Special Episode 2

286 37 10
                                    

Tumbuh menjadi satu-satunya putri dikeluarga Bhaskara membuat Caca benar-benar diperlakukan bak tuan putri, karena gadis itu memang satu-satunya cucu perempuan baik dari keluarga Jevan dan keluarga Gigi, yang otomatis membuatnya punya hak istimewa dikeluarganya itu. Kalau kalian membayangkan kehidupan tuan putri yang luar biasa enak, kalian salah besar, Caca justru merasa itu adalah hal yang paling menyebalkan yang ada dalam hidupnya, ketika beberapa temannya sudah diijinkan membawa kendaraan sendiri sejak SMA, Caca justru masih diantar jemput oleh supir yang diperjakan pepa-papi Jevan- untuk mengantar sang tuan putri, ketika ia sudah diijinkan oleh Jevan dan Gigi untuk membawa kendaraan sendiri ke kampus, kakeknya yang gantian berniat merekrut supir lainnya untuk mengantarkan Caca namun niatan itu ditolak mentah-mentah oleh sang tuan puri.

"aku udah gede kakek ku sayang, lagian gak apa kok aku bawa mobil sendiri." Begitu katanya, ya kalau tuan putri sudah bersabda lebih baik dituruti atau ia bisa merajuk. Sebenarnya banyak teman-teman Caca yang iri pada gadis itu, bagaimana tidak, dikelilingi pemuda tampan yang selalu jadi garda terdepan jika terjadi sesuatu padanya membuat mereka merasa ingin berada diposisi Caca.

"haha mau tukeran kalian? Dijamin gak bakalan tahan, tanya aja Bitha, atau tanya temen cewek ku yang lainnya." Begitu ujar si cantik setiap kali ada temannya yang berharap demikian.

Hubungan Caca dengan anak-anak paman tampannya juga sangat baik, Bitha dan Caca kebetulan satu kampus namun berbeda jurusan, mereka juga sering menghabiskan waktu bersama.

"kata pakde Satria, Tian balik ke Indo minggu ini, kumpul yuk Ca mumpung ada Tian." Ajak Bitha yang kebetulan menginap dirumah keluarga Caca malam ini. Gadis yang masih asik dengan ponselnya itu menoleh sesaat melirik Bitha. "hmm yang seneng dedek gemesnya balik Indo, ihiyy! Ntar gue kabarin di grup dulu."

"apa dah lu Ca haha." Caca menegakkan tubuhnya dan duduk menghadap ke Bitha yang masih berbaring. "eh tapi serius Ta, emang sama papi lu gak apa kalo deket sama yang lebih muda? Tian kan lebih muda dari lu." Tabitha akhirnya ikut bangun dan mencubit gemas lengan Caca. "Natasya sayang, gak apa kali, lagipula ya kata papi umur itu cuman angka. Lu sendiri gimana nih sama si kapten basket jurusan lu?"

--

Tanpa dua gadis itu sadar seorang anak lelaki tengah berdiri didepan pintu kamar dan menguping lewat celah kecil disana, awalnya anak itu ingin masuk kedalam untuk meminjam charger ponsel namun ia urungkan saat mendengar percakapan antara sang pemilik kamar dengan tamunya.

"teteh jutek gitu ada yang deketin, eh tapi tunggu. Mereka mau jalan? Lusa? Hmm bisa nih cari perkara dikit." Dengan cepat anak lelaki itu berlari menuju kamar kerja sang ayah.

"pa?"

"masuk ada dek!" Javier mengintip sedikit apa yang tengah ayahnya kerjakan diruangan itu. "pa adek pinjem charge ya."

"eum oke, teteh sama kak Bitha udah bobo?"

"belom pa, udah ya adek ke kamar. Jangan begadang pa you're old now." Ingin rasanya Jevan menjitak putranya itu, namun ia tidak bisa karena sifat jahil Javier jelas saja menurun darinya.

"duh nih hape cepetan nyala kek!" gerutunya saat sudah kembali ke kamar dan mencharge ponselnya yang mati total itu sesaat setelah benda persegi itu menyala dengan cepat ia mengetikkan sebuah pesan kepada beberapa orang dalam sebuah ruang obroloan yang ia utamakan di aplikasi pesan singkat itu.

--

Hari yang nanti Caca akhirnya tiba, hari ini selepas kelas terakhirnya gadis itu akan pergi bersama dengan Juan, kapten basket jurusannya yang digilai banyak wanita, gadis itu bahkan sengaja meminta Bitha untuk pulang dengan munggunakan mobilnya demi acara kencan ini.

[COMPLETE] Duplik (Sequel Of Replik)Where stories live. Discover now