2. Cerita Maladewa

4.1K 610 45
                                    

Iren sangat menyukai Traveling, jika dia baru menyelesaikan sebuah proyek film, pasti dia akan berlibur keluar negeri. Dan yang selalu menjadi tempat istirahat favoritnya adalah Maldives, sebuah negara yang terletak di Samudera Hindia tepatnya 400 km di barat daya India dan 700 km di barat daya Sri Lanka.

Maldives selalu menjadi destinasi liburan banyak orang, ini karena negara kepulauan itu memiliki pantai yang indah dan suasana yang menenangkan.

"Mau liburan ke mana kali ini, Ren?" tanya Mama Indah sambil merapikan pakaian Iren, sedangkan si empunya sibuk rebaham sambil menyesap susu kotak low fat nya.

"Maldives Mam, ini lagi cari resort buat nginap," jawab Iren. Sebelah tangannya menggulir layan ponsel nya.

"Kalau minum tuh ya duduk Ren, kayak orang sekarat aja, minum sambil rebahan," omel Intan yang kebetulan menginap di rumah orangtuanya selepas acara ulangtahun Opung kemarin.

Dengan wajah cemberut, Iren bangun dari posisi rebahannya.

"Kamu mau bulan madu? Suka banget ke Maldives." Intan dengan segala mulut judesnya.

"Idih, enggak ya! Aku mau rebahan di sana," jawab Iren mulai nyolot.

"Rebahan sama cowok?"

"Heh mbak! Aku masih suci ya, kalau ada wirewolf di dunia ini, dia juga pasti tahu aku ini darah suci murni, gak ada campuran borax," jawab Iren.

"Husstt, berantem terus kalian ini," omel Mama Indah.

"Mbak nih Mam yang mulai duluan." Iren langsung menuduh Intan. Intan melotot tak terima.

"Kamu aja yang suka nyolot, ngegas pula," jawab Mbak Intan. Walaupun sudah beranjak dewasa tetapi satu kebiasaan keluarga Nasution yang tidak pernah hilang. Berdebat. Pokoknya sehari tidak berdebat mereka merasa seperti akan kesakitan saat itu juga.

"Debat troooss, Papa kasih petasan banting buat ramein, mau?" Papa Hendra menatap kedua putrinya dari balkon lantai dua.

Iren dan Intan mendongak kemudian tertawa.

"Enggak usah Pa, kasian nih baby, nanti kaget," ucap Iren sambil mengelus perut kakaknya yang sudah mulai membuncit.

"Ku dengar kelen berantem lagi, awas!"

Papa Hendra memberi tatapan peringatan lalu kembali ke ruang kerjanya.

"Siap Papa," jawab Intan dan Iren kompak.

"Udahlah, aku mau ke rumah Opung aja. Ada bumil sensi sih di rumah, Dah mam." Iren segera beranjak untuk mencium pipi Mamanya dan bergegas pergi diikuti teriakan kesal dari kakaknya.

"IRAYANA!!! AWAS KAU YA!" Pekik Intan dengan kesal.

"INTAN! IREN! Betumbok lagi kelen?" seru Papa dari dalam ruang kerjanya. Mama Indah hanya menghela napas, keluarga turunan Medan itu memang suaranya mengalahkan toa masjid.

🧨

Rumah Opung Hadi dicapai dengan 20 menit mengendarai mobil. Kalau motor? Iren tidak tahu, dia tidak pernah naik motor dari rumahnya ke rumah Opung Hadi.

Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran, yes, Opung Hadi memiliki halaman rumah yang amat luas, sebelah kanan dijadikan taman untuk koleksi bunga Bunda Ines, dan sebelah kiri dijadikan parkiran untuk kendaraan pribadi anak dan cucunya yang berkunjung.

Kalau garasi? Opung jelas punya, tapi sudah diisi dengan koleksi jeep dan sebuah Alphard.

"Selamat sore, Opung," sapa Iren dengan ramah saat melihat Opung yang sedang menyantap buah.

"Wa'alaikumussalam, Irayana," jawab Opung kemudian mengulurkan tangannya. Paham dengan isyarat sang Opung, Iren mendekat kemudian mencium punggung tangan Opung dengan sopan.

The Nasution'sTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon