88|252|21

212 41 7
                                    

Penelope membuka mulutnya karena suara yang tidak terduga. Mata biru yang menatapnya bergetar ringan karena putus asa. Penelope tidak tahu harus berkata apa untuk saat ini.

“...Apakah kamu baru saja melukai kepalamu?"

Kalau tidak karena itu, semua itu tidak masuk akal.

'Apa ini sekarang?'

Saat ini bahkan bukan situasi di mana permainan system' game berjalan lancar dimana dia tidak perlu bersusah payah meningkatkan kesukaannya. Semuanya sudah berakhir, termasuk hubungannya dengan Eckarts...

Ada apa dengan orang ini?'

Itu adalah saat dimana Penelope berpikir.

"Aku…"

Tiba-tiba Derrick membuka mulutnya.

“….Meskipun aku akan menjadi penerus berikutnya untuk memimpin Eckart, aku adalah pria yang tidak tahu malu yang telah menghilangkan adik perempuan ku dengan kedua tangan ku sendiri. "

“....”

“Jadi aku tidak bisa mengakuinya lebih."

“...."

“Kamu yang datang ke mansion dan bukan Yvonne.…harusnya kamu…. ”

"Cukup."

Mudah untuk memprediksi apa yang akan dikatakan Derrick selanjutnya. Penelope tidak tahan mendengar pengakuan yang menyedihkan itu, jadi dia terburu-buru untuk menghentikannya.

"Berhenti disana. Aku tidak ingin mendengarnya."

“Aku tidak bisa melakukan hal ini seperti orang bodoh, dan kamu tidak bisa melihatnya."

“....”

"Aku tidak akan mengulanginya lagi."

“Ha.”

Dia tidak sedang membicarakan Yvonne.

Penelope tertawa dingin ketika mengetahui subjek pembicaraannya begitu jelas.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan?"

“....”

“Apa yang akan kamu lakukan jika aku memang tidak menyukaimu dan melihatku menjadi gila?”

Mendengar kata-katanya, wajahnya menjadi aneh seketika. Saat dia mengamatinya, dia mengertakkan gigi dan memiringkan kepalanya.

“Mengapa? Sekarang, di depan orang-orang, apakah kau akan mengaku bahwa kaulah yang memimpin pelecehan terhadapku dan mencoba bunuh diri karena kau tidak bisa menyembunyikan ketertarikan mu pada saudara perempuan mu sendiri?”

“....Penelope.”

"Atau, apakah kau akan bersikap lengah dan mengurung perasaan seperti itu seperti seekor burung yang terkurung didalam sangkar di kamar mu?"

Apakah dia berpikir bahwa dia tidak akan menyadari arti perbuatan nya?

Pada pandangan pertama, mata birunya membelalak, dan perasaan emosional melintas di wajahnya sesaat.

Apakah itu rasa malu atau rasa sakit, itu bukanlah masalahnya.

“Tapi kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Segera setelah kau ingin mencoba melakukan itu, aku akan menikah dengan pangeran."

Beruntung atau tidak beruntung.

Tidak hanya dia yang tidak memiliki perasaan simpati atas perasaan yang dia rasakan, Penelope juga tahu bagaimana cara efektif memberikan pukulan telak padanya.

White Lily Means Death[✓]Where stories live. Discover now