"Akh, gak tau," Beomgyu mengusap wajahnya. "Ini cuman kak Soobin, oke? Cuman kak Soobin. Cuman kak Soobin, bukan Pak Yoongi atau Pak Namjoon, apalagi kaprodi."

Maka Beomgyu pun segera memakai sandalnya dan menuju kamar tetangganya dan mengetuk pintunya pelan namun cepat sebelum Beomgyu berubah pikiran dan kabur kembali ke kamarnya—bersembunyi di dalam selimut di ranjangnya.

Tapi gak ada balasan dari dalam membuat Beomgyu jadi gelisah di tempat. Ada kemungkinan kalau Soobin mungkin ketiduran atau mungkin Beomgyu kurang kencang mengetuk pintunya?

Sebenarnya, bisa saja sih Beomgyu nyelonong masuk ke dalam. Lagian mereka sudah lebih dari dekat buat seenaknya masuk kamar masing-masing. Soobin atau Jongho juga sering masuk ke kamarnya begitu saja setelah mengetuk pintu kamar tanpa menunggu balasan Beomgyu. Makanya Beomgyu sendiri jarang mengunci pintu kamarnya kecuali kalau sedang tidur, mandi, atau berganti pakaian.

Tapi... Beomgyu menemukan itu sulit—untuk masuk begitu saja—ketika dia sadar dan tahu betul kalau di dalam kamar E22 ini hanya ada Soobin.

Beomgyu bergoyang di tempatnya. Sudah bakal kembali saja ke kamarnya ketika terdengar bunyi 'cklek' dari dalam disusul sahutan.

"Siapa?"

Jantung Beomgyu serasa menghentak untuk sepersekian detik. "B-Beomgyu kak,"

"Bentar, gue lagi ganti baju, dek."

Pikiran Beomgyu langsung berputar ke sana-ke mari. "S-santai aja kak!"

Bilangnya sih  gitu, tapi kalau lubang kejujuran getun digali sampai dasar. Pasti bakal ditemukan kejujuran kalau Beomgyu ingin masuk sekarang juga ketika Soobin lagi ganti baju.

Heh! Kotor!

Beomgyu memukul kepalanya sendiri. "Iya ih, kotor, anjeer..."

Gak lama, pintu kamar terbuka dan Soobin langsung mempersilahkan masuk.

Akal sehat Beomgyu berteriak supaya gak salah fokus dengan kondisi Soobin yang juga sama-sama baru selesai mandi—kelihatan dari rambutnya yang masih basah.

"Gue cuman mau nanya doang sih kak,"

"Nanya apa?"

"Itu..." Beomgyu mengerjap menatap Soobin yang berdiri sambil menggosok rambutnya dengan handuk.

Menyadari ditatap dari jauh, Soobin pun mendekat dan duduk di samping Beomgyu di kasurnya. Balik menatap. "Mau nanya apa?"

Beomgyu membiarkan debaran jantungnya seolah mereka memang selalu bekerja dua kali lebih cepat setiap saat. "Itu... mama gue nawarin kakak buat main ke rumah—eh... yah... ikut gue pulang ke rumah gitu maksudnya—eh..."

"Maksudnya—gue ikut lo pulang dan main ke rumah keluarga lo, gitu?"

"Iya, itu," Beomgyu mengangguk. "Mama kok yang nawarin, biar lo gak sendirian di sini. Eh, yah... itu kalau lo mau kak, kalau enggak juga gak pa-pa. Gue—eh, mama cuman nawarin. Pengen ketemu elo soalnya. Jeongin juga sering main ke rumah gue kok, mama suka masakin dia. Terus juga temen gue di kampus lain juga ada suka main ke rumah. Terus—"

Sebentar, kok Beomgyu seolah kayak ngejelasin kalau 'main ke rumah Beomgyu' itu persoalan lumrah yang dilakukan teman-temannya. Jadi Soobin gak perlu merasa sungkan buat menerima ajakannya itu.

Beomgyu sadar kalau dia kebanyakan bicara. "—y-ya gitu deh pokoknya, pokoknya udah banyak yang main ke rumah. G-gak usah sungkan kok, tenang aja! Mama suka kalau kedatangan tamu terus bisa masak banyak makanan, soalnya mama emang hobi masak—ihh, kok gue kesannya jadi ngarep banget lo ikut ya kak? Gue kan cuman nawarin, kalau gak mau juga gak pa—"

"Boleh?"

Beomgyu mengerjap. "...ya?"

Soobin menatap yang lebih muda tepat di mata. "Boleh gue... mampir ke rumah lo? Nggak akan ngerepotin?"

Rasanya seperti ditarik olehnya. Kuat tapi tidak mendesak. Cara Soobin menatap dengan iris kelamnya itu seperti menyelimuti Beomgyu dengan ketenangan.

"Enggak..." Beomgyu menjawab lirih kemudian, tapi cukup jelas buat didengar keduanya.

"Kalau gak ngerepotin... kabarin mama lo, gue mau mampir." ucap Soobin dan tersenyum membentuk lesung pipinya.

"Oke... kalau gitu," Beomgyu menggenggam tangannya sendiri yang mulai bergetar.

Ada yang meledak dari dalam tubuh Beomgyu membuat ototnya tegang dan bibirnya berkedut gatal ingin tersenyum lebar.

"Oke, berangkat besok pagi kan? Jam berapa?"

"O-oh," Beomgyu tersadar dan mengerjap. "K-kakak maunya jam berapa?"

"Kok gue? Gue mah ikut lo aja dek, mau sekarang juga mau asal ada pintu Doraemon."

"Hahaha, apa sih," Beomgyu meninju pelan lengan Soobin yang juga tertawa. "Jam 7 aja deh,"

"Oke, oke, siap." Soobin mengangguk. "Ya udah, sekarang lo istirahat aja biar besok bisa bangun pagi bareng demit."

"Apaan siii,"

Soobin tertawa dan mengusap kepala Beomgyu. "Cepet tidur gih, begadang mulu lo, dek."

"Kakak bilang gitu kayak gak suka begadang aja."

"Karena suka makanya gue tahu lo juga suka begadang. Dahlah, cepet istirahat. Atau... mau tidur di sini?"

"Enggak lah, masih punya kamar kok gak dipakek?" Beomgyu langsung berdiri dan keluar kamar Soobin. "Dah kak, besok pagi gue samper, awas aja kalau masih ngorok!" kata Beomgyu lagi sebelum betul-betul.

"Iya adek..."

"Ih!" Beomgyu menutup pintu. "Met malem kak Soobin!" serunya dari luar sambil berjalan kembali ke kamar.

Soobin tertawa lantas membaringkan tubuhnya di kasur dan memainkan ponselnya. "Kenapa lucu banget sih..."

Sementara itu, sekembalinya ke kamar, Beomgyu langsung menelungkup di kasur sambil memeluk gulingnya. Meredam seruan pelan.

Belum pernah Beomgyu se-excited ini ketika mengajak teman mampir ke rumahnya.


###

[01-11-2020]

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Where stories live. Discover now