Chapter 18

697 76 34
                                    

" Kenapa kalian baru pulang? " keluh Jessica saat kedua anaknya baru kembali ke rumah, jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Tidak biasanya Heejin dan Jeno kembali ke rumah selama ini, terutama anak perempuannya kembali dalam keadaan setengah sadar.

" Maaf eomma tadi kita minum bersama, kami terlalu asik mengobrol sampai aku lupa memastikan dia tidak minum banyak. Maaf eomma " ujar Jeno.

Lihatlah lebih mudah berbohong daripada harus menceritakan semua yang terjadi di kampus tadi, Jeno membopong Heejin ke kamar dan memakaikan selimut untuknya.

Jeno tahu dia harus melakukan sesuatu, diam saja tidak akan menyelesaikan masalah. Sampai kapan mereka harus menerima semua ketidakadilan karena sikap ayahnya? Kalau saja memutuskan hubungan adalah solusi, Jeno ingin melakukan daripada mereka harus terus menjadi korban dan terseret dalam masalah ayahnya.

-----------------

Jeno memutuskan untuk datang ke kantor ayahnya, tentu saja dia masih ingat dimana beliau bekerja. Jeno langsung datang ke dalam ruangan saat seorang karyawan menunjukan ruangan ayahnya, dia langsung masuk dan membuka pintu kasar.

Donghae terlihat terkejut dengan kemunculan putranya tiba tiba, dua tahun tidak membawa banyak perubahan kecuali mereka terlihat jauh lebih mirip. Ya setidaknya menurutnya mereka masih mirip sampai sekarang. Donghae malah menyungging senyum tipis terlihat senang karena Jeno datang kepadanya.

" Lama tidak berjumpa " ucap Donghae dengan tidak tahu malunya.

Tatapan mata Jeno semakin tajam seiring dia melangkah mendekat kepada meja ayahnya dan menarik kursi di hadapannya. Donghae pikir anaknya datang karena kesulitan dan membutuhkan bantuan darinya, dia selalu menantikan kedua anaknya datang dan memohon bantuan darinya dalam bentuk apapun. Semua kekayaan dan uangnya pasti berarti bukan?

" Ada apa? Kau butuh uang? Berapa yang butuhkan? " tanya Donghae asal bicara.

Jeno mengepalkan tangannya kuat, dua tahun adalah waktu yang cukup untuk menyadari ayahnya jika dia sudah tumbuh menjadi seorang anak lelaki yang lebih dewasa dan kuat dalam segala hal. Jeno selalu senang berolahraga agar dia bisa manjadi lebih kuat untuk keluarganya juga, berhadapan dengan Donghae jelas bukan tandingan.

" Aku hanya meminta satu hal darimu " ungkap Jeno.

" Ap... "

" Berhenti menjadi seorang bajingan, kau sudah tua seharusnya sadar diri dan mempersiapkan masa tuamu"

Donghae berseringai " Pria yang kau sebut bajingan ini saat di usia yang sama denganmu dia sudah menjadi seorang ayah, dia yang mengurusmu. Apa yang kau lakukan sekarang? Bersenang senang dengan temanmu? Bayangkan di usiamu saat ini sudah menjadi seorang ayah "

Jeno sungguh tidak bisa paham jalan pikiran ayahnya, jalan hidup setiap orang berbeda dan tidak perlu menjadi perbandingan. Donghae menjadi seorang ayah karena perbuatannya sendiri. " Aku tidak pernah minta dilahirkan. Apa kau menyalahkanku sekarang? "

" Tidak tapi setidaknya tolong tahu diri, aku sudah mengorbankan masa mudaku untukmu dan Heejin. Jangan peduli dan urusi masa tuaku, aku akan mengurus hidupku sendiri "

Jeno semakin kesal, selalu sulit berdebat dengan orang bodoh. Semua sudah terlanju sekarang bahkan jika mereka bertengkar hebat dan berakhir saling menyakiti Jeno sudah tidak peduli.

" Bagian mana aku tidak tahu diri? Jangan tanya apa yang aku lakukan diusiaku saat ini, aku bukan seorang ayah tapi aku harus bertanggung jawab dan menjaga keluarga karena ayahku tidak ada! Apa kau pikir hidupku mudah? Kau bangga karena punya anak di usia muda? Apa memangnya yang kau lakukan untuk kami? Memberi uang? Kalau kau tidak mau mengurus dan bertanggung jawab tidak usah punya anak! Aku tidak minta dilahirkan! "

With Love, J.Where stories live. Discover now