|CHAPTER 29| CAT AIR

Start from the beginning
                                    

Cowok bersurai hitam itu menggenggam sebuah kantong kresek berwarna hitam, di dalam kresek itu ada banyak makanan. Galaksi tersenyum menampilkan deratan gigi-giginya.

Moa mengembuskan napas kasar. "Lo ngapain ke sini sih?!" tanyanya. Sangat tidak ramah.

"Bawa ini buat lo." Galaksi mengangkat kresek hitam tersebut.

"Gue nggak butuh!"

"Lo kalo ngomong pake urat mulu, kagak capek apa?"

Moa memutar bola mata malas. Ia tidak menanggapi ucapan dari sang mantan.

"Gih ambil." Galaksi menyodorkan kresek itu pada Moa.

"Gue bilang gue nggak butuh!"

"Ini bukan dari gue, tapi dari Pak Septian. Bokap lo," ujarnya.

"Oh ya?"

"Serius anjir!" Ucap Galaksi. "Kalo lo nggak percaya, coba telpon."

"Gue telpon beneran nih." Moa mengangkat ponselnya, menakut-nakuti Galaksi.

Galaksi pasti berbohong supaya ia mau menerima pemberiannya, begitu pikir Moa.

"Yaudah gih, coba telpon..." Tantangnya.

"Okeh!" Jawab Moa.

Moa mengutak-atik ponsel untuk menelepon Papanya, membiarkan Galaksi berdiri saja di depan pintu.

"Setidaknya biarin gue masuk dulu kek," ujar Galaksi. "Gue haus."

"Minum aja air comberan depan rumah gue," jawab Moa. Sadis.

Panggilan Moa tersambung. "Pah, ad—"

"Moa, Papa tadi beliin kamu makanan. Papa titipin ke salah satu murid. Udah sampai belum?" tanya Septian, menyela ucapan Moa.

Moa melirik Galaksi yang masih berdiri di depannya. Diam-diam Galaksi sedari tadi menatap Moa, tatapannya seperti ia ingin mencium gadis itu. Entahlah, yang pasti sekarang Galaksi sangat merindukan Moa.

"Kenapa Papa titipin ke dia sih?" Protes Moa. "Papa kan bisa kirim lewat kurir atau ke siapa kek, yang penting bukan ke dia."

"Tadi kebetulan Galaksi lewat di depan papa, jadi papa panggil. Bukannya dia itu yang dulu sering main ke rumah ya? Dia pacar kamu kan?"

Moa berdecak. Ya, itu memang benar. Papa dan Mama Moa bahkan sudah mengenal Galaksi, cowok itu dulu sering menyambangi Moa, membelikan ini-itu dan berpamitan jika akan mengajak Moa pergi.

"Ish! Papa nyebelin banget sih!"

"Lho, kok kamu marah? Memangnya papa salah?"

"Dia udah bukan pacar Moa lagi."

"Bohong om!" Teriak Galaksi.

Moa menatap Galaksi tajam. "Gue robek mulut lo ya!"

Galaksi terkekeh.

"Yaudah itu makanannya jangan lupa di makan. Papa belikan dua, satu buat kamu, satu lagi buat Galaksi."

"Tapi Pa—"

Tut... Tut... Tut...

Panggilan diakhiri oleh Septian.

"Kan, bener, gue nggak bohong!" Seru Galaksi.

Cowok itu mendorong Moa lalu main nylonong masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Ia meletakkan kresek kemudian mengeluarkan makanan tersebut dan menyusunnya di atas meja.

"Ayo, sini, duduk di samping gue." Ujar Galaksi.

———

"Cakra!" Panggil Maratungga.

2. NOT ME ✔️ Where stories live. Discover now