2] Langkah Pertama

19.6K 1.7K 66
                                    

Langkah pertama yang harus aku lakukan adalah ngebuat Virgo marah - marah. Tapi bagaimana caranya coba? Dia kadang kan kelewatan banget baiknya.

"Tumpahin minumannya, atau jorokin dia sampe jatoh." ucap Pia seraya mendorongku untuk mendekat ke arah Virgo.

"Ini taktik buat dapetin  Virgo atau memang lo nya aja sih, yang pengeng nyiksa Virgo?" tanyaku curiga.

"Dua - duanya." kata Pia sambil memperlihatkan cengiran lebar. "Udah sana." lanjutnya seraya mendorongku.

Dengan tidak yakin aku berjalan menuju ke arah Virgo. Hati - hati aku mendekatinya yang sedang berjalan juga ke arahku. Kini Virgo sedang membawa satu cup minuman soda.

Masak iya aku kudu nabrak dia? Haduh, gimana nih? Tabrak gak ya? Gak usah aja deh. Lagian kurang kerjaan banget, kudu dapetin cowok dengan cara gak jelas kayak gini.

Kulihat Virgo masih berjalan lurus ke arahku. Jarak kami mungkin  hanya dua atau tiga meter saja. Sepertinya belum terlambat untuk membatalkan misi. Baiklah, sebaiknya aku berbalik dan berjalan menjauh.

Kemudian aku berbalik dan berjalan kembali ke arah Pia. Dapat kulihat Pia melotot ke arahku sambil memarahiku dengan bahasanya yang tidak jelas.

"Balik badan sekarang!" perintah Pia dengan hanya gerakan mulut. Aku menggeleng menolaknya.

Kakiku masih berjalan menuju temapt di mana Pia berdiri.

"Lo gak mau dapetin Virgo?" tanyanya lagi masih dengan gerakan bibir.

Mau sih. Mau banget.

"Berhenti. Balik badan. Dan tabrak dia!" ucap Pia sedikit kesal.

Kontan aku berhenti berjalan. Apa cara seperti ini beneran bisa buat Virgo jatuh cinta? Aku kembali memandang ke arah Pia yang berdiri sedikit jauh dari tempatku berdiri. Kuliahat Pia mengangguk yakin.

Oke, gak ada salahnya mencoba. Bagaimana kita bisa tahu berhasil atau enggaknya jika kita sendiri takut mencobanya. Baiklah, stick to the plan.

Dengan tiba - tiba aku berbalik.

Buukkk...

Kurasakan badanku terhantam badan seseorang. Kini air berwarna coklat membasahi seragamku. Kudongakkan kepalaku untuk melihat orang yang barusan menabrakku. Dan di saat itulah kulihat wajah Virgo sedang menunduk memandang seragamnya yang sama basah dan kotornya denganku.

Astaga! Aku benar - benar menabrak Virgo! Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ya Tuhan. Ya Tuhan. Bagaimana ini? Astaga, ini Virgo.

Kini kepala Virgo terangkat dan bola matanya memandang lurus ke manik mataku. Memandang bola matanya seperti ini membuatku terpaku. Mata itu seolah memberiku sejuta harapan. Kenapa mata Virgo indah banget kayak gini? Astaga, fokus!

"Jalannya pake mata dong!" bentakku mencoba terlihat segalak mungkin.

"Sorry." ucapnya dengan ekspresi yang tak bisa kuartikan. Matanya masih setia memandang ke arahku. Aduh emak, aku grogi!

"Basah kan seragam gue!" kataku lagi sambil melihat ke arah seragamku.

"Lo nya sih, balik badan tiba - tiba." ucapnya dengan nada tenang.

"Kok nyalahin gue? Kan lo yang megang minuman terus nabrak gue dan tumpah di seragam gue." kataku lagi dengan nada marah yang sama.

"Iya gue minta maaf. Gue yang salah." katanya lagi.

Kenapa malah Virgo minta maaf sih? Harusnya dia ikutan marah - marah dong. Aduh, baik banget sih ini anak. Hueee... gak tega banget kalau kudu marah - marah sama Virgo! Hiks.

"Yaudah kalau gitu." kataku akhirnya dengan mengangkat dagu lebih tinggi dan berjalan meninggalkan Virgo.

Ternyata banyak juga anak - anak yang sedang menonton insiden kami tadi. Astaga, ini memalukan. Sejak kapan sih, aku jadi anak badung kayak gini. Reputasiku jadi anak pendiam nan baik - baik seketika hancur.

"Keren banget lo tadi." Ucap Pia ketika aku sudah berada di hadapannya.

"Keren lo cakep! Malu gue! Seriusan gue nyesel banget! Ini adalah hal termemalukan yang pernah gue lakuin! Sumpah gue nyesel banget." kataku seraya menjedotkan kepalaku ke pohon di sebelahku. "Pia, gue nyesel! Nyesel banget!"

"Hahahaha... kalau gak kayak gini, lo kira Virgo bakalan ngelihatin lo terus kayak sekarang?" kata Pia yang membuatku berdiri tegak dan memandanga Pia dengan ekspresi terkejut.

"Maksud lo?"

"Sejak lo berjalan meninggalkan Virgo, dia terus saja ngelihatin lo. Ngelihatinnya dengan tatapan penasaran gitu."

"Seriusan lo?" tanyaku tidak percaya.

"Serius."

"Boleh gue nengok?" tanyaku setengah histeris.

"Jangan! Ntar malah dianya kegeeran lo lihatin. Stay cool aja."

Aku mengangguk dan merapikan rambutku.

Demi apa Virgo ngelihatin aku? Dan kata Pia dengan tampang penasaran. Gilak, yang biasanya ngelihatin Virgo kan aku! Ini keajaiban dunia!

"Lirik kanan." gumam Pia yang membuatku menoleh ke arah kananku. Kini kulihat Virgo sedang berjalan menuju koridor kelas dengan mata tertuju ke arahku.

Ya Tuhan, Virgo benar - benar melihat ke arahku! Demi apa?

Sekarang rasanya aku benar - benar ingin menari - nari layaknya orang gila. Bahkan mulutku sudah siap menjerit bahagia. Aku benar - benar sudah gila!

Tapi gak boleh! Aku gak boleh histeris. Stay cool. Amoi, stay cool. Jangan malu - maluin diri sendiri. Kalem. Amoi, cool.

Perlahan kuangkat daguku tinggi - tinggi. Sebisa mungkin kupasang eskpresi wajah datar mengintimidasi. Kupelototkan mataku ketika mata kami bertemu. Hal ini malah membuat Virgo tersenyum tipis dan menggelengkan kepala. Aku mengernyit bingung. Kenapa Virgo malah senyum gitu? Harusnya jengkel dong! Jengkel banget!

Kalau kayak begini bagaimana aku bisa membuatnya benci kepadaku? Tiap aku masang muka garang, dianya hanya senyum memaklumi gak jelas gitu!

Bete! Mana bisa benci jadi cinta kalau kayak begini!

=============++++++++=============

Ini emberan pendek - pendek ya partnya, jadi ya emang begini wkwkwkwk

semoga nikmat :D hahahah

[1] Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang