5 - its ghibah o'clock

Mulai dari awal
                                    

Ikatan persaudaraan? 

Sungguh sangat rumit.

Lamunannya terhenti oleh suara dibalik ponsel Taufan "gerbangnya sudah kubuka,langsung masuk saja. Gempa sudah ku chat, nanti dia akan mempersilahkan kamu masuk." 

Taufan tersenyum sedih, belum apa-apa namun dia sudah merasa sangat muak dan lelah, tapi bersikap ceria adalah keahliannya, "terimakasih Ice, nanti ku traktir pudding ya!" 

Tak ada balasan, Ice sudah terlanjur mematikan panggilannya. 

Taufan menghela nafas, haah,kapan ini semua segera berakhir? 

°•°•°•°

"Adikku, lain kali kalau mau kesini jangan ajak aku lagi ya.", ucap Taufan dengan nada santai. 

Seperti apa yang Ice janjikan, gerbang otomatis itu terbuka perlahan, membiarkan mereka masuk ke halaman gedung S yang megah. 

Lampu taman yang berserakan, menambahkan kesan mewah untuk gedung elit itu. 

"Wah, memang vibe tempat ini cocok sekali denganmu, Solar.", ucap Taufan singkat. 

Pintu geser otomatis itu terbuka, lobby megah gedung S terlihat sama sepinya dengan gedung B. 

Secara natural, kaki Taufan melangkah tanpa rasa bingung. Ia terlalu terbiasa dengan tempat ini, dia bahkan percaya diri untuk tetap dapat sampai ke tempat tinggal Gempa dengan mata tertutup. 

Untungnya takdir sedang berpihak padanya, tak ada seorangpun di lobby, jadi tak ada bisikan-bisikan yang menghantuinnya seperti dulu.

Ding 

Pintu lift perlahan terbuka, dibalik pintu itu ada beberapa wajah yang familiar untuk Taufan.

Baru saja ia berterima kasih pada takdir karena membantunya untuk tidak patah hati, namun bahkan takdir pun ingin ia sengsara. 

Taufan tersenyum canggung, "Yaya..Ying, selamat malam"

Kedua gadis itu sama canggungnya dengan Taufan, padahal dahulu mereka sungguh sangat akrab. Taufan lagi-lagi ingin marah kepada takdir karena telah menjauhkan dia dengan orang-orang yang ia sayangi.

"Hai..Taufan, selamat malam.", jawab Yaya, sama sepertinya, ia berusaha merespon dengan ceria seperti sedia kala.

Taufan dan Solar masuk kedalam lift, sunyi. 

Hanya ada kecanggungan diantara mereka, lift yang berisikan kurang lebih tujuh orang itu seakan terlalu lelah untuk bersuara.

Tak lama, bisikan-bisikan yang sangat Taufan benci muncul, orang-orang yang berdiri dibelakangnya seakan tidak melihat bahwa bahan omongan mereka dapat mendengar mereka.

"Itu..agen Taufan kan?" 

"Agen gagal itu ya?" 

"Ah yang dimisinya malah membunuh *****?" 

"Eh?? Membunuh?? Bukannya hanya melukai?" 

"Tapi gosipnya dia--"

Ying mendehem, seakan ia sedang membersihkan tenggorokannya, namun semua penumpang lift tahu bahwa tindakan itu untuk menghentikan perkataan-perkataan dari belakang Taufan itu. 

Taufan tersenyum sambil sedikit melirik kedua 'sahabat' nya itu, seakan berterimakasih melalu kontak mata. 

Kedua gadis itu mengangguk sambil membalas senyumannya. "Ah?" 

"Siapa laki-laki disebelahmu itu?", tanya Yaya, berusaha mengganti topik agar tak ada lagi yang berbicara buruk. 

"Ah, perkenalkan, dia agen Solar. Adik bung-- ah, maksudku..", Taufan terhenti, ia melirik Solar sebentar, takut bahwa Solar tak ingin diperkenalkan sebagai adik dari agen gagal sepertinya.

Yaya tersenyum pasrah, "perkenalkan, namaku Yaya." Ujarnya sambil menjulurkan tangan.

Solar menyambut juluran tangannya, "Solar, agent in training, dan juga saudara termuda dari elemental bersaudara.", ucapnya dingin.

"Eh? Adik bungsu nya Taufan dan yang lain??", tanya Ying, kini suaranya terdengar bersemangat.

Taufan tersenyum, "hari ini aku harus mengantarkan dia untuk bertemu dengan saudara-saudaranya, ini hari pertamanya disini. Untuk kedepannya, mohon bimbingan untuknya ya." Ucapnya ceria, namun seakan belum cukup rasa sakit dari fikiran nya, dadanya kini terasa sedikit sesak. Ia menggigit bibirnya pelan,berusaha tidak memperlihatkan rasa sakit yang selalu datang tiba-tiba. 

Taufan membuka mulutnya pelan, suara penuh keputusasaan terdengar dari sang pemilik manik safir itu "..apa mereka akan memperbolehkan ku menemui mereka?" Tanyanya pelan, cukup pelan sampai hanya Ying dan Yaya yang dapat mendengarnya dengan jelas. 

Kedua gadis itu kini terlihat ragu, mereka bingung harus memberi jawaban yang seperti apa. "..pasti saja--" 

Ding 

Pintu Lift terbuka pelan, Taufan merasa lega karena akhirnya dapat keluar dari kotak kecil berisikan manusia itu. "Solar,ayo." Ucapnya sambil melambaikan tangan kepada kedua sahabatnya. 

Kedua gadis itu membalas lambaian tangannya dengan senyum helpless yang tak dapat mereka sembunyikan.

Kedua gadis itu hanya dapat terdiam, melihat punggung sahabatnya yang terlihat menahan beban yang sangat berat. Terlalu berat untuk orang rapuh seperti dirinya.

Namun perlahan, pintu lift itu tertutup, tak mengizinkan mereka untuk bercakap-cakap lebih lama,seperti sedia kala.

//Author's note//

Jangan tertipu oleh diriku yang tiba2 rajin apdet ya, ini karena masih ada stok aja-- nanti suka tiba2 whoosh menghilang.

Komen yak 🔪 

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang