Chapter 16

1.1K 203 53
                                    

Harry Potter © J.K. Rowling


Stupid Fight


Draco terbangun dari tidurnya dan melihat keadaan Hospital wing yang gelap gulita, keadaannya pun sangat sepi dan sunyi bahkan suara madam Pomfrey yang bekerja dimejanya tidak terdengar.

Hanya suara gemerisik selimut yang bergesekan dengan kasur, dalam pikirannya mungkin itu Potter yang tidak bisa tidur. Keadaan sepi Hospital wing dan tubuhnya yang masih lelah, membuat Draco kembali mengantuk.

Tetapi walaupun sudah menutup mata dan siap untuk terbang kembali ke dunia mimpi, Draco tidak dapat melakukannya karena sejak tadi terganggu dengan suara berisik dari arah kasur Potter. Ingin sekali Draco turun dari tempat tidurnya dan membentak Potter yang sejak tadi menghasilkan suara-suara berisik yang menyiksanya.

Tiba-tiba suara berisik dari kasur Potter terhenti dan Draco pikir, akhirnya si mata empat itu sudah berhasil tidur dan tidak lagi mengganggunya. Draco sudah siap terbang ke dunia mimpi, tapi yang anehnya dia mulai mendengar suara langkah kaki mendekati tempat tidurnya.

Tidak lama kemudian, Draco mendengar suara tirai bergeser dan dapat dia rasakan seseorang berdiri tepat disamping kasurnya. Draco dapat menebak siapa sosok yang mengganggunya ini karena hanya satu orang yang bersama Draco malam ini di Hospital wing.

Pikiran Draco berkecamuk, mengenai alasan Potter menghampirinya seperti ini. Berbagai alasan terlintas dibenaknya,

'Mungkin Potter ingin mengucapkan terima kasih, tapi aku kan tidak sedang sadarkan diri. Apa terima kasihnya berguna?' Draco heran mengapa Potter menghampirinya diam-diam seperti ini

'Mungkin dia malu mengatakannya langsung' balas Sky tiba-tiba

'Tidak, Potter bukan orang yang seperti itu' sanggah Draco dengan tegas

'Oh... sejak kapan kau mengenal bocah Potter Draco? Kenapa seakan-akan kau sangat... mengenalnya?' Sky dengan nada menggodanya terus saja memaksa Draco untuk menjawab pertanyaannya itu, tentu saja Draco tidak ingin meladeni Sky karena dia tahu apapun jawaban yang dia berikan tidak akan dipercayai oleh Sky jadi, Draco memilih diam.

Tapi... sepertinya itu adalah pilihan yang salah karena Sky terus saja bicara dan mengatakan kata "kenapa" berulang kali sehingga membuat Draco bertambah pusing. Walaupun Draco sudah menyuruhnya untuk berhenti, tetapi Sky tetap saja menggodanya dan mulai mengatakan hal-hal tidak masuk akal lainnya.

Mata dan kening Draco mulai berkedut karena menahan amarah dan pusing karena perbuatan Sky yang tidak berhenti mengoceh sejak tadi. Tiba-tiba, Draco merasakan jari Potter menyingkap rambutnya dan saking terkejutnya wajah Draco menjadi kaku, tanpa ekspresi.

Mata dan keningnya yang sejak tadi berkedut tanpa henti, sudah hilang entah kemana. Draco sangat terkejut dengan perbuatan Potter tapi belum hilang keterkejutannya, Potter tiba-tiba saja menyentuh kepalanya bahkan mulai mengelus-elus rambutnya. Rasanya jantung Draco akan meloncat keluar dari tubuhnya karena saking kerasnya debaran yang dirasakan Draco saat ini.

Tidak tahan lagi dengan Potter yang melakukan hal-hal diluar nalarnya, Draco langsung membuka mata dan memperhatikan Potter yang masih sibuk dengan tangannya dan rambut Draco.

Draco ingin sekali menahan tangan nakal Potter yang menyentuh rambutnya tanpa izin atau setidaknya menegur Potter untuk menyuruhnya menghentikan tindakannya itu.

Tapi... ketika Draco melihat ekspresi Potter yang tersenyum lembut sambil terus mengelus rambutnya membuat Draco teringat pada ibunya yang sering melakukan hal ini setiap kali mengantarkan Draco tidur. Tanpa sadar Draco terdiam mematung dan terus memperhatikan Potter yang sejak tadi tidak menyadari kalau Draco sudah membuka matanya.

The Savior and the Ruler of Destiny: The Boy Who LivedWhere stories live. Discover now