•°•°•°•

Libra menghela nafasnya, dokter masih menangani Thalassa di UGD. Ia benar-benar panik ketika keponakannya jatuh pingsan tepat di tanganya tadi. Apa yang terjadi dengan anak itu sebenarnya, sampai-sampai ia jatuh pingsan? Apa Thalassa kurang istirahat? Ah semoga saja hal yang terjadi de gan Thalassa bukanlah Hal yang serius.

Libra menatap buku hitam bertuliskan nama Kanaya di tangan nya. Libra yakin pasti Thalassa sudah membaca buku itu walaupun belum seluruhnya, tapi insting Libra mengatakan kalau Thalassa sudah tau siapa Kanaya. Sebenarnya Libra bisa saja menjelaskan semuanya pada Thalassa, tapi ia tidak mau mengungkapkan nya sekarang, ia mau Nathan sendiri yang bicara pada Thalassa dan menjelaskan secara detail apa yang terjadi di masa lalu. Karna Libra tidak mau ikut campur lebih dalam lagi urusan keluarga Nathan. Libra mau Nathan dewasa dan berpikir jernih sehingga Nathan perlahan bisa menerima Thalassa di dalam hidupnya, karna Thalassa bukan kesalahan, Thalassa itu anugrah yang tuhan kirimkan untuk Nathan. Hanya saja Nathan belum menyadarinya.

"Permisi pak"

Libra tersadar dari lamunannya, lantas pria itu menoleh ke samping menatap dua pemuda yang tengah berdiri sambil menatapnya dengan penuh tanya.

"Ya, kenapa?" Tanya Libra.

"Thalassa di mana ya pak?" Tanya nya.

Libra menautkan alisnya menatap salah satu dari kedua pemuda itu dengan tatapan penuh selidik. Siapa cowok itu? Perasaan Thalassa tidak punya satupun teman di sekolah.

"Eum, saya—"

"Keluarga Thalassa?" Tanya Dokter yang baru saja keluar dari UGD.

"Papa?!"

Dokter itu tersentak ketika melihat pemuda yang berdiri tak jauh di depan nya. "Loh Sean? Kamu mau apa?" Tanya Dokter itu yang ternyata adalah Ayah dari Sean.

"Nanti aja, papa urus kerjaan papa dulu" jawab Sean lalu di angguki oleh papanya.

Lantas Libra maju selangkah untuk lebih dekat dengan sang dokter. "Saya Om nya dok, gimana keadaan Thalassa?" Tanya Libra.

Dokter itu tersenyum. "Keadaan pasien sudah lebih baik, pasien hanya kelelahan saja dan pasien akan segera di pindahkan ke ruang rawat" jawab nya lalu tersenyum.

Kening Libra mengkerut seakan tak yakin dengan ucapan dokter barusan. Tapi sedetik kemudian ia tersenyum. "Baik trimakasih dokter" ucap Libra.

Dokter itu mengangguk. "Kalau begitu saya pamit dulu" ucapnya dan berjalan menjauh dari Libra.

Tapi sebelum itu dokter berkacamata itu menepuk pundak Arkan dua kali sambil berbisik. "Arkan ada sesuatu yang mau saya omongin sama kamu" bisiknya lalu berlalu meninggalkan Arkan yang masih menegang.

Arkan menghela nafasnya lalu menatap Sean.

Sean menatap balik Arkan.

Sehingga mereka berdua menjadi tatap-tatapan.

"Woy! Apaan sih lo natap gue gitu amat? Demen lo sama gue?" Tanya Sean.

Arkan mendecih. "Ck! Kalaupun gue belok, gue gak akan belok sama orang sedeng kayak lo" sarkasnya. "Udah ayo" lanjut Arkan sambil berjalan meninggalkan Sean.

Still UnfairNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ