9. Lelaki Yang Akan Serius

1.9K 316 22
                                    

Safira berjalan mengendap-endap menuju dapur apartemennya. Hari sudah lewat tengah malam dan seperti biasa Safira sulit untuk tidur. Dengan perlahan, Safira membuka pintu kulkas dan menghela napas lega melihat es krimnya masih tersimpan rapi di dalam kulkas.

"Cari apaan lo di kulkas?"

Suara itu membuat Safira tersentak kaget dan gerakan tangannya yang hendak mengambil es krim terhenti. Tanpa menoleh pun Safira sudah tahu jika suara itu milik Jeni, personal assistant nya.

"Lagi ngadem, Nong," jawab Safira yang tentu saja ngeles.

"Emang kenapa AC kamar lo? Rusak?" tanya Jeni yang sudah sangat paham dengan Safira yang selalu ngeles. Persis siapa?

"Enggak, cuma kurang dingin aja," jawab Safira kemudian menutup pintu kulkasnya. Bye-bye es krim ku.

"Besok pagi gue telepon service, sana lo balik tidur lagi, jam 9 pagi lo ada latihan di studio buat acara tiga hari lagi," ucap Jeni.

"Lo ngapain ke dapur?" tanya Safira, Jeni datang disaat yang kurang tepat, padahal sedikit lagi dia akan mengambil es krimnya. Jeni memajukan wajahnya, membisikkan sesuatu di telinga Safira.

"Patroli, udah tiga hari ini ada titisan tuyul jadi-jadian yang suka nyolong makanan di kulkas," jawab Jeni yang jelas menyindir Safira.

"Oh. Gue balik ke kamar dulu, selamat patroli," ucap Safira sembari tersenyum dan menepuk pundak Jeni kemudian dia berbalik ke kamarnya dengan perasaan dongkol.

Es krim gueeee!!

Jeni menatap kepergian Safira dengan helaan napas. Susah sekali mengatur Safira yang dari luar terlihat kalem. Safira sangat menyukai es krim, bukannya Jeni melarang, hanya saja Safira akan menjadi guest star di beberapa acara stasiun tv hingga dua minggu ke depan. Jeni tidak ingin Safira sakit hanya karena es krim dan menyebabkan banyak kekacauan karena pekerjaan Safira berasal dari suaranya.

Safira menghentakkan kakinya, dia benar-benar sangat ingin menikmati es krimnya. Padahal dua hari ini dia berhasil tidak ketahuan Jeni, tetapi malam ini malah gagal karena jelas Jeni menyadari raibnya dua bungkus es krim di kulkas Safira.

"Udahlah, tahan dulu aja seminggu daripada golden voice lo rusak," ucap Safira mencoba menahan diri.

Ponsel Safira di saku piyamanya bergetar membuat gadis itu segera merogoh benda pipih itu. Keningnya berkerut dalam melihat panggilan telepon dari nomor yang tidak di kenal. Jarang sekali ada yang menghubungi nomor pribadinya, apalagi di waktu yang sudah lewat tengah malam ini.

Safira memilih mengabaikan panggilan itu, dia mana mau menjawab telepon dari nomor asing kecuali sudah dikonfirmasi oleh Jeni sebelumnya, atau Saras yang mengurus endorsment Safira. Begitu panggilan itu berhenti, sebuah pop up chat muncul di layar ponsel Safira.

Safira, ini saya, Erlangga.

Safira langsung beranjak duduk setelah membaca sebaris chat itu. Tak lama, sebuah chat kembali masuk.

Kamu sudah tidur?

"Ya menurut lo aja, mana ada orang yang belum tidur jam 1 pagi?" jawab Safira sambil berbicara pada layar ponselnya seolah benda itu adalah Erlangga.

"Ada sih, gue belum tidur." Safira kembali meralat ucapannya lalu dia membuka chat itu dan membalasnya. Setelah beberapa kali berbalas pesan dan memastikan Erlangga tidak lagi membalas, Safira menscreen shoot chat itu dan tentu saja mengirimnya di grup untuk menjadi topik pembicaraan.

🧨

Pagi-pagi sekali, Iren sudah memulai aktivitasnya untuk berangkat syuting. Beberapa hari ini, dia menghabiskan waktunya di lokasi hingga larut malam. Belum lagi Iren telah memiliki project syuting film baru setelah syuting film ini selesai. Pokoknya jadwal syuting Iren full hingga beberapa bulan ke depan.

The Nasution'sWo Geschichten leben. Entdecke jetzt