotan.

Taufan tertawa kecil, "terasa lebih baik. Tapi aku bukan bayi, kau tahu? Diperlakukan seperti barang mudah pecah sedikit membuatku tidak nyaman." Ucap Taufan, manik safirnya itu menatap dalam manik silver sang adik. Senyum pasrahnya menunjukan pengertian yang membuat sang adik semakin merasa tak enak rasa.

"Kau juga selalu memperlakukanku seperti bayi saat kau masih mentorku." Balas Solar, berusaha meringankan atmosfer yang terasa menyesakkan ini.

Taufan tertawa kecil. "Baiklah, kuakui bahwa mantan muridku ini sudah sangat dewasa sekarang. Jadi aku akan berhenti memperlakukan nya seperti bayi."

Solar menatap dalam manik sang mentor yang kini telah kehilangan binarnya. Ia tak dapat tidak mengingat isi dari kontrak perjanjian Taufan dan agensi, dan itu hanya membuat suasana hatinya semakin buruk.

Apakah mungkin, jika segala hal itu tidak terjadi, manik biru itu akan selalu bersinar, penuh akan kehidupan?

"Kak.." Solar membuka pembicaraan.

Setelah beberapa detik, ada respon balik dari sang mentor. Terlihat kakaknya itu sedang menunggu solar mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan.

"Apa aku boleh meminta satu hal?" Tanya Solar dengan hati-hati.

Biasanya Taufan akan membalas dengan "tentu saja!" Atau "apakah 100.000 ryzl cukup untuk membeli barang yang kau mau? Atau mau lebih?"

Tapi, seakan Taufan tahu bahwa permintaan yang akan Solar ucapkan bukanlah permintaan yang dapat dengan mudah Taufan kabulkan, ia hanya tersenyum, "permintaan apakah itu?" Tanyanya pada sang bungsu bervisor itu.

Solar duduk di bagian kosong di kasur Taufan. "Aku ingin tinggal bersamamu lagi."

Taufan terdiam, butuh beberapa waktu untuk memprosesnya, namun bahkan ia tak dapat memberi jawaban.

"Aku ingin kau ada di dekatku. Tidak pergi jauh ke tempat yang tidak kuketahui, aku ingin aku bisa melihatmu setiap kali aku khawatir." Ucapan Solar yang terdengar serius itu seakan menusuk hati Taufan. Memberikan rasa sakit emosional untuk hati yang ia kira sudah mati itu.

"Tapi, agar hal itu bisa terkabul, kau harus berhenti.." lanjut Solar lagi.

Taufan sudah tahu ke mana arah pembicaraan ini, ia hanya terdiam, menundukkan kepalanya seraya tangannya mencengkram selimut kasurnya.

"Agar bisa hidup seperti saat kita masih menjadi murid dan mentor, kau harus berhenti dari misimu kak." Ucap Solar, manik silvernya menatap perih ke sang kakak yang tak membiarkannya melakukan eye contact.

"Aku ingin kau berhenti melakukan segala hal yang menghancurkan tubuhmu itu, aku ingin kau berhenti dari misimu, dan keluar dari agensi." Lanjutnya, kini menundukkan kepalanya karena ia tahu bahwa permintaan ini pasti akan menyulitkan Taufan. Permintaan egois yang ia harap bisa diterima oleh sang kakak.

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang