Depresi

9 2 5
                                    

Dua jam kemudian, aku baru sampai di rumah setelah pekerjaan kantor yang cukup melelahkan. Belum lagi ditambah macet di sekitar jalanan Sudirman, semakin menambah rasa lelahku.

Aku keluar dari lift dan segera memasukkan password apartemen ketika sampai di depan pintu.

Ruangan terlihat begitu rapi dan hening. Dan tercium bau harum masakan dari arah dapur. Saat kuperiksa, ternyata sudah ada hidangan lezat di atas meja makan yang dilindungi tutup saji.

Aku tersenyum. Masakan itu masih terasa panas.

Itu artinya, gadis itu baru saja memasaknya.

Sedetik kemudian, aku menyadari ketidaknyamanan di seluruh tubuhku, pertanda aku harus segera membersihkan diri setelah aktifitas seharian penuh.

...

Beberapa saat kemudian, aku beranjak dari kamar, setelah tubuhku yang tadinya lengket menjadi segar, untuk menemui Pertiwi di kamarnya.

Kuketuk pintunya dua kali, dan dia pun muncul.

Gadis itu baru selesai mandi juga rupanya. Dia masih memakai baju mandinya.

Rambutnya terlihat masih basah, dan itu membuatnya tampak menawan. Tetapi raut sayunya tetap tidak hilang.

Dia tersenyum dan melongok dari balik pintu, "Hai, kau sudah pulang? Maaf aku tidak tahu,"

"Tidak apa-apa. Mari makan bersama denganku. Aku membawakan minuman untuk kita dan juga kacang almond kesukaanmu,"

"Terima kasih," dia tersenyum simpul, mengikutiku ke dapur.

Sejak tiga bulan kejadian menyakitkan yang menimpa Pertiwi itu, aku memberanikan diri untuk meminangnya. Demi menjaga orang yang kucintai, sedikit memaksa pada keluarganya dengan berjanji bahwa aku akan melindungi dia sekalipun dengan nyawaku.

Dan aku juga menerima syarat dari Pertiwi, bahwa pernikahan kami hanyalah status. Bukan hubungan yang sebenarnya. Tinggal serumah bukan berarti kami berhubungan seperti suami-istri normal, melainkan harus mentaati perjanjian yang dibuat.

Kami tidur dengan kamar yang terpisah, menjaga privasi masing-masing, meskipun terkadang aku melanggarnya, dengan masuk ke kamarnya tanpa izin karena terlalu cemas dengan keadaan dia yang seringkali mengkhawatirkan.

Seringkali dia mabuk, murung, menangis dan terisak tiba-tiba...membuatku terpaksa sedikit kurang ajar padanya.

Tetapi tidak masalah bagiku, jika tidak bisa menyentuhnya ataupun memilikinya seutuhnya. Meskipun aku sangat mencintai dia.

Melihatnya terjaga olehku saja sudah cukup.

Lagipula, sikapnya begitu baik padaku. Tetap melakukan beberapa hal yang biasa dilakukan seorang istri. Seperti memasak, membersihkan apartemen dan mencucikan pakaianku meskipun aku melarangnya dengan keras. Dia juga seringkali menuruti kata-kataku.

Namun, yang membuatku sedih adalah ketika depresi hadir menyerangnya.

Dia akan terlihat melamun dengan tatapan kosong, menangis tiba-tiba, menghabiskan alkohol berbotol-botol.

Sakit sekali melihatnya demikian. Aku hanya bisa membaringkannya di atas tempat tidur, lalu mengontrolnya ke psikiater sekali dalam seminggu.

Entah sampai kapan kondisinya akan seperti ini.

"Yanur,"

Dia bergumam di tengah gerakan mengunyah makan malamnya, dengan suara hampir tidak terdengar.

"Iya?"

"Aku...mendapat satu tawaran pemotretan dari agensiku di Singapura. Apa, kau akan mengizinkannya? Jika tidak, akan kubatalkan,"

"Tunggu," aku menimpali dengan cepat.

"Berikan aku waktu untuk berpikir setelah ini."

"Baik. Terima kasih," ujarnya, tersenyum. Lalu kembali menyantap makanannya.

'Terima kasih' kata-kata itu sering dia lontarkan kepadaku semenjak tinggal di apartemen. Terkadang malah membuatku gemas.

Aku merasa dia begitu sungkan dan terlalu menghormatiku.

Banyak berterima kasih, seolah aku seorang malaikat penyelamat.

Pemandangan yang menyenangkan bagiku adalah ketika melihat piring makanannya kosong, melahap menu sampai habis dan menikmati makanan yang kubelikan untuknya. Apalagi jika dia menambah porsi makan. Tetapi aku hampir tidak pernah melihatnya.

...




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love(Sick) GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang