6. The Plan

368 54 0
                                    

Satria POV

Gue kaget pas didepan restoran ada mobil Jevan disana, ya awalnya gue gak mau ambil pusing pikiran gue paling dia kesini ketemu klien dia atau ada urusan apa gitu, jujur gue mulai agak curiga sama dia waktu tau sama siapa di disini. Adrian, salah satu senior kita berdua yang kalo gue bilang track record dia sebagai seorang pengacara punya beberapa catetan hitam di Dewan Pusat, ditambah lagi mereka juga bareng sama Broto, politikus yang lagi rame dibicarain soal aset-aset dia yang menurut gue cukup mencurigakan untuk ukuran politisi yang baru 3 tahun menjabat sebagai wakil rakyat itu.

"Jev!" gue nyapa dia setelah nganterin istri dan mertua gue ke meja yang udah gue pesen dari kemaren. Jevan awalnya agak ragu mau nyamperin gue, tapi untungnya dia tetep mau nyamperin gue setelah pamitan dulu sama dua orang itu.

"om, tante." Dia salim dulu sama mertua gue sambil adalah basa-basi dikit, setelah itu gue ngajak dia keluar bentar.

"lu ngapain sama mas Ian sama si Broto? Jangan bilang lu yang bantuin mas Ian?" maaf-maaf aja gue emang straight forward kalo nanya ke orang, apalagi ini sahabat hidup mati gue. "gue-."

"Jev gue ingetin sama lu sebelom telat, mending lu gak usah ikut campur sama mereka. Kasian lu ntar."

Jevan noleh gue udah tau dia pasti udah nyiapin peluru balesan buat ngebales omongan gue tadi. "tapi Sat, tenang aja bakalan aman kok. Truts me."

"tapi Jev, gue mohon pikirin resikonya nanti, gue gak mau lu sama Gigi kena imbas dari berurusan sama mereka." Tapi seorang Jevan Adrio memang orang paling keras kepala yang pernah gue temui selain istri dan anak kedua gue. "makasih udah ingetin gue Sat, tapi gue mohon percaya sama gue, everthing will be save and fine." Gue cuman bisa ngeliat dia ngejauh dari gue sambil berdoa semua omongan Jevan didenger sama Tuhan.

End of Satria POV

Jevan mendadak menjadi pendiam setelah bertemu dengan Satria, ia bahkan tidak ikut kembali ke kantor Adrian padahal seharusnya ia dan Adrian ikut mendampingi klien mereka untuk pemeriksaan hari ini, namun setelah pertemuannya dengan Satria ia jadi memikirkan ucapan sahabatnya itu. Lelaki itu tidak kembali ke kantornya, ia justru menghampiri sang istri dikantornya dengan alibi mengajak wanita yang tengah hamil itu minum teh sekaligus berbelanja selepas jam makan siang. Gigi yang awalanya sedikit terkejut dengan kehadiran Jevan dihalaman kantornya akhirnya meminta ijin untuk pulang lebih awal untuk menemani suaminya itu.

"mana catetannya mas?" Tanya Gigi saat keduanya sudah berada di supermarket setelah sebelumnya mereka menghabiskan sore mereka di sebuah kedai kopi dengan segala obrolan ringan mulai dari pekerjaan sampai soal masa depan keluarga mereka, Jevan memberikan ponselnya pada istrinya setelah lebih dulu membuka catatan pada ponselnya, lelaki itu sengaja memakai mode pesawat sehingga tidak ada telpon atau pesan masuk ke ponselnya, ia hanya ingin benar-benar menenangkan pikirannya dengan Gigi disampingnya.

Beruntung hari ini putri mereka masih menghabiskan waktunya bersama dengan sang nenek-kakek dan kedua sepupunya itu dirumah orang tua Gigi, jadilah keduanya kini sudah berada diatas ranjang mereka, Jevan memeluk sang istri dalam diam ia tidak ingin merusak suasana ini dengan beban pikirannya hari ini.

"mas, ada sesuatu ya? Just tell me mas."

"gak ada sayang, everything is fine sayang."

"no, I know you mas.. shall we do it once more before you tell me everything?" tawar Gigi, sungguh ini sebuah tawaran yang sangat menggoda bagi Jevan, namun lagi-lagi ia tidak akan bisa dengan mudahnya memberitahukan masalah ini pada Gigi, terlebih lagi ia sedang hamil ia tidak ingin membuat wanita itu terbebani pikirannya. "mas?" tangan Gigi mulai menginvasi dada polos Jevan.

[COMPLETE] Duplik (Sequel Of Replik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang